Minum Kopi

529 130 300
                                    

Orang yang tak kuharapkan ternyata lebih mengerti diriku

Decha Liana Putri

Sepulang dari menonton konser, aku sudah mengancam Choki supaya tidak ikut lagi dalam acara kencanku Kamis minggu ini dengan Kak Chaka. Sudah cukup, kencan yang kemarin tak begitu berkesan buatku.

Malam nanti aku sangat ingin berkesan di hadapan Kak Chaka. Kali ini sepulang dari sekolah, aku sudah menunggu Coklat Buluk di parkiran motor. Aku sengaja berdiri di motor milik Choki, yang disebut oleh pemiliknya ’Baja Hitam’. Selang beberapa menit tampaklah batang hidung Si pemilik Baja Hitam, sambil mencangklongkan tasnya hanya dengan satu tangan. Tanpa ba bi bu be bo aku langsung to the point berbicara dengan Si Buluk.

"Luk, nanti malam jangan ikut lho, Awaaassss!" ancamku kepada Si Buluk.

"Kok kamu yang repot, Ngil? Tenang makanku enggak banyak kok. Kamu enggak akan mungkin tekor lagipula yang bayar juga kakakku," jawab Choki santai sambil menaik turunkan alisnya.

"Please, Chok jangan ikut! Kamu boleh minta apa aja tapi please jangan ikut!" mohonku.

"Boleh minta apa saja, ya? Penawaran yang bagus," katanya sambil pura-pura berpikir. Padahal aku tahu dia tidak mungkin sedang berpikir.

"Iya, apa saja," sahutku cepat.

"Yakin?" tanya Choki memastikan penawaranku lagi.

"Iya." jawabku lebih tegas.

"Oke, nanti aku pikirkan lagi. Awas aku mau pulang. Cacing-cacingku sudah pada demo minta makan atau kamu mau aku makan?" katanya sembari mendorong pelan diriku agar tidak menutupi jalannya menuju Baja Hitam.

Aku pun segera menyingkir dari hadapan Choki dan bergegas menuju motorku sendiri untuk pulang ke rumah.

***

Seperti yang kuduga membujuk Choki untuk tidak ikut dalam acara kencanku sangat tidak mudah. Sekarang dengan muka tengilnya, Si Buluk ikut serta dalam acara makan malam ini. Sebenarnya aku dan Kak Chaka hanya akan pergi ke caffe yang jauh dari kata romantis, tapi aku hanya ingin quality time dengan Kak Chaka. Hanya berdua. Tanpa ada pengganggu seperti ini.

Kami makan malam di cafe kecil yang menyediakan aneka macam makanan ringan, kopi, dan yang lainnya. Cafenya enak sekali buat nongkrong dan ngobrol. Kami memilih duduk di salah satu tempat duduk lesehan dengan nomor dua puluh tujuh.

"Mau pesan apa Decha?" tanya Kak Chaka sembari menulis di kertas pesanan.

"Samain kayak Kak Chaka aja, Kak," jawabku dengan penuh kemantapan.

"Kalau kamu apa Choki?"

"Aku minumnya air putih dingin aja, Kak makannya nasi pecel ditambah telur ceplok setengah matang," kata Choki tanpa mau menghentikan aktifitasnya yang sedang asyik main ML (Mobile Legend).

"Iya udah ini Kakak tambah cemilan juga."

Setelah selesai menulis semua pesanan. Salah satu pramusaji lelaki mengambil kertas pesanan kami. Selang beberapa menit pramusaji mengantarkan pesanan kami. Terlihat beberapa cemilan dan minuman sudah mengisi meja kami. Sedangkan untuk makanan besar kami harus menunggu beberapa menit lagi.

Si Mungil I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang