🎵Red Chair - A Person Who Give Hapiness🎵
(Puter kalau punya lagunya. Di Youtube, cari-cari gak ada. Aku gak sengaja dapet dari DramaFans.net. Enak aja, kedengaran soft-warm di telinga 😀. Coz, aku ini pecinta soundtrack. Gak lengkap aja kalau gak ada OST 😁.)
Komen and korek typo ! :)
🌾
🌾
🌾"Raa...!"
Yaya menoleh ke belakang saat dirinya dipanggil begitu nyaring.
"Erin, Jane ..." Senyum Yaya yang selembut krim itu otomatis terbit.
Erin dan Jane tergopoh menghampiri Yaya dengan senyum riang terukir di wajah masing-masing. Begitu sampai di depan Yaya, tak ada lagi yang bisa mereka tunjukkan selain raut gembira. Jadilah keriangan mereka menyatu dengan senyuman krim milik Yaya. Aih, suatu perpaduan yang indah.
Sementara itu, tak jauh dari letak koordinat ketiga gadis itu, ada keempat senior tampan yang tengah menyembunyikan diri di balik sebuah pilar besar. Lagi-lagi mengintip dan menguping. Ide itu, tentu saja dipelopori Keno-Alex. Alan dan Zul hanya ikut-ikutan. Itu pun setelah melalui proses pemaksaan.
"Raaa, akhirnya kita dapet pin...!" seru Erin riang gembira.
Lantas Erin dan Jane pun menunjukkan pin bintang emas yang telah mereka dapat hari ini. Tampak berkilau cemerlang di genggaman tangan mereka.
"Yeeeyyy!!" Mereka berdua kompak bersorak bahagia.
Yaya tersenyum lebar melihat dua kawannya bersemangat. Rona di pipinya muncul otomatis. Dan satu cengiran polos terlahir begitu saja. "Yeey."
"Iya, Ra. Kita gak nyangka, lho. Dapet ini tuh kayak mimpi...!" Erin semringah. Sebuah pelangi khayalan muncul menaungi kepalanya. 🌈
"Kita kaget lho, Ra. Tahu-tahu dipanggil Pak Kemal, disuruh ke kantornya. Kirain kenapa, tahunya malah dikasih ini!" Sekali lagi, Jane menunjukkan pin bintangnya tepat di depan Yaya dengan gestur sungguh-sungguh.
"Haah, Pak Kemal tuh baik banget. Kata beliau, kejadian waktu itu layak dikasih toleransi. Dan katanya, kita pantes dapet pin ini, karena presentasi kita yang terbaik di kelas!" jelas Erin dengan riang yang meluap-luap.
Yaya mengangguk-angguk lucu sambil setia memasang senyum.
"Raaa, ayo tunjukin bintang emas kamu! Kamu juga dapet, 'kan?" Jane nampak antusias sekali.
Erin mengangguk. "Hmh! Ayo tunjukin, Ra! Kita mau liat juga."
Yaya hanya terkekeh canggung.
"Ayo, Raaa!" bujuk Erin dengan dua tangan di atas bahu kanan Yaya. Diguncang-guncangnya dengan penuh semangat, membuat Yaya sedikit pening. Jelas pening. Karena Erin tak pernah sesemangat ini. Dia 'kan gadis kalem.
"Iya, Ra! Ayo, dong ... tunjukin!" Jane sama tidak sabarnya.
Yaya tak berhenti tersenyum. Otaknya juga tak berhenti berputar. Alasan apa ya, yang bagus?
"Bintang emas aku tadi dibawa Nisa sama Nico, katanya mereka pengen lihat. Jadi, aku kasih pinjem ke mereka." Senyuman krim itu muncul lagi otomatis.
"Yaah, terus mereka ke mana?" tanya Erin.
"Eum ... tadi bilangnya mau ke perpus." Sip, Yaya pintar bohong.
"Oh ... gitu." Jane mengangguk paham.
"Padahal kita pengen lihat, Ra ..." Erin merengut lucu.
"Mm, nanti, ya? Lagipula, bintang emasnya sama aja kok, kayak punya kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Humailove (On Hold)
Fiksi Remaja🍏Humailove🍏 ('Cause Humaira is My Love) - Kebahagiaan itu sederhana bagi Humaira Elya. Menurut anak Abah itu, bahagia adalah saat semua orang mengenalnya sebagai gadis yang baik dan ramah. Bahagia adalah saat semua orang menyadari bahwa makin hari...