Gea Prameswari

63 1 0
                                    

Namanya Gea Prameswari, 27 tahun umurnya. Seperti sabtu sabtu yang lalu, Gea hari ini datang ke sebuah cafe kecil milik temannya yang sudah lama dia kenal sejak jaman SMA. Tidak ada yang istimewa dari cafe kecil temannya itu. Kursi yang minimalis tapi terasa empuk, pemandangan suasana kota dari kaca yang besar, lampu-lampu yang tertata sedemikian bagus sehingga suasana cafe begitu rileks, dan makanan minuman ringan untuk teman mengobrol.

Gea hanya ingin melepaskan penat dan rileks setelah 6 hari kerja dengan banyak tugas menumpuk.

"Hai to, ada tempat kosong ga? Biasa buat santai", sapa Gea ke Tito, teman sekaligus pemilik cafe.

"Hai Ge, ada dong. Tuh yang reserved di pojok sebelah kaca. Udah aku siapin buat kamu", kata Tito sambil menunjuk ke satu meja kecil dengan dua kursi.

"Tumben pengertian? Aku pesen biasanya ya, teh leci sama kentang goreng. Jangan gosong2. Aku kesana dulu ya", kata Gea sambil berlalu ke tempat duduknya.

Gea duduk dan mulai membuka hapenya. Banyak notifikasi sosmed yang muncul, tapi diabaikannya. Tidak menarik pikirnya. Hanya seputar politik, teman galau sama pacarnya, foto-foto selfie tak penting, dan pamer-pamer tempat makan dan makanan barunya.

Tak berapa lama pesanan Gea datang, segelas teh leci dan kentang goreng. Tito sendiri yang mengantarnya.

"Ge, cemberut amat? Mikirin apa?", kata Tito mengagetkan Gea.

"Banyak To, kerjaan, saudara, gosip-gosip temen kantor, campur campur dah. Makanya kesini buat rileks. Sapa tau kamu bisa ngasih nasehat kaya biasanya. Kalo lagi ga rame kerjaan sih", jawab Gea sambil mulai nyemil ketang goreng pesanannya itu.

"Tenang, aku temenin kok. Kan hari ini ada Andra buat bantuin kerjaan cafe. Lagian kamu juga kesini cuma sekali seminggu, masak aku anggurin", kata Tito santai.

"Aku bingung harus gimana. Kerjaan banyak, pas pulang kerumah buat santai, malah banyak masalah. Masalah soal adek lah, soal disuruh cepet nikah, masalah soal gosip kantor, masalah soal hati, banyak. Aku bingung harus darimana. Semua kaya dateng bersamaan ga kelar-kelar", kata Gea dengan wajah serius.

"Kamu kapan terakhir kali merasa beruntung? Kapan terakhir kali merasa tidak ada beban?", tanya Tito dengan wajah serius pula.

"Sudah lama, aku tidak bisa mengingatnya", jawab Gea sekenanya.

"Manusia pasti punya masalah, seperti apapun dia. Kamu hanya perlu bersyukur, masalah ada untuk mengingatkanmu bahwa kita masih hidup. Gunakan skala prioritas, selesaikan satu persatu. Fokus, dan berdoa", kata Tito sambil tersenyum.

"Kerjaan banyak tanda bahwa Allah masih mempercayakanmu untuk menerima banyak rejeki. Masalah soal adek tanda kalau kamu harus belajar menjadi lebih dewasa, menjadi sosok yang lebih bijak dalam bersikap. Soal disuruh cepat nikah, itu tanda bahwa kamu diingatkan untuk memandang masa depan yang mungkin kamu lupakan gara2 sibuk kerja dan sibuk melakukan hal lain. Masalah gosip kantor, itu tanda bahwa banyak mereka yang memperhatikanmu secara ga sadar. Kamu memberikan mereka hal yag menarik untuk mereka. Hanya saja, dari semua, masalah hati itu yang paling sulit. Karena hanya kamu sendiri kuncinya. Kamu mau untuk menyelesaikannya apa menyimpannya", lanjut Tito panjang lebar.

"Hati ya? Entah aku bisa apa enggak", kata Gea lirih.

"Masih soal Gusti? Sampai saat ini?", tanya Tito dengan kerutan dahi.

"Aku kapan hari bertemu dengan Gusti, aku sih yang ngajak ketemuan. Sudah lama aku ga ngobrol sama dia. Entah bagaimana, langkahku itu salah", kata Gea.

"Semua hal ada batas waktunya. Gusti sudah memilih Maria. Mereka mulai cerita baru. Jika adil bagi mereka untuk berbagi cerita bersama, kenapa kamu mengharap cerita lalu yang diputar ulang? Gagal tidak berarti selamanya, berhasil juga sama. Berkeinginan itu pasti, tapi apa yang didapat, pasti sesuai apa yang dilakukan", kata Tito dengan bijak.

"Kamu takut hubungan yang akan berakhir lagi seperti Gusti dan bersikap tidak adil karena ketakutanmu. Bukankah hal itu yang buat hubunganmu semakin seperti saat sama Gusti? Semua orang pasti berubah, tergantung bagaimana kamu memperlakukan mereka. Jika kamu memperlakukan dengan baik dan adil, maka mereka akan baik dan adil. Jika tidak, anggap kamu bersedekah untuk masa depan. Saat kamu menanam padi, pasti akan tumbuh rumput. Tapi saat kamu menanam rumput, tidak mungkin tumbuh padi. Sesederhana itu", Lanjut Tito.

"Aku harus bagaimana?", tanya Gea.

"Berhentilah bercermin. Buang apa yang enggak baik, simpan yang baik. Jujur sama diri sendiri. Semua orang bisa berubah. Tapi nyesel saat kehilangan orang yang sayang sama kamu saat kamu baru mulai sayang, itu bukan hal yang sederhana. Ada saat ketika orang berlari kencang untuk mengejarmu, ada saat ketika mereka harus berganti jalur karena sebuah jalan buntu", jawab Tito. 

Gea menatap kosong melewati kaca kafe. Apa sesederhana itu meletakkan hati yang tersangkut ke hati lain? Apa sesederhana itu membuang kecewa?

Ya mungkin sesederhana itu. Mungkin otaknya saja yang tak bisa kompromi dengan hatinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 10, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jangan bersedih, tersenyumlah.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang