Hanya Tidur

471 63 378
                                    

Sambil dengerin mulmed-nya, ya. Biar feel-nya nyampai. 👌👌

"Makanya kamu dekat-dekat aku terus, biar aku bisa membahagiakanmu."

Choki Bagastara

Birunya langit berarak meninggalkan peraduannya berganti semburat jingga. Sang surya ikut serta Biksu Tong untuk menuju ke barat tetapi bukan untuk mengambil kitab suci. Hanya saja dia butuh beristirahat barang sejenak untuk menyinari bumi. Burung-burung beterbangan meninggalkan pantai. Seolah sayapnya melambai-lambai untuk pamit kepadaku bahwa mereka akan pulang ke sarangnya.

Suara deburan ombak yang menghantam karang semakin terdengar keras. Angin bertambah kencang tak jarang beberapa anak rambutku ikut beterbangan hingga menutupi sebagian wajahku. Ternyata aku pandai juga merangkai kata tentang senja. Mungkin efek patah hati membuatku menjadi sentimentil, batinku sambil tersenyum getir.

"Kamu ngapain sih, Ngil senyam-senyum?" Tangan Choki mulai memegang dahiku, kemudian lanjut berkata," Padahal enggak panas? Hmmm, jangan-jangan obatmu habis, ya, Ngil?"

"Apaan sih, Luk. Aku enggak kenapa-kenapa," sungutku.

"Yuk, pulang Ngil! Nanti keburu malam. Kamu pulangnya mau bareng aku atau bareng ayah dan bundamu?"

"Aku bareng ayah aja, ya Luk. Kamu enggak apa-apa?" Entah kenapa ada rasa ragu dan gelisah ketika aku bertanya seperti itu. Aku tahu Buluk pasti kecapekan dan mengantuk mengurus kejutan ulang tahun untukku. Terlihat dari wajahnya yang sayu dan beberapa kali dia kulihat menguap.

"Iya nggak apa-apa, Ngil. Tapi nanti kamu jangan kangen ya sama aku!" katanya seolah-olah sedih. Aku tahu dia pasti hanya ingin menggodaku. Dengan menunjukkan wajah sok sedihnya itu.

"Ih, kamu apaan sih, Luk. Kangen darimana rumah kita juga sebelahan. Tiap hari ketemu. Jangan sok sedih gitu, ah. Senyum. Senyum." kataku sembari menarik pipi Choki agar wajahnya melengkungkan senyum walau terpaksa.

" kataku sembari menarik pipi Choki agar wajahnya melengkungkan senyum walau terpaksa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Makasi ya, Luk. Hari ini ulang tahun terbaikku. Aku bahagia."

"Iya sama-sama, Ngil. Makanya kamu dekat-dekat aku terus, biar aku bisa membahagiakanmu."

"Cha, ayo cepat pulang! Jangan pacaran terus dengan Choki!" teriak ayahku tiba-tiba mengagetkan kami berdua.

"Ah, Ayah tahu saja kita pacaran. Makanya jangan ganggu, Yah. Dukung Choki terus, ya?" sahut Choki membuatku sebal. Tapi yang membuatku menjadi sebal kuadrat karena tingkah ayah yang justru mengancungkan kedua jempolnya sambil ketawa haha hihi.

Siapa juga yang pacaran dengan Buluk? batinku.

Aku pun beranjak meninggalkan Choki menuju ke mobil ayahku sambil berkata, "Dasar gemblung."

Choki pun tak menjawab perkataanku, Dia justru tertawa sangat kencang. Hingga dia memegangi perutnya.

Waktunya pulang, aku pulang bersama Ayah dan Bundaku. Kak Cyntia tentu dengan Kak Chaka. Pandu, Emma dan Tiara naik mobil Tiara tapi Pandu sebagai sopirnya. Sedang Choki hanya sendirian di dalam mobilnya.

Si Mungil I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang