Chapter 30

1.5K 344 32
                                    

Author POV

Hari ini mood Jihoon benar-benar turun drastis.

Guanlin lupa menjemputnya dan mengabarinya hanya karena ingin menjemput Jiqeong untuk makan malam dengan keluarganya?

Tidak masalah jika Guanlin mengabarinya tapi sekarang? Ia harus terjebak di halte kampusnya.

Ini sudah hampir sore dan Guanlin hanya mengiriminya pesan untuk pulang sendiri karena ingin menghadiri undangan makan malam gurunya yg baru seminggu mengajar suaminya. Ck, dimana sekretarisnya kalau begitu?

"Dasar bocah sialan! Ck, kau pikir aku akan pulang ke rumah setelah apa yang kau lakukan kepadaku, huh?" Ucap Jihoon pada dirinya sendiri sambil menendang botol yg ada di tanah dengan keras.

"Awww!" Teriak seseorang yg terkena botol tersebut. Jihoon langsung menghampiri orang tersebut.

"Omo Samuel, mianhaee aku tidak sengaja. Jeongmal mianhaee" ucap Jihoon sambil mengelus-elus kepala Samuel yang terkena botol.

"Ahh ini tidak apa-apa, hyung. Tidak terlalu sakit." Ucap Samuel sambil tersenyum. Jihoon masih merasa bersalah.

"Mianhae, Samuel." Ucap Jihoon lagi.
"Hyung kenapa belum pulang?" Tanya Samuel.
"Malas." Ucapnya singkat.

"Wae, hyung? Apa ada masalah di rumah?" Tanya Samuel yg melihat perubahan raut wajah Jihoon.

"Yahh, sepertinya begitu. Sudahlah aku malas membahasnya. Pulanglah, ini sudah hampir malam." Ucap Jihoon sambil merapikan bajunya.

"Lalu hyung bagaimana?" Tanya Samuel lagi. Tidak mungkin Samuel meninggalkan Jihoon sendirian disini.

"Aku ingin berjalan-jalan saja." Ucap Jihoon malas. Samuel yg melihat wajah Jihoon yg murung itu langsung mencubit pipinya.

"Aigoo, hyung. Bagaimana kalau kutemani? Aku membawa motor, lagipula aku juga ingin jalan-jalan." Ucap Samuel.

"Eum....memangnya tidak merepotkan?" Tanya Jihoon hati-hati.
"Tentu saja tidak. Jalan-jalan sampai pagi hari pun tidak masalah bagiku, kkkk." Ucap Samuel sambil terkekeh pelan.

"Baiklah." Ucap Jihoon. Samuel tersenyum lalu segera menarik tangan Jihoon ke motor besarnya.

"Pakai ini." Kata Samuel sambil memberikan Jihoon helm. Jihoon menatap helm itu bingung.

Seumur-umur ia belum pernah naik motor, ia tidak tahu cara membuka pengait helm ini bagaimana.

"Hyung, kupikir kau terlalu kaya." Ucap Samuel sambil tertawa kecil lalu memakaikan helm ke kepala kecil Jihoon.

"Hyunggg, neomu kiyowooo hahaha" ucap Samuel yang melihat wajah Jihoon yg tertutup helm.

"Aisshh berhenti menggodaku! Ayo kita jalannnn!" Ucap Jihoon kesal dengan wajah yg memerah.

Samuel pun naik ke motor lebih dulu. Jihoon dengan hati-hati menaiki motor Samuel dan duduk sambil memegang pundak Samuel.

"Hyung pegangan yaaa." Ucap Samuel sambil menyalakan mesin motornya lalu....

Brummmm!!! (?)

"KYAAAAAAAA KIM SAMUELLLLLL!!!!!"

-

-

-

-

-

Sudah berjam-jam mereka jalan dengan Samuel yang membayar semuanya karena membujuk Jihoon agar tidak marah lagi.

"Hyung, ayolah jangan marah. Aku sudah mentraktirmu semuanya, lalu apalagi? Aku berjanji akan membawa motornya dengan pelan." Ucap Samuel memohon sambil memeluk lengan Jihoon.

Jihoon melirik Samuel yang sepertinya bersungguh-sungguh akhirnya mengangguk pelan.

"Jangan membalap lagi oke?" Tanya Jihoon yg langsung dibalas anggukan oleh Samuel.

Mereka sekarang sedang berada di sebuah cafe dengan dekorasi seperti kebun binatang serta berbagai macam boneka.


Jihoon menatap dengan mata yg berbinar melihat cafe ini. Ia memeluk boneka panda yang ada di sampingnya.

"Samuel ini lucu sekaliii." Ucap Jihoon sambil memainkan boneka pandanya.

"Aku membawamu kesini karena kupikir kau menyukai boneka dan ternyata benar hehe." Ucap Samuel sambil menatap Jihoon.

"Gomawoooo" ucap Jihoon senang. Seandainya ia dan Guanlin memiliki waktu luang, maka Jihoon akan mengajaknya kesini.

Jihoon segera menepis khayalannya itu. Ingat. Ia sedang marah dengan Guanlin. Jihoon teringat sesuatu,

"Jam berapa ini?" Tanya Jihoon.
"Jam 9 malam, hyung. Wae?" Tanya Samuel.

Jihoon segera mengecek hp nya. Kosong. Tidak ada notifikasi pesan atau pun panggilan tak terjawab dari Guanlin.

"Mungkin Tuan Park sedang sibuk. Tidak perlu mengkhawatirkannya." Ucap Samuel menenangkan.

Samuel sudah menebak pasti ada sesuatu diantara mereka berdua tetapi ia tidak terlalu ingin mencampurinya.

Jihoon tersenyum kecil lalu mengangguk. Ia kembali memakan makanannya.

"Aku akan mengantar hyung pulang setelah ini." Ucap Samuel tetapi dibalas gelengan oleh Jihoon.

"Aku tidak mau pulang...." lirihnya.
"Jangan seperti itu, hyung. Kau harus pulang, oke? Jangan membuat suamimu khawatir." Ucap Samuel sambil mengacak pelan rambut Jihoon.

Jihoon hanya diam tidak menjawab. Sudah seminggu ini Guanlin terlihat berubah. Apa karena Jiqeong?

Selama seminggu ini Guanlin selalu sibuk di kantor, pulang tengah malam atau bahkan tidak pulang sama sekali.

Guanlin biasanya menjemputnya di kampus lalu mengantarnya pulang tapi setelah itu ia harus kembali ke kantor dengan alasan bekerja.

Lalu hari ini, bahkan Guanlin tidak menjemputnya sama sekali. Mereka juga sudah jarang berkomunikasi.

Sosok Guanlin yg perhatian berubah menjadi orang yg acuh. Mata Jihoon mulai berkaca-kaca.

Samuel yang melihat itu langsung berpindah tempat duduk ke samping Jihoon.

"Hei, hyung. Baiklah, kita pulang ke apartemenku saja." Ucap Samuel sambil mengelus pundak Jihoon.

"A-apa?" Tanya Jihoon terkejut.

"Hyung kan tidak mau pulang, jadi ke apartemenku saja. Besok juga tidak ada jadwal kuliah." Ucap Samuel.

Jihoon tampak berpikir lalu akhirnya....

"Baiklah jika itu tidak merepotkan."















See u next chapter^^

Maaf yaaaaa ini pendek banget, lagi gaada ide soalnya :(

Jangan lupa vote+share+comment ya :)
vote dan comment dari kalian sangat mendukung buat gue lanjutin cerita ini
makasih

-esje

[Guanhoon] Oh Little Boy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang