Hehehe akhirnya sudah ada yang kasih kritik dan saran jadi seneng deh.. 💃💃
Mungkin terkesan lebay tapi sudah ada yang sempat - sempatin baca terus vote lebih - lebih komen sungguh mulia sekali jari - jari anda 🤗🤗
Thanks ya karena karya saya ini seperti remah - remahan roti meski bikin seret tapi mengenyangkan kok. Enggak ada hubungannya ya 🤔🤔
Ya udah baca aja ya.. moga suka 😙
Di dalam tubuh yang mungil terdapat alis yang kuat.. strong strong strong
Choki Bagastara
Akhir-akhir ini aku merasa kayak kena serangan jantung deh. Jantungku sering berdebar tidak sesuai keinginanku. Terlebih jika di dekat si Buluk. Apa karena aku hobi makan makanan yang tidak berfaedah ya. Akhir - akhir ini aku sering makan makanan junkfood dibanding masakan bunda. Jangan salahkan diriku, karena aku lagi punya voucher dari salah satu aplikasi ojek online untuk delivery makan. Kan kalau tidak dipakai sayang banget. Sama voucher aja aku sayang apalagi sama pacarku kelak. Apalagi kalau pacarku Kak Chaka pasti aku sayang - sayang terus. Bayangin Kak Chaka jadi pacarku rasanya senang sekali.
"Kamu, kenapa Cha?" kata Tiara teman sebangkuku.
"Hehe enggak papa, Ra. Lagi khayalin jadi pacar Kak Chaka, nih. Dilarang mengganggu."
Tiara adalah sahabat di sekolahku. Jadi dia tahu tentang Kak Chaka. Anaknya tinggi dengan rambut pendek ala ala ibu polwan cantik yang suka ada di acara 68. Mungkin karena ayahnya polisi jadi dia juga ingin jadi polwantik polisi wanita cantik.
"Khayalin mulu ga da actionnya, gimana mau jadi pacarnya Kak Chaka. Bisa-bisa Kak Chakamu itu diambil sama dokter cantik atau minimal suster-suster sexy aduhai, lho," kata Tiara sambil mengeluarkan majalah remaja dari tasnya.
"Terus aku harus gimana, Ra," jawabku langsung lemas dan menaruh daguku di meja.
"Nih, ada artikel bagaimana cara PDKT ke laki-laki dewasa. Pertama beri perhatian."
"Sudah, Ra."
"Kedua cari bahan obrolan agar ketika ngobrol nyambung."
"Iya, terus."
"Ini yang paling penting, Cha. Ubah penampilan sefeminim atau seanggun mungkin."
"Haduh, pegang make up aja aku ga pernah, Ra. Kalau berangkat sekolah cuma pakai bedak tabur bayi."
"Coba latihan pakai make up punya Bundamu, siapa tahu Kak Chaka enggak tertarik karena kamu kurang menarik. Aku enggak bilang kamu jelek, lho. Lihat alismu itu lho tipis terus bibir pucat kayak mayat hidup Cha."
"Kamu, Ra kalau ngomong suka bener. Oke deh nanti aku latihan make up di rumah."
"Good Luck, Cha," kata Tiara memberi semangat diriku.
***
Sore hari setelah mandi aku mulai berburu peralatan make up Bunda. Ada bedak, pensil alis dan lipstik. Tanpa meminta ijin sama Bunda aku langsung mengangkut ketiganya.
Aku langsung masuk kamar dan duduk di meja belajarku dengan memasang cermin kecil di meja. Aku lihat wajahku di pantulan cermin.
"Oke, waktunya berlatih."
Awalnya aku menabur bedak di seluruh mukaku. Aku lihat lagi cukup memuaskan hasilnya untuk pemula. Aku mulai mengoleskan lipstik di bibirku yang imut-imut. Pelan-pelan aku oleskan kemudian aku monyong-monyongkan bibirku. Cukup memuaskan juga tinggal terakhir pakai pensil alis. Bagaimana pakainya ini. Ada tugas menggambar saja nilaiku di rapor selalu 65. Aku mulai membolak balik pensil alis di tanganku. Tiba - tiba pintu kamarku terbuka. Tanpa dipersilahkan masuk Si Buluk langsung duduk di atas tempat tidurku.
"Lagi, ngapain sih, Ngil?" tanya Choki."
"Lagi latihan pakai pensil alis tapi bingung ngelukisnya gimana?"
"Sini biar aku aja yang lukis," kata Choki sambil mengambil pensil alis dari tanganku.
"Bolehlah dilukis Si Buluk secara dalam hal seni gambar menggambar dia selalu mendapat nilai 90," batinku.
Si Buluk mulai menarik wajahku untuk mendekat kepadanya. Jarak kami begitu dekat. Aku rasa penyakit jantungku mulai kumat lagi. Rasanya berdebar-debar ketika aku memperhatikan wajah Si Buluk yang mulai serius menggambar alisku.
"Nah, udah selesai prefekto. Aku pulang dulu ya, Ngil, " kata Si Buluk dengan senyam-senyum tidak jelas.
"Iya, makasi lho, Luk," jawabku dengan segera mengambil cermin untuk melihat alisku yang kata Si Buluk sudah prefekto.
"Si Buluk, awas kamu jangan lari," teriakku.Aku pun mulai keluar kamar mengejar Si Buluk ke rumahnya. Dengan kekuatan flash aku berlari masuk rumahnya hingga aku tak menyadari kalau di halaman rumah Si Buluk ada mobil Kak Chaka dan mobil yang entah aku tidak tahu.
"Buluk, kemana kamu. Sini hadapin aku."
Di ruang tamu Si Buluk duduk Kak Chaka dan seorang wanita cantik serta dewasa. Aku taksir umurnya hampir sama dengan Kak Chaka. Wanita itu juga memperhatikanku kemudian tersenyum guna menahan tawanya.
"Maaf-maaf aku enggak tahan. Ha ha ha ha," kata wanita itu sambil memegangi perutnya.
"Alis kamu kenapa, Cha?" tanya Kak Chaka.
"Bagus kan, Kak?" sahut Choki tiba-tiba keluar dari arah dapur.
"Di dalam tubuh yang mungil terdapat alis yang kuat strong strong strong," lanjut Choki sambil meminum air dari gelas yang dia pegang.
"Sini biar Kakak bantu benerin alis kamu," kata wanita itu sambil menarik tanganku yang sedari tadi hanya mematung.
"Iya, Cha biar dibantu sama Cyntia. Kenalin, Cha ini Cyntia pacar baru Kakak. Kenalin Cyntia ini Decha tetangga kami," kata Kak Chaka mulai memperkenalkan kami.
Aku langsung melepaskan tanganku dari genggaman Kak Cyntia. Aku berbalik badan dan berjalan pulang. Entah kenapa rumahku terasa jauh. Mataku mulai memanas dan tanpa aku cegah air mataku mulai menetes.
Bugghhh
Terdengar suara pukulan yang cukup keras. Ketika aku membalikkan badanku terlihat Kak Chaka tersungkur dan Choki sedang mengepal menahan amarah.
"Kalau tidak suka dengannya jangan kasih dia harapan lagi. Dasar bodoh," kata Choki.
Terima kasih sudah membaca. Berikan komen dan votenya untuk penulis amatir ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Mungil I Love You
Humor#184 dalam humor dunia akhirat (14052018) (Jangan ada copas atau plagiat diantara kita) Namanya Decha, terlahir sebagai anak tunggal. Ia selalu bermain dengan kakak beradik, tetangganya-Kak Chaka dan Choki-yang memiliki dua perbedaan, pertama, usia...