🍁
🍁
🍁"Kak Al mana, Ma?"
"Eh, mending nanyain Kakakmu segala? Biasanya cuek-cuekan."
"Cuma nanya. Gak kurang gak lebih," dibalas datar.
"Eum.. Tuh!" (sambil menunjuk tangga)
Alan menuruni setiap anak tangga yang melingkar mewah di istana kebesarannya itu. Ia turun dengan santainya sambil dua matanya tak lepas dari ponsel yang ia genggam.
"Awas jatoh, Nak!" suara lembut keibuan itu berhasil mengalihkan pandangan Alan.
"Eumm," jawab Alan yang kini telah sepenuhnya berpaling dari ponselnya.
Ponselnya ia simpan di saku celana pendek selututnya. Ia berjalan mengarah ke meja makan.
"Makan.." ucap Mamanya lembut.
"Eumm," jawab Alan singkat.
"Mesti nunggu berapa abad, sih, buat kamu akhirnya turun terus mau makan?"
"Papa udah laper banget, ya? Kenapa gak makan duluan aja?" balas Alan santai.
Papa menatap istrinya sejenak sambil mengerutkan dahi. "Anak kamu kok, begitu?", barangkali itu yang ingin ia katakan pada istrinya lewat kerutan di dahinya itu. "Itu 'kan, anak kamu juga," gantian Mama yang bermonolog dengan kerutan dahinya.
"Makan itu baiknya sama-sama. (Mama menggeleng kepala) Yang satu mendekam di kamar terus, yang satu malah rakus," Mama menasihati putra sulungnya sambil melirik juga ke arah putra keduanya --adiknya Alan--- yang beberapa menit lalu malah telah lebih dulu mengunyah makan malamnya. Mengabaikan tiga buah kepala yang bahkan menyentuh sendok pun belum.
"Iya, Ma," jawab Alan.
Adiknya Alan terkekeh pelan saat mendapat lirikan dari mamanya. Ia rasa ia juga sedang ikut disindir. Terserah sajalah, ia sendiri tidak mau menunggu lama hanya untuk makan malam.
Alan pun mulai mengambil beberapa lauk yang akan jadi santapannya malam ini.
"Ini apa, Ma?" tanya Alan seraya menunjuk ke salah satu wadah berisi hidangan yang kaya dengan kuah rempah kemerahan.
"Woku ikan kerapu. Khas Manado," mata Mama berbinar-binar saat mengatakannya.
"Mirip gulai," kata Alan sambil mulai meraih dan memotong daging Woku itu.
"Yaa, semacam itu," balas Mamanya.
"Mending gak western?"
"Tau makan aja, deh," jawab pria muda di samping Alan.
Alan hanya melirik sekilas, lalu mulai memakan makanannya dengan santai tanpa menanggapi adiknya.
Mama terkekeh mendengar putra bungsunya, Elo, yang barusan bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Humailove (On Hold)
Ficção Adolescente🍏Humailove🍏 ('Cause Humaira is My Love) - Kebahagiaan itu sederhana bagi Humaira Elya. Menurut anak Abah itu, bahagia adalah saat semua orang mengenalnya sebagai gadis yang baik dan ramah. Bahagia adalah saat semua orang menyadari bahwa makin hari...