🎵Wendy & Seulgi (Red Velvet) - I Only See You🎵
🍁
🍁
🍁Yaya menyambut pagi ini dengan senandungnya. Entah lagu siapa dan judul lagu apa yang ia gumamkan sejak tadi.
Kini, ia tengah berdiri di depan cermin. Pandangannya fokus ke arah pantulan dirinya. Senandungnya masih sayup-sayup terdengar, meski amat lirih.
Yaya tersenyum setengah lebar melihat kembaran dirinya di cermin. Pashmina rawis putih ia kenakan dengan gaya yang tak neko-neko.
"Lumayan.." Yaya tersenyum lagi pada dirinya. Jarinya mengusap-usap pipi.
Wajahnya lumayan katanya. Padahal dirinya terbilang sangat cantik. Tapi Yaya, bahkan tak sepenuhnya sadar akan anugerah Tuhan yang satu itu. Masih ada langit di atas langit. Sekalipun orang menyebutnya cantik, yang jauh lebih cantik pasti ada, pikirnya.
Ia mengecek kembali kerapian hijabnya. Tidak butuh waktu lama baginya hanya untuk sekedar checking penampilan. Masih dengan seragam putih-birunya, dirinya sudah siap untuk hari keduanya.
***
"Assalamu'alaikum.. Ya-ya..!" teriak seseorang yang sangat familiar begitu jelas terdengar di kuping Yaya. Ia yang sudah sarapan, lekas menghampiri si pemilik suara yang sudah pasti saat ini tengah berada di pekarangan rumah.
"Wa'alaikumsalam, Nis.."
Di ambang pintu depan rumah, Yaya tersenyum dan melambai ke arah Nisa yang sudah siap menjemputnya --berangkat bersama--- menuju sekolah mereka.
"Bi, Yaya sama Nisa berangkat sekolah dulu, ya!" pamit Yaya pada Bi Aisyah.
"Paman, Yaya sama Nisa berangkat sekolah," pamit Yaya pada pamannya, Arham --suami Bi Aisyah---.
Bibi dan Paman mengangguk menanggapi pamitan Yaya.
***
Yaya melihat ke luar kaca mobil dengan pandangannya yang meluas. Di luar, jalanan masih tampak lengang. Beberapa motor sesekali mobil tampak berseliweran meramaikan jalanan yang kurang ramai di pagi kali ini. Entah ke mana para pengendara yang biasanya memacetkan jalan. Kemungkinannya, mereka masih asyik meringkuk dalam kungkungan selimut.
Dengan sengaja Yaya menyandarkan kepalanya demi bersantai selagi di jalan menuju sekolah. Ia terus tersenyum sembari meraba kaca mobil yang kini kelihatan berembun.
"Gerimis ya, Ya?" tanya Nisa membuyarkan setengah lamunannya.
Rintik-rintik air yang baru mulai itu, dengan santai dan sabar terjun sepercik demi sepercik hingga akhirnya menyelam ke dasar tanah, sungai, laut, lembah. Segala hal yang berada di atas muka bumi dipastikan basah karenanya. Itu pula-lah yang mungkin membuat orang-orang jadi tambah enggan untuk bepergian ke luar rumah.
"Ah, iya. Tapi adem ya, Nis, jadinya?" respon Yaya sambil menolehkan kepalanya ke arah Nisa.
Nisa mengangguk setuju.
"Ya, pokoknya, hari ini dan seterusnya kita bakal berangkat bareng terus, ya?"
"Eh, bukannya dari kemarin juga?"
"Eh, iya," Nisa terkekeh, Yaya tersenyum setengah tertawa.
Yaya tak pernah berhenti bersyukur karena kehadiran Nisa. Seseorang yang telah ikut menuntunnya sampai sejauh ini. Seseorang yang telah ikut berjasa menariknya dari gudang yang pengap menuju gedung yang megah. Seseorang yang akan turut mengantar dan menemaninya menuju gerbang impian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Humailove (On Hold)
Teen Fiction🍏Humailove🍏 ('Cause Humaira is My Love) - Kebahagiaan itu sederhana bagi Humaira Elya. Menurut anak Abah itu, bahagia adalah saat semua orang mengenalnya sebagai gadis yang baik dan ramah. Bahagia adalah saat semua orang menyadari bahwa makin hari...