6. Jodohku Imut, in Jogja

5.5K 271 0
                                    

………………

“Oh, sekarang sudah seperti isteri sungguhan, ya?” Dia melirikku lewat ekor matanya.

“Mama kamu yang suruh, jadi aku ikuti saja. Sebenarnya aku nggak sudi melayanimu, kan bisa ambil sendiri!” Aku meletakkan gelas minuman yang baru saja kubawa di atas meja sebelahnya menaruh laptop karena sudah tidak ada tempat lagi sesak oleh kertas-kertas yang berserakan entah penting apa tidak, sementara laptopnya sedang ia pergunakan.

Baru selangkah meninggalkannya, gelas minuman yang baru saja kutaruh di atas meja itu tersenggol olehnya jatuh dan pecah. Suara benturannya keras sekali hingga aku terperanjat, begitu pula orang yang menjatuhkannya. Sengaja atau tidak? Tetapi sepertinya tidak disengaja karena orang itu buru-buru ingin membereskan pecahan gelasnya saat aku berlari ke sana untuk membereskannya. Terjadilah adegan tanpa sengaja bersentuhan merambat ke tatapan hingga tercipta suasana romantis antara aku dan dia.

Yah, betul!

Bagian dari sesi syuting film terbaruku. Ceritanya memang sudah umum, perjodohan antar dua keluarga. Karena kami tidak saling suka, sering terjadi percekcokan yang membuat kami jadi saling membenci tapi lama kelamaan menjadi suka. Umum bukan? Namun ada hal berbeda yang akan menarik penikmat film komedi-romantis serupa ini nantinya yang membuat mereka penasaran ingin menontonnya.

Ini hari terakhir kami syuting di Jakarta karena besok kami semua akan berangkat ke Jogja untuk memulai sesi syuting selanjutnya berlatar pesona kota Jogjakarta, ini loh salah satu hal menariknya. Ceritanya di Jogja kami sedang liburan karena desakan orang tua. Terpaksa.

Junot seorang aktor hebat yang suka bercanda. Ada saja yang menjadi bahan candaan di setiap adegan yang membuatku gagal fokus. Karena aku sudah sangat mengenalnya, jadi tidak canggung lagi saat harus beradegan romantis dengannya, hanya saja sedikit merasa aneh saat tunangannya Shasty datang ke lokasi syuting. Shasty juga seorang selebritis. Namanya baru melejit setelah menjalin hubungan dengan Junot. Shasty sangat cantik dan pendiam. Sebenarnya nggak cocok buat Junot yang pecicilan.

Junot tertawa terbahak-bahak begitu adegan saling tatapnya diakhiri oleh sutradara. Aku jadi ikut kebawa suasana karena semua kru juga tertawa. Langsung mencari tempat duduk setelah dibawakan minuman oleh seorang asisten, rasanya tenggorokanku kering sekali sudah haus ditambah ketawa lagi.

Pemandangan sepasang remaja berpakaian  SMU berboncengan sepeda motor yang tiba-tiba berhenti di tengah-tengah lokasi syuting menarik perhatianku. Amelia, gadis pembonceng itu adalah aktris pendatang baru yang ikut berperan dalam film ini sebagai adiknya Junot, sementara pemuda yang memboncengnya adalah keponakanku, Alen?

Mereka berdua pacaran?

Rasa penasaran mengusik ketenangan jiwaku mengganggu fikiran memaksa supaya aku mencari tahu, namun masih sadar batasannya. Aku nggak berhak ikut campur.

“Kak Radiya?” Amelia yang kebetulan lewat di depanku menyapa.

Kesempatan buat bertanya nih...

“Hai, dianter pacarnya ya?” tanyaku memancing. Kugeser lirikanku menuju Alen di depan sana yang sedang menoleh ke arah kami, dia tahu nggak ya kalau orang yang disapa pacarnya ini adalah tantenya? Lalu kembali menatap Amelia di depanku.

Amelia cuma senyum-senyum malu-malu kucing enggan menjawab.

“Berarti kalau senyum-senyum...”

“Tante Radiya?”

Suara Alen menukas penginterogasianku terhadap Amelia yang sebenarnya hampir menjawab rasa penasaranku. Oh, aku tak menyangka Alen bakal turun dari sepeda motor maticnya menghampiri dan menyapaku.

“Alen, kamu mengantar Amelia?” aku mengerutkan kening. Berlagak bego!

“Iya.” Membelokkan tatapannya pada Amelia, Alen kembali menatapku.

“Tante?” Amelia nampak bingung, ia menatapku lalu menatap Alen secara bergantian.

“Iya, tante Radiya adalah isterinya Omku.” Alen mengatakan itu. Senang mendengar dia mengakuiku sebagai tantenya. Aku pikir tadinya Alen akan berpura-pura tidak mengenalku, sama seperti Finny waktu itu. Tapi sekarang Finny sudah mengakuiku sebagai tantenya kok.

“Ommu berarti tuan Zein?” Amelia menatap Alen seperti menunggu jawaban darinya berharap dugaannya itu tidak benar.

Alen mengangguk lantas menjawab, “Iya.”

“Jadi kamu bohong padaku!” setelah mengatakan itu Amelia buru-buru pergi meninggalkan kami.

“Maafkan aku Mel…” Alen langsung mengejarnya.

Oh My....! Aku benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi. Amelia terkejut waktu Alen bilang kalau aku tantenya dan lebih terkejut lagi mengetahui bahwa Zein adalah Omnya Alen. Apa ini?

“Alen, tunggu!” aku menghentikan Alen yang menyelonong melewatiku tanpa toleh kanan kiri setelah keluar dari rumah yang menjadi lokasi utama film ini.

“Katakan pada tante apa yang terjadi antara kamu dan Amelia? Kalian pacaran?”

Alen menatapķu terkejut.

“Jangan takut, katakan saja!”

Lalu Alen menceritakan semuanya padaku.

Amelia adalah gadis sederhana meskipun dia seorang selebritis dan Alen sangat mengaguminya. Karena kesederhanaannya itu Alen terpaksa berbohong kalau dirinya bukan orang kaya, itu sebabnya Amelia marah waktu tahu ternyata Alen keturunan keluarga Haydaan.

“Jadi Amelia tidak mau menemui kamu lagi?”

“Iya,” Alen mengangguk-angguk.

Aku menepuk bahu Alen seraya berujar, “Baiklah, nanti tante coba bilang sama Amelia semoga dia mau mendengarkan tante dan nggak marah lagi sama Alen.”

“Makasih tante.” Senyum Alen terbit, “ Kalau begitu Alen duluan...” Alen mencium punggung telapak tanganku lantas pergi.

Selesai syuting aku menahan Amelia supaya tidak pulang terlebih dahulu. Tadinya Amelia tidak mau mendengarku, namun setelah kujelaskan perlahan-lahan Amelia mengerti dan mau memaafkan Alen. Kuharap hubungan mereka baik-baik saja setelah ini. Mereka akan jadi pasangan saling pengertian seandainya mereka berjodoh nanti. Ah! Apa yang kupikirkan. Usia mereka saja belum ada 17 tahun, terlalu dini untuk berbicara mengenai perjodohan. Nikmati saja dulu, toh jalan masih terbentang panjang dan lebar bagi Alen dan Amel menuju kedewasaan.

Perhaps Soulmate (End) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang