"Kalau dalam permainan catur, aku itu pion, kecil tapi pantang mundur, apalagi soal cinta."
Choki Bagastara
"Aku mau menagih uang novel yang kemarin. Cicilan pertama ini. Mana?" kata Choki dengan gaya tengilnya.
"Iya, sebentar. Masuk dulu, gih. Di dekat pintu mirip Bang Titil saja."
Tanpa aku perintah lagi Choki segera masuk dan duduk di ruang tamu. Aku segera masuk ke kamar mengambil uang.
"Dasar, Buluk kirain kemarin bercanda. Tahunya beneran suruh nyicil dua ribuan. Mirip depcolector malam-malam datang ke rumah cuma buat nagih uang saja."
Aku segera turun dan hendak memberikan uang itu ke Choki. Tetapi dari kejauhan aku mendengar suara Choki berbincang dengan Ayahku.
"Ini uangnya, pulang gih," kataku sambil memberikan uang kertas dua ribuan ke depan muka Choki.
"Jangan dulu, nak Choki. Yuk main catur sama Ayah. Sudah lama kita enggak main catur."
Jangan terkejut kenapa Choki menyebut kedua orang tuaku Ayah dan Bunda bukan Om dan Tante. Karena itu sudah terbiasa dari kecil.
"Siap, Yah. Mumpung Choki lagi enggak ada kerjaan."
Aku pun akhirnya duduk di salah satu sofa paling pojok untuk melihat mereka bermain catur. Karena memang aku sejatinya suka dengan permainan catur. Rumit tapi mengasyikkan. Gimana caranya kita berstrategi agar dapat men-skakmat-kan lawan.
Ayah dan Choki mulai menata bidak-bidak catur mereka masing-masing. Ayah memilih warna putih dan Choki warna hitam. Kadang aku berpikir papan catur itu warnanya apa ya? Hitam putih apa putih hitam ya? Hehehe enggak penting memang.
Ayah mulai memainkan pion awalnya. Ayah memilih pion yang berada di depan meteri kemudian melangkahkan dua petak. Choki juga melangkahkan pionnya satu petak yang berada di depan raja miliknya.
Selang beberapa menit bidak-bidak catur milik Ayah sudah mulai sedikit dimakan bidak-bidak Choki. Aku merasa kerongkonganku kering. Aku putuskan untuk meninggalkan arena permainan mereka untuk mengambil minum.
Sebelum aku pergi ke dapur ku dengar Ayah berkata,"Cha, jangan lupa buatin minum yang dingin untuk Ayah dan Choki."
Aku hanya mengangguk dan kemudian ke dapur untuk membuatkan tiga gelas es sirup. Aku segera membawanya ke ruang tamu. Dan meletakkan di meja. Aku melihat raja milik Ayah mulai tercepit bingung akan ke mana lagi melangkah.
"Aduh, kalah lagi nih sama kamu, Chok!" Ringis ayahku sambil menggaruk kepalanya yang aku yakin tidak gatal.
Choki pun menata kembali bidak-bidak caturnya. Ketika dia mengangkat bidak ratu dia berseloroh," Yah, tahu enggak ada filosofinya lho bidak ratu kenapa jalannya bebas?"
"Memang kenapa, Chok?"
"Menurut buku Tatang Mulyana halaman 62, bidak ratu jalannya bebas karena wanita enggak mau diatur, Yah. Suka-suka dia mah kalau jalan. Apalagi di jalan raya, Yah. Sen ke kiri belok ke kanan, sen ke kanan belok ke kiri."
"Kamu pasti ngarang," kataku.
"Serius aku. Ini benaran. Buka saja bukunya kalau ada!" Kata Choki sambil terkekeh pelan.
"Ayah kalau dalam permainan catur, mau jadi bidak apa, Yah? Katanya.
"Emm Raja kali, Chok. Wajah ayah kan ganteng kayak pagem-pagem gitu."
"Pagem?" Tanyaku.
"Papa gemes, Cha." Jawab Ayahku menaik turunkan alisnya.
Dan seketika aku merasa menyesal tadi sudah bertanya.Aku mulai mengambil minuman di nampan yang aku taruh di meja, tadi. Segera gelas menyentuh bibirku mereka mulai berbicara lagi.
"Hahahaha." Choki hanya tertawa mendengar pengakuan Ayahku.
" Kalau kamu, Chok?" Tanya Ayahku.
"Kalau dalam permainan catur, aku itu pion, kecil tapi pantang mundur, apalagi soal cinta, Yah." Kata Choki sambil mengedipkan sebelah matanya ke arahku.
Entah kenapa saat itu aku refleks melihat ke arah Choki. Seketika epiglotisku atau anak tekak yg berfungsi sebagai selaput penutup jalur menuju paru-paru, saat aku minum tidak bekerja dengan baik, sehingga minumanku pun masuk ke saluran tenggorokan, maka terjadilah sekarang aku tersedak.
"Uhuk-uhuk uhuk-uhuk."
A/n
Selamat membaca. Berikan vote dan komennya ya makasi.
Satu kata buat Choki dong!
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Mungil I Love You
Humor#184 dalam humor dunia akhirat (14052018) (Jangan ada copas atau plagiat diantara kita) Namanya Decha, terlahir sebagai anak tunggal. Ia selalu bermain dengan kakak beradik, tetangganya-Kak Chaka dan Choki-yang memiliki dua perbedaan, pertama, usia...