(3) Amaze Day

184 49 606
                                    

🎵Park Boram ft. Basick - Like Destiny🎵

🍁
🍁
🍁

"Selamat pagi, dunia.."

"Yes! Akhirnya..!"

"Eummm..!! Ini harimu, Yaya.."

"Yess! Yes! Yess!"

Yaya menjerit bahagia begitu dirinya bangun dan membuka mata. Dua tangannya terkepal gagah di udara. Menyadari bahwa inilah hari yang akan menjadi bagian terpenting di hidupnya. Pagi ini, Yaya tersenyum saaangat lebar.

Sengaja ia bangun pagi, bahkan sebelum jam menyentuh waktu Subuh. Begitu telinganya menangkap panggilan, ia sedikit cepat menyucikan hadats kecil di tubuhnya. Ia nikmati moment itu. Berwudhu selalu bisa membuatnya lebih segar. Usai bersembahyang, ia mendekati ranjang. Duduk bersantai karena semua kebutuhan sekolah sudah siap sejak semalam.

"Uhibbullah.. Yeess! Yes, Yess! Muhteşem..!!!"

Yaya begitu cengengesan.

Tok! Tok!

"Yaya?" Bi Aisyah seketika nongol dari balik pintu setelah sebelumnya mengetuk pintu dengan hanya dua kali ketukan dan tanpa ba-bi-bu langsung membuka pintu kamar yang ditempati Yaya dengan gaya seperti mau membobol. Tentu Yaya kaget menyadari kehadirannya.

"E-eh, Bibi. Pagi, Bi!" Yaya yang tadi sempat kikuk langsung menyapa Bi Aisyah dengan lambaian tangannya yang cepat dibalas Bi Aisyah. Yaya tercengir dan kembali bertingkah kikuk.

"Udah bangun? Pagi bener! Kelewat semangat ya, yang mau masuk SMA?" cerocos Bibi dengan nada menggoda.

Cengiran Yaya terlihat begitu lebar.

"Eh, udah shalat, 'kan, Ya?"

"Udah," Yaya mengangguk seraya tersenyum.

"Mandi sana.. Nanti malah tidur lagi," sambungnya.

"Hehe, iya, Bi. Tenang.. Ini 'kan hari pertama. Gak akan ada sejarahnya, seorang Yaya telat di hari pertama masuk SMA," ucap Yaya pede.

Bi Aisyah terkekeh geli. Aihh, keponakannya ini memang menggemaskan.

"Ya udah, oke!" sahut Bi Aisyah sembari menggerakkan jari tangannya, memberi tanda oke pada Yaya yang terlihat begitu semangat. Setelahnya, Bi Aisyah menghilang dari balik pintu.

Yaya dengan sigap menyingkap selimutnya. Merapikan ranjangnya cepat-cepat sebelum akhirnya beranjak menuju lemari untuk mengambil pakaian resminya hari ini dan pergi ke luar kamar mengincar kamar mandi.

Ia tak mandi lama-lama dan kini sudah kembali berada di ruangan yang menjadi kamarnya selama ia tinggal di rumah bibi kandungnya, Bi Aisyah Rahmi, yang merupakan adik dari Abahnya.

Begitulah, karena memang jarak dari rumah ke sekolah barunya yang jauh, mau tidak mau ia harus tinggal lebih dekat dengan sekolahnya, yaitu di rumah bibinya sebagai langkah paling praktis. Meskipun jarak antar rumah bibinya dan sekolah barunya saat ini, tidak bisa juga dibilang dekat.

Yaya berdiri di depan cermin yang menyatu dengan lemari. Yaya menyisir dengan telaten rambut hitam panjang yang bergerai melebihi pinggangnya, mengepangnya dalam satu ikatan, dan membalutnya dengan pashmina bahan katun berwarna putih cerah-bersih setelah sebelumnya memakai ciput ninja yang sama-sama putih. Tuntas sudah step by step menutup rapat kepalanya. Seragam biru putih berlengan panjang yang ia kenakan hari ini tampak rapi karena semalam, ia yang menyetrika sendiri.

Sambil masih menatap cermin, Yaya mengingat kembali sekelebat bayangan saat sebelum pamit meninggalkan rumah dan kampung halamannya.

"Abah, Ibu.. Do'ain Humaira, yah? Yaya minta restunya supaya jalan Yaya nanti dipermudah. Abah sama Ibu sehat-sehat yah.. Yaya pasti pulang ke rumah seminggu atau dua minggu sekali. Ikhlaskan Yaya buat belajar di kota ya, Bah. Insya Allah, Yaya bakal inget terus nasihat Abah sama Ibu. Yaya gak mau ngecewain Abah sama Ibu. Yaya akan berusaha yang terbaik."

Humailove (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang