Chapter 3

3.5K 605 68
                                    

Author POV

"Astaga! Bae Jinyoung! Park Guanlin! " teriak Jihoon. Ia berlari kearah Jinyoung dan Guanlin yg sedang berkelahi. Jihoon juga melihat Daehwi sedang menangis sambil memegang lengan Guanlin untuk berhenti memukul Jinyoung.

"Jinyoung-ahh!! " Teriak Jihoon sambil berlari menghampiri Jinyoung. Alhasil pukulan Guanlin meleset kearah pipi Jihoon.

"Ahh!! " Jihoon meringis kesakitan saat menerima pukulan Guanlin yg bgtu keras. Tetapi, ia tetap berdiri di depan Jinyoung yg sudah babak belur.

"H-hyung, mianhae. " ucap Guanlin menyesali perbuatannya.
"Kenapa kau memukulnya, Guanlin? Apa salahnya? " tanya Jihoon yg sebenarnya sudah menebak apa yg terjadi. Jihoon membalikkan badannya menghadap Jinyoung

"Jinyoung-ah, gwenchana? " tanya Jihoon kepada Jinyoung. Jihoon mengangkat tangannya ingin memegang pipi Jinyoung yg sudah lebam. Tetapi, Jinyoung menepis tangannya kasar.

Bukannya terkejut, Jihoon malah tersenyum. "Daehwi-ya, pulanglah bersama Jinyoung. Tolong obati dia dengan baik. "

"Jihoonie hyung... " Panggil Daehwi pelan.
"Aku sudah tahu,Daehwi. Aku tak apa. " Jihoon kembali memaksakan senyumnya. Ada sedikit rasa bersalah yg dirasakan Jinyoung dan Daehwi. Tapi Jinyoung tetap saja kesal.

"Oh jadi kau sudah tahu? Kenapa tidak bilang? Kalau begitu tidak ada alasan lain lagi untuk tetap mempertahankan hubungan kita. Hyung, kita sampai disini saja. " ucap Jinyoung tegas lalu menarik tangan Daehwi pergi dari kerumunan itu.

Jihoon berusaha menahan tangisannya. Mau tidak mau ia harus menerima kenyataan ini. Jihoon kembali tersenyum paksa lalu membalikkan badannya menghadap ke Guanlin lagi.

"Kau seharusnya tidak seperti ini. Lihat wajahmu juga luka. Ayo kita pulang. " Jihoon memegang lengan Guanlin untuk membantunya berjalan. Guanlin merasakan wajah dan perutnya sakit akibat dipukul Jinyoung.

Sesampainya di mobil, Jihoon membantu Guanlin masuk ke dalam mobil.
"Aku saja yg menyetir." kata Jihoon lalu masuk ke mobil. Ia tak mungkin membiarkan Guanlin yg menyetir dengan keadaan seperti itu.

Selama perjalanan mereka hanya diam. Guanlin memejamkan matanya. Sepertinya sakitnya baru datang sekarang, saat berkelahi dengan Jinyoung ia tak merasa apapun selain kesal.

Jihoon menatap Guanlin yg tertidur. "Kau sungguh adik yg baik, Guanlin-ah. Harusnya aku yg menjaga adikku tapi ini malah sebaliknya. " ucap Jihoon. Guanlin mendengar itu semua. Ia hanya tersenyum kecil tanpa sepengetahuan Jihoon.

Setelah beberapa menit perjalanan akhirnya mereka pun sampai di rumah eomma dan appanya. "Guanlin-ah, kita sudah sampai. " ucap Jihoon sambil membangunkan Guanlin.

Jihoon turun dari mobilnya. Lalu membukakan pintu untuk Guanlin. Satpam yg bertugas menjaga rumah mewah orangtuanya pun menutup pintu lalu segera menghampiri Jihoon dan Guanlin.

"Tuan apa yg terjadi? " tanya satpam tersebut.
"Oh, ahjussi. Apakah eomma dan appa ada di dalam? " tanya Jihoon. Ia takut orangtuanya marah saat melihat Guanlin seperti ini.
"Tidak, tuan muda. Mereka sedang ada di Jeju untuk mengurus pekerjaan. " jawab satpamnya.

Jihoon tersenyum lega. Ia menatap Guanlin yg ingin berdiri sambil memegang perutnya. "Yakk, sini ku gendong. " Jihoon menundukkan badannya tepat di hadapan Guanlin.

"Hyung, aku lebih berat darimu. Kau yakin? " tanya Guanlin yg menatap punggung Jihoon.
"Sudahlah naik saja. Oh, ahjussi tolong mobilnya parkir di garasi. Ini kuncinya. " Jihoon memberi kunci mobil Guanlin ke satpamnya.

Guanlin menatap punggung Jihoon ragu lalu dengan pelan menaikinya. Setelah Guanlin naik ke punggung Jihoon, mereka pun masuk ke dalam rumah lalu berjalan melewati ruang tamu yg besar itu. Jihoon menaiki tangga dengan pelan. Benar jika Guanlin sangatlah berat tetapi ia masih bisa menahannya.

Setelah sampai di lantai dua, Guanlin pun meminta untuk turun dari punggung kakaknya. "Hyung, turunkan saja aku disini. Kamarku sudah dekat, aku bisa berjalan. " ucap Guanlin.

"Kau yakin? " tanya Jihoon.
"Ne, hyung tenanglah. " jawab Guanlin. Ia pun turun dari punggung Jihoon. Guanlin mulai berjalan hingga ke kamarnya dibantu oleh Jihoon.

Jihoon mendudukkan Guanlin di kasur lalu mencari kotak P3K yg memang disediakan di kamar Guanlin. Mungkin karena orangtuanya sudah tahu jika Guanlin hobi memukul dan dipukul orang(?).

Jihoon mengobati Guanlin dengan teliti. Raut wajah Jihoon berubah menjadi sedih lagi melihat wajah adiknya. "Hyung... Mianhae. " ucap Guanlin sambil memegang tangan Jihoon yg berada di pipinya.

"Anii, tak perlu meminta maaf. Ini semua salahku. Aku sudah membiarkan adik kesayanganku terluka. " ucap Jihoon sambil tersenyum kecil. Guanlin menatap wajah hyung-nya yg terlihat lelah.

"Sudah selesai. Istirahatlah, aku disini sampai kau bangun. " kata Jihoon sambil menaruh kembali kotak P3K-nya. Setelah itu Jihoon naik ke atas kasur dan duduk di samping Guanlin yg sudah merebahkan tubuhnya.

Jihoon mengambil novel favorit Guanlin lalu pura-pura membacanya. Ia menyembunyikan wajahnya di balik novel itu lalu menangis. Lagi. Guanlin tidak tidur. Ia menatap hyungnya. Jihoon tidak suka membaca novel.

Ia menarik novel tersebut lalu terlihatlah wajah Jihoon yg sudah memerah karena menangis.

Grep. (?)

Guanlin menarik tangan Jihoon hingga tubuhnya ikut tertidur. Ia menaruh kepala Jihoon di dadanya. "Kau menangis lagi... " kata Guanlin sambil mengelus kepala Jihoon.

"M-mianhae hiksss... Aku masih mencintainya bagaimana bisa dia pergi dariku? hiksss apa aku jelek? Apa aku tidak memperhatikan Jinyoung dengan baik? Hikss jawab aku Guanlin! " Jihoon menangis sambil menyalahkan dirinya sendiri.

"Hey hyung lihat aku. " Guanlin mengangkat kepala Jihoon lalu menatap matanya.
"Siapa bilang kau itu jelek? Kau itu tampan sekaligus manis. Tak ada yg menandingi itu. Kau juga orang paling perhatian dan baik. Kau bahkan membiarkan Daehwi pergi dengan Jinyoung padahal bisa saja kau memukul Daehwi tadi. " jelas Guanlin.

Jihoon yg mendengar penjelasan Guanlin pun kembali menangis lalu membenamkan kepalanya di dada adiknya dan memeluknya erat. Guanlin terus menenangkan Jihoon hingga suara tangisan Jihoon pun berubah menjadi dengkuran halus.

Guanlin membenarkan posisi tidur Jihoon di sampingnya lalu ia dengan pelan bangun dengan sedikit merasakan sakit di perutnya. Ia mengambil selimut yg terletak dibawah kakinya lalu segera menyelimuti tubuhnya dan Jihoon. Akhirnya, Guanlin pun ikut tidur sambil memeluk tubuh Jihoon seperti bantal guling(?)

-Di rumah Daehwi-

Jinyoung terlihat lebih parah dari Guanlin. Tenaga Guanlin memang tidak main-main. Ujung bibir Jinyoung bahkan berdarah sedangkan Guanlin hanya lebam di pipi dan ujung bibirnya.

"Jinyoung-ah, apa yg nanti dikatakan Bae eomma jika melihatmu begini. " kata Daehwi sambil memeluk Jinyoung yg bersandar di dadanya. Ia sudah mengobati Jinyoung tadi.

"Aku akan menginap beberapa hari disini. Eomma pasti mengijinkan. " jawab Jinyoung. "Apa kau akan bolos sekolah? " tanya Daehwi lagi.
"Ne. " jawab Jinyoung singkat.
"Jinyoung-ah... " panggil Daehwi.

"Hm? " gumam Jinyoung.
"Kenapa kau memutuskan Jihoon hyung? Dia pasti sakit hati. Kau juga masih mencin---" ucapan Daehwi terpotong karena Jinyoung tiba-tiba mencium bibirnya.

"Hyung, kau cerewet sekali. Aku memutuskannya karena aku lebih mencintaimu. Dan bukankah lebih baik jika aku memutuskannya sekarang daripada ia sakit hati terus? Hyung, aku yakin dengan pilihanku. Percaya padaku." jelas Jinyoung setelah melepas tautan bibir mereka.

Daehwi tersenyum lalu kembali memeluk Jinyoung. 'Kau juga dulu yakin dengan Jihoon hyung. Jinyoung-ah semoga kau bisa memegang janjimu kepadaku' ucap Daehwi dalam hati.












See u next chapter^^

vomment nya juseyooo, kok byk yg read tp kaga vote? Sakitnya tuh di Jihoon oppa :)
-esje

[Guanhoon] Oh Little Boy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang