Gambar yang Tersembunyi

481 62 413
                                    

"Jika ingin menyadarkan aku pentingnya dirimu bagiku dengan cara seperti ini, aku harap aku tidak akan pernah sadar, selamanya"

Decha Liana Putri


Aku terus mendekap kepala Choki berharap ini semua mimpi. Aku tidak ingin seperti di film-film yang berkata tidur tapi sebenarnya, TIDAK. Aku membuang jauh pemikiran itu, tapi aku hanya manusia biasa bukan Spongebob yang tidak pernah curiga atau su'udzon sekali pun Plankton pernah memperdaya dirinya untuk mengambil resep dari Tuan Kreb berkali-kali. Aku takut Choki meninggal dan terbang ke kahyangan bersama Mimi Peri. Padahal di Bumi masih ada yang cantik, seperti aku misalnya.

Di tengah pemikiran konyolku yang bergejolak, terdengar secara sayup-sayup sebuah lagu yang tak asing.

Yo wes ben duwe bojo sing galak
Yo wes ben omongane sengak
Gawe aku susah
Nanging aku wegah pisah [6]

"Bunda kondisinya begini kok malah nyalain MP3, sih!" ketusku ke Bunda.

Bunda tidak menggubris omonganku, bunda justru mengangkat telepon.

"Halo, Chaka. Kamu di mana? Bunda telepon dari tadi, lho."

"Bunda masih pakai ringtone itu, Bun?" tanya Ayahku seperti tidak terima atau malah tersindir.

"Sudah, Ayah jangan dibahas dulu, ini Chaka telepon," jawab Bunda sambil menarik bibir Ayah yang terlihat mengerucut.

"Sebentar, Chaka! Bunda loudspeaker dulu!"

"Ini sudah nyampe mana, Bun? Choki gimana?"

"Kami sudah nyampe Gerbang Bates Semarang Demak, Chaka. Sebentar lagi nyampe Rumah Sakit Islam Sultan Agung. Kami tunggu di pintu IGD, ya!"

"Bun, minta tolong cek Choki dengan ABCD!"

"ABCD apaan sih, Kak? Decha enggak paham maksud Kakak," kataku ikut nimbrung pembicaraan.

"Airway, Breathing, Circulation and Disability. Airway tolong cek apakah ada sumbatan pada jalan napas Choki bisa karena muntah atau yang lain? Lihat pergerakan dada dan perut Choki, jika normal maka akan gerak bersamaan."

Aku melihat sebentar gerak dada dan perut Choki," Geraknya sama, Kak."

"Sekarang dengarkan dan rasakan napas Choki apakah terdengar seperti mengorok, berkumur, atau tinggi?"

Aku mendekatkan telingaku tepat di hidung Choki dan pipiku untuk merasakan hembusan napas Choki yang keluar, "Terdengar biasa, Kak. Tidak mengorok juga."

"Cek circulation itu cek nadi Choki apakah terasa denyutannya? Periksa juga telapak tangan Choki terasa hangat, kering, dan merah atau dingin, basah dan pucat? Tekan ujung kukunya dan akan kembali merah butuh berapa detik?"

"Kak, jangan cepat-cepat Decha bingung."

"Cek nadi Choki!"

"Sudah, Kak terasa walau sangat lemah."

"Cek telapak tangan Choki!"

"Terasa dingin, basah dan pucat, Kak."

"Pencet ujung kuku Choki terus cek berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk kembali merah!"

"Iya, Kak sebentar!" Aku mulai memencet ujung kuku Choki dengan kuat kemudian melepaskannya dan mulai menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk kembali merah. "Satu, dua, tiga, empat, lima. Lima detik, Kak," sahutku kencang.

"Disability itu cek kesadaran Choki, apakah Choki sad.."

"Choki pingsan," potongku.

"Jika ada perdarahan tolong ditekan dengan kain agar perdarahan berhenti agar Choki tidak mengalami hipovolemia."

Si Mungil I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang