Bukan Dylan

341 72 255
                                    

"Sebenarnya mau romantis kayak Dilan kasih TTS, tapi aku takut lebih tergoda lihat covernya daripada isinya"

Choki Bagastara

Akhirnya aku keluar dari ruang belajar tanpa memedulikan teriakan Choki. Yang berteriak-teriak persis seperti tarsan di hutan belantara. Aku menuju ke dapur menghampiri Bunda yang sedang menggoreng pisang nugget. Aku pun bergelayut manja, tanganku memeluk Bunda dari belakang.

"Bun, gurunya boleh minta ganti?" tanyaku pelan dan hati-hati.

"Memang Choki kenapa? Setau Bunda dia pandai. Ranking kedua di kelas. Bunda sudah cocok dengan Choki. Ayah juga sudah setuju Choki menjadi guru les tambahanmu hingga akhir semester ini." jelas Bunda kepadaku.

"Kalau gitu Bunda saja yang belajar bareng Choki!" kataku pelan walau terdengar agak ketus.

"Oke, Bunda enggak mau maksa kamu belajar bareng Choki. It's okey baby. Tapi kamu juga jangan maksa Bunda, ya! Minta kuota, masak makanan kesukaan kamu, dan yang penting uang sakumu Bunda potong, ya?" kata Bunda santai lalu berbalik menghadapku dan menoel hidungku pelan.

"Ah, Bunda gitu mainnya ngancem. Enggak asyik, ah. Oke oke aku belajar lagi dengan Choki, Bun."

Aku pun langsung kembali lagi ke ruang belajar setelah mencomot satu pisang nugget buatan Bunda. Negosiasiku dengan Bunda gagal.

***

"Nih, banyak yang keliru, Ngil!" kata Choki setelah aku mendaratkan pantatku di kursi.

"Iya, nanti aku perbaiki lagi. Enggak lihat kepalaku sudah penuh asap buat ngerjain soal-soal itu. Istirahat dulu, sebentarlah!" pintaku sambil asyik masih mengunyah pisang nugget.

"Ngil, kamu suka sama Dilan enggak?" tanya Choki tiba-tiba.

"Dilan siapa?" tanyaku karena masih bingung, tiba-tiba Choki bertanya di luar konteks pelajaran yang sedang kami bahas.

"Itu, lho film Dilan yang awal tahun ini tayang?"

"Oh, Si Dilan itu, Luk. Suka. Suka banget. Bikin baper dan ketawa, Luk. Apalagi waktu Milea ulang tahun, Eh Dilan malah kasih TTS," jelasku sambil cekakak-cekikik mengingat sepenggal potongan film tersebut, ketika Milea mendapat kado TTS dari Si Dilan.

Choki hanya mengangguk-angguk pelan mendengar jawabanku.

"Sudah, Ngil istirahatnya ini lanjutin!" perintahnya dan mendorong kertas soal ke hadapanku.

Aku mulai sibuk menghitung kembali dan Si Buluk mulai mengawasiku mengerjakan seperti seorang pengawas dalam ujian. Lebih tepatnya seperti Nyonya Puff yang sedang mengawasi Sponge Bob ujian SIM. Harap-harap cemas karena si murid tak kunjung pandai mengerjakan apa yang diajarkan.

***

9 April 2018

Aku sungguh merasakan capek yang menyerangku hari ini. Penyakit malasku mulai bersarang di diriku. Padahal ini masih pagi. Mungkin karena kemarin Buluk memaksaku mengerjakan soal yang lumayan banyak, hingga aku harus berpura-pura mengerti.

Setiap aku salah satu soal, akan muncul dua soal baru. Persis kayak amoeba, soal dari Si Buluk bisa membelah diri setiap saat. Hingga malam aku baru bisa mengerjakan semua tanpa kesalahan. Kemudian baru kegiatan belajar tersebut berhenti. Setelah belajar aku langsung tertidur. Ditambah sekarang hari Senin. Aku semakin malas untuk ke sekolah. Harus upacara panas-panasan hingga satu jam lebih.

Aku mulai menata buku pelajaranku untuk hari ini. Segera mandi dan bersiap ke sekolah.

Hari ini aku berangkat sendiri ke sekolah. Biasanya juga sendiri, sih. Hanya saja motorku sedang di bengkel dan beberapa hari ini aku selalu diantar Ayahku ke sekolah.

Tapi kemarin tiba-tiba Ayah dan Bunda sedang ada urusan ke Tegal. Semalam Ayah dan Bunda berangkat naik mobil. Aku tidak boleh ikut karena sebentar lagi UKK (Ujian Kenaikan Kelas) menanti. Setelah siap berangkat sekolah, aku memesan taksi online untuk mengantarkan aku ke sekolah. Mungkin hanya taksi online yang mengerti diriku saat ini.

***

Aku tampak berjalan lesu untuk menuju ke kelasku. Tapi tiba-tiba aku dikagetkan dengan teriakkan teman-teman sekelasku.

"Selamat ulang tahun selamat ulang tahun. Selamat ulang tahun Decha. Selamat ulang tahun."

Aku melihat Tiara membawakan kue tart kecil dengan lilin kecil yang menyala juga.

"Selamat ulang tahun, Cha. Tiup, Cha! Jangan marah lagi ya denganku!" kata Tiara sambil memelukku satu tangan. Karena tangan satunya membawa kue.

"Terima kasih, ya," kataku terharu.

Tiba-tiba si Buluk maju dan memberikan kadonya. Kadonya tipis dan berbentuk persegi panjang. Sepertinya sebuah buku tebakku.

"Ini, Ngil. Buat kamu!" katanya. Terdengar suara dari teman-temanku yang kompak seperti rombongan paduan suara mendadak gonjreng.

"Ciye ciye Choki. Ciye ciye."

"Pepet terus, Bos. Jangan kasih kendur!" kata Pandu, sahabat Choki yang dibalas Choki dengan jitakan pelan di kepalanya.

"Iya terima kasih," kataku malu-malu.

***

Setelah aku mendaratkan diriku di bangku. Tiara datang dengan kehebohannya.

"Buka, Cha kado dari Choki! Ih, jangan bilang kadonya TTS. Dari bentuknya kayak gitu," katanya semangat.

"Iya kayaknya gitu. Apalagi kemarin dia tanya-tanya tentang Dilan."

"Iya, makanya buka bikin baper saja!" kata Tiara tambah semangat dan heboh.

Aku menyobek kertas yang membungkus kado itu. Kemudian ada surat dari Si Buluk dan aku mulai membaca suratnya.

Selamat ulang tahun, Ngil
Jujur aku bingung mau kado kamu apa?
Sebenarnya mau romantis kayak Dilan kasih TTS, tapi aku takut lebih tergoda lihat covernya daripada isinya. Hehehe
Jadi aku putuskan untuk memberi kado kamu ini.

Aku berhenti membaca surat dari Si Buluk dan mengambil kado Si Buluk. Aku mulai mengeryitkan dahiku melihat kado Si Buluk. Lalu aku lanjutkan membacanya.

Aku putuskan memberimu kado LKS sejarah milikmu yang sudah aku isi semua. Kamu pasti lupa hari ini harus mengumpulkan LKS itu untuk syarat mengikuti ujian harian ke-4.

Tertanda Choki

A/n

Selamat membaca jangan lupa vote dan kritik serta saran yang membangun.

Awalnya untuk menentukan quote Choki ini aku harus searching dulu di mbah google takutnya pernah dijadikan meme. Setelah kurasa tidak ada. Baru aku mulai menulis part ini.

Makasih untuk dukungannya

Salam Semprul

Si Mungil I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang