🎵San E & Kang Min Hee - What's Wrong With Me?🎵
(Puter song-nya, ya.. It's very catchy! ;)
Haha, what's wrong with you, Al? 😂
🍁
🍁
🍁Alan menatap serius pada pantulan dirinya di cermin. Tidak, ia sama sekali tidak sedang menyombongkan wajahnya ataupun membangga-banggakannya sambil bergaya. Tentu saja tidak. Dia bukan Keno. Bukan juga Alex. Dan baginya, kelakuan seperti itu terlalu remeh. Ada sesuatu yang lebih penting dari sekedar mengagumi wajahnya saat ini.
Lagipula, apa yang perlu disanjung dari wajah tampan yang sekarang malah dikaruniai mata panda itu? Heeh, ini sungguhan. Kulit mata bagian bawahnya seperti baru saja dilukis dengan pensil. Menghitam. Ralat. Mengabu-abu.
Alan mencoba menutup mata pandanya sejenak. Ia bingung terhadap dirinya sendiri. Ini keadaan paling menggelisahkan dalam hidupnya, mungkin.
Sekali lagi, ia menangkap sosok di cermin itu. Ia seolah bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Kalau saja dirinya yang di cermin itu bisa bicara, sudah tentu ia akan bicara padanya sekarang juga. Ia hanya ingin memastikan sesuatu. Ia hanya ingin menuntut sebuah jawaban.
Syuurr..urr..rrr
Air dingin wastafel diraupnya untuk membasuh wajahnya yang kuyu.
...
Alan keluar dari kamar mandi. Ia membuka lemari besarnya, meraih seragam yang tergantung rapi di sana. Ia segera memakainya.
Ia mengancingkan seragamnya dengan cepat. Lantas membalutnya dengan blazer abu kebanggaan almamaternya. Tentu saja diiringi perasaan kalut yang tidak menentu. Semalaman ia sulit tidur. Tidur lima menit sepuluh menit, tapi terjaga setengah jam. Lalu tertidur lagi, kemudian bangun lagi. Terus menerus siklus insomnia itu berlangsung. Jika siklus hujan sangat bermanfaat bagi kehidupan, maka siklus insomnianya Alan malah sangat mengenaskan.
Semalaman ia merutuk pada bantal, guling, selimut. Padahal itu bukan salah mereka. Tapi Alan tetap menyalahkan mereka. Terus-terusan menuding bahwa 'mereka bertiga', tadi malam mendadak kompak membuatnya jengkel. Tidak ada nyaman-nyamannya.
***
"Pagi, Al!" sapa Mama dengan riang tanpa menoleh. Tangannya sibuk menaruh selai ceri di atas hamparan roti tawar.
Alan menarik kursi meja makan. Memposisikan dirinya untuk duduk. Pagi ini, lagi-lagi 'Sang Pangeran' datang paling telat menghadiri 'jamuan makan'. Selalu begitu. Tak peduli makan pagi, makan siang, makan malam.
"Hmm," Alan membalas sapaan riang sang Mama dengan gumaman seadanya. Boro-boro membalas riang.
Mama tidak aneh dengan tingkah putranya. Bukan sesuatu yang jarang putra sulungnya berlaku seperti itu. Mama pun terpaksa memaklumi. Setidaknya, ketampanan putranya patut ia syukuri. 😂
"Ini buat Al yang gantengnya pangkat seribu. Hehe," Mama menyerahkan roti hasil polesannya sambil nyengir.
"Allahu Akbar!!" detik itu juga, mata Mama membulat. Piring isi roti di tangannya hampir saja jatuh akibat terlalu kaget.
Alan baru saja akan menerima piring dari Mama, tapi urung seketika akibat seruan Allahu Akbar bernada kaget. Bahu dan tangannya refleks tersentak bagai tersetrum listrik satu kali getaran. Wajah Al sudah setengah cengo memandang keterkejutan mamanya.
Papa yang sedari tadi anteng dengan polesan rotinya sendiri juga ikut merasa tersentak karena seruan Mama. Tapi kemudian..
"Subhanallah!!" pemandangan wajah putranya membuat Papa lebih tersentak lagi. Lebaynya, hampir kolaps.
KAMU SEDANG MEMBACA
Humailove (On Hold)
Novela Juvenil🍏Humailove🍏 ('Cause Humaira is My Love) - Kebahagiaan itu sederhana bagi Humaira Elya. Menurut anak Abah itu, bahagia adalah saat semua orang mengenalnya sebagai gadis yang baik dan ramah. Bahagia adalah saat semua orang menyadari bahwa makin hari...