Malam ini pergantian tahun 2017 menuju ke 2018. Aku merasa ada yang kurang. Seketika mood-ku langsung ngedrop se-drop-drop-nya Harusnya malam pergantian tahun diawali dengan kebahagian, kecerian serta tertawa bersama. Karena ketika itu kita dapat berkumpul dengan orang yang kita sayangi.
Kita akan merayakan pergantian tahun dengan kegiatan kumpul-kumpul, bincang-bincang kemudian bakar-bakar mulai bakar jagung, sosis, ikan, ayam atau minimal bakar sampahlah, tetapi jangan bakar kenangan bersama mantan, ya. Itu dilarang.
Kemudian tepat pukul 00.00 menyalakan kembang api tapi kalau tidak ada, minimal membunyikan mercon banting atau mercon tariklah. Tetapi tidak denganku, sekarang aku hanya duduk di kamar. Semua rencana yang aku susun gagal. Jauh-jauh hari aku sudah memiliki janji dengan Kak Chaka untuk merayakan tahun baru bersama, maksudku bersama keluargaku, di belakang rumahku.
Ketika pukul 20.00 kami sudah mulai membakar jagung dan kawan-kawannya. Aku sungguh bahagia dan terlarut terlebih ketika Kak Chaka tersenyum. Hati ini rasanya meleleh, Bang. Senyum terus terukir di wajahku setiap menatap Kak Chaka yang sedang membolak-balik jagung agar tidak gosong.
Kata pepatah ’kita jangan terlalu bahagia pasti nanti akan muncul kesedihan.’ Tepat. Tiba-tiba Kak Chaka mendapat telepon dari kawan sejawatnya sesama dokter untuk menggantikannya jaga malam hari ini, karena istri temannya akan melahirkan dan air ketubannya sudah pecah. Akhirnya Kak Chaka mau menggantikan jadwal jaga kawannya. Memang baik, ya calon suamiku. Plak.
Kak Chaka memohon maaf kepada Ayah, Bunda, Aku, dan yang terakhir jangan disebut, ya! Malas. Untuk tidak melanjutkan acara pergantian tahun di rumahku. Kak Chaka pamit berangkat dinas menjaga malam, menggantikan temannya. Aku pun langsung malas melanjutkan acara tahun baru ini. Aku langsung masuk ke rumah, menuju kamarku. Untuk menenangkan diriku dari rasa kecewa.
Sebenarnya acara bakar-bakar masih berlangsung terdengar dari kamarku suara canda Choki yang disambut gelak tawa Bunda dan Ayahku, tetapi aku sudah tidak bersemangat. Aku memilih bersemedi di dalam kamar siapa tahu dapat wangsit nomor dan aku bisa nembus dapat uang banyak.
"Nduk, keluar Nduk ini udah waktunya menyalakan kembang api," kata Bunda mengetuk pintu kamarku pelan.
"Decha sudah tidur, Bun," sahutku asal.
"Jangan bohong, Nduk! Mana ada orang tidur menjawab ketika diajak berbicara?"
Akhirnya kuputuskan membuka pintu takut kualat sama Bunda. "Maksudnya, Decha mau tidur, Bun. Decha sudah ngantuk. Sudah lima watt, Bun," jawabku sambil mencium pipi Bundaku terlebih dahulu. "Decha tidur dulu ya, Bun."
"Ya, udah mimpi indah, ya putrinya Bunda!" jawab Bunda dan tak lupa mencium keningku.
***
Lima hari sudah setelah acara tahun baru, aku belum bertemu dengan Kak Chaka. Mungkin karena aku yang mulai sibuk, secara aku sudah mulai masuk sekolah di semester genap ini dan langsung disibukkan dengan tugas-tugas. Baru saja masuk sekolah, tugas sudah menerjang kehidupanku bagai tsunami mulai dari fisika, kimia, matematika, Bahasa Indonesia, dan sejarah. Sehingga aku jarang main ke rumah Kak Chaka. Dan lebih sering main ke warnet untuk mencari tugas kemudian menge-print-nya.
Kemarin malam, aku iseng ke rumah Kak Chaka. Untuk memberikan puding buatanku untuk Kak Chaka. Tenang kali ini aman, pudingnya enak. Tetapi Kak Chaka sedang tidak ada di rumah. Kata Choki, ’Kak Chaka sedang berdinas, mungkin pulangnya akan malam.’
Pagi ini seperti biasa sebelum mandi aku berolahraga sebentar di depan rumah. Kebetulan Kak Chaka barusan selesai joging. Aku melihat keringat sudah membasahi pelipis dan punggungnya. Ingin rasanya aku usap keringatnya dengan tanganku yang mulai seperti kena ulat bulu. GATAL. Kak Chaka mengembangkan senyumnya dan menyapaku.
"Halo, Decha. Olahraga juga, ya?" tanya Kak Chaka sambil mengelap peluh yang menetes dengan handuk kecil yang dikalungkan di lehernya.
"Iya kak," sahutku malu-malu.
"Oh, ya makasi ya pudingnya kemarin malam enak sekali dan maaf ya kakak kemarin tidak ikut acara tahun barunya sampai selesai."
"Iya, tidak apa-apa, Kak. Waktu itu Decha juga tidak sampai selesai dan tidur lebih awal, Kak."
"Sebagai gantinya mau tidak kalau besok Sabtu nonton konser dengan Kakak. Kebetulan hari itu Kakak free."
Hah, Kak Chaka mengajakku kencan. OMG senangnya. Mukaku langsung blushing merah-merah jambu secara alami tanpa dicat atau diblush on terlebih dulu. Tanpa sadar aku menggelengkan kepalaku berharap aku tidak sedang mimpi ataupun berhalusinasi semata.
"Decha tidak mau ya?" tanya Kak Chaka karena melihat aku menggeleng-gelengkan kepala.
"Bukan bukan gitu Kak, Decha mau. MAU BANGET malah, Kak," kataku penuh semangat empat lima.
"Sampai ketemu hari Sabtu ya Decha, besok bada’ magrib Kakak ke rumah minta ijin juga ke Bunda. Kakak masuk dulu, ya," kata Kak Chaka penuh kelembutan.
Aku memandangi terus punggung Kak Chaka yang pelukable itu, hingga menghilang. Senyum terus menghias di bibirku. Yes yes yes teriakku girang dengan gaya meloncat meninju langit.
***
Hari Sabtu pukul 18.30 aku sudah tidak sabar menunggu berkencan dengan Kak Chaka. Aku memakai kaus kedodoran tanpa lengan dan celana jeans. Tak lupa aku panjatkan doa supaya acara kencanku ini berhasil dan berjalan dengan lancar.
Tok tok tok tok
Aku bergegas keluar dengan penuh semangat untuk membukakan pintu rumahku tapi what, apa yang kulihat? Aku tidak salah melihat kan ini? Bukan hanya Kak Chaka yang ada di depan rumahku. Kenapa begini??? Ngapain tuh anak ikut juga??
Aaaarrrrggghhhh, batinku jengkel.
Tambah tidak jelas ya ceritanya.. maklum penulis amatiran.. lagi mencoba meluangkan waktunya buat dunia corat - coret.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Mungil I Love You
Humor#184 dalam humor dunia akhirat (14052018) (Jangan ada copas atau plagiat diantara kita) Namanya Decha, terlahir sebagai anak tunggal. Ia selalu bermain dengan kakak beradik, tetangganya-Kak Chaka dan Choki-yang memiliki dua perbedaan, pertama, usia...