12. Relaas

4.2K 219 0
                                    

“Dengan nyonya Aradiya Niryana Zein Haydaan?”

Seorang laki-laki berpakaian rapi bertanya padaku begitu aku membukakan pintu.

Mengedipkan kelopak mata seraya menganggukkan kepala, aku masih bingung dengan kedatangannya yang tiba-tiba. Siapa dan mau apa dia.

“Surat panggilan dari Pengadilan Agama untuk anda!”

Panggilan? Pengadilan Agama?Ngapain?

Orang itu menyerahkan sebuah amplop yang entah apa isinya kepadaku.

“Surat panggilan apa ini?” tanyaku padanya.

Orang itu tersenyum sambil berujar, “Silakan dibaca saja nyonya.”

“Ah, baiklah.”

“Permisi nyonya,” ucap orang itu lalu pergi.

Mungkin orang pengadilannya atau hanya kurir biasa, entahlah.

Sembari masuk ke dalam rumah aku merobek bagian samping amplop panjang itu. Hanya selembar tetapi membuatku sangat penasaran. Kubuka perlahan-lahan lipatan demi lipatan suratnya aku terkejut membaca tulisan besar dan tebal yang mencolok mata begitu aku berhasil melebarkan suratnya,“SURAT PANGGILAN (RELAAS),” dan tulisan dipojok kiri atas, “Panggilan Tergugat/Termohon.”

Bahuku meluruh. Kepala kliyengan. Rasanya tulang-tulang di tubuhku melunak sehingga aku tak dapat berdiri tegap lagi. Hampir saja aku jatuh andaikan tanganku terlambat menggapai sofa. Aku terduduk lesu menyangga kepala dengan sebelah tangan sementara tanganku yang satunya kupaksa memegangi surat yang masih ingin kubaca hingga akhir.

Apa ini?

Jadi Zein benar-benar melakukannya. Dia ingin menceraikan aku. Baiklah, aku ikuti saja kemauannya terserah mau bagaimana.

Pengacara Zein juga tidak mau ketinggalan. Selang beberapa menit setelah jurusita pengganti itu pergi, pengacara sogokan Zein datang menemuiku. Sogokan? Iya, tanpa menyuap Zein tak mungkin mampu memenangkan semua kasus-kasus hukumnya di pengadilan padahal dirinya yang bersalah. Masih begitu jelas teringat di benakku sewaktu menjadi korbannya dulu. Membawa nama agensi menuduhku melanggar kontrak kerja Zein mengancam akan memenjarakan aku seandainya aku tidak mau menikah dengannya. Kali ini apa? Mengancam supaya menyerahkan Raffa dan menggantinya dengan separuh hartamu? Enak saja! Meskipun tidak mengerti hukum aku tahu kalau hak asuh anak di bawah umur itu harusnya jatuh ke tangan ibunya. Tak perlu juga kau bagi hartamu karena aku nggak butuh uangmu!

“Silakan keluar!” titahku pada lawyernya Zein sembari menunjuk ke arah pintu.

“Nyonya Aradiya Niryana Zein Haydaan, anda akan berurusan dengan saya lagi di pengadilan jika anda benar-benar menolak kesepakatan ini.” Ucapnya dengan wajah licik sama seperti kliennya.

“Saya sudah siap.”

“Anda yakin bisa menang?” mengatakan itu Dr. Arnold Sutedja SH MH, BH sekalian kebanyakan gelar bikin males nyebutinnya, lawyernya Zein beranjak dari tempat duduknya, menatapku.

“Tidak ada ibu yang ragu terhadap masalah yang menyangkut anaknya.”

Dr. Arnold terdiam sebentar seraya memperlihatkan senyuman miring yang dikira tampak bagus di wajah penuh kerutan itu.

Perhaps Soulmate (End) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang