🎵DinDin & Juniel – You Look Pretty🎵
(Lagunya catchy, OST-nya ShimShim. ^^)
(Laporkan typo, hm?)
🍁
🍁
🍁"Kenapa sih, mandang gue kok gak suka banget?" tanya si pelempar ngasal sambil memandang ke arah Nisa.
Sampai kini, Nisa masih terus melayangkan tatapan super-sinisnya kepada si pelempar ngasal. Ya ... Sebut sajalah begitu. Karena faktanya, lelaki itu memang telah melempar bola kastinya dengan asal-asalan alias sembarangan. Sampai 'tepat sasaran' mengenai kepala belakang Yaya.
Meski tidak bisa disimpulkan bahwa itu disengaja. Karena nyatanya, itu memang kecelakaan. Tapi asal melempar bola di dalam kelas, bukankah itu perilaku sembarangan? Asal-asalan? Serampangan? Untung, bola kasti. Kalau bola basket seperti kemarin? Ow, no!
Nisa enggan menjawab. Ia terlalu malas menanggapi, membuat si pelempar ngasal jadi berkerut kening tak mengerti. Karena tak juga mendapat respons dari Nisa, akhirnya ia beralih menatap Yaya. Haah ... Sosok yang beberapa menit lalu ia nobatkan sebagai sosok gadis pilihan. Tercantik di antara semua gadis cantik yang pernah ia intip di upacara bendera tiap Senin itu. Bagi lelaki itu, seperti ada sisi kecantikan yang khas dan berbeda yang terpancar dari seorang Yaya. Entah kecantikan jenis apa itu, tapi ia belum pernah menemukan yang sejenis itu sebelumnya.
"Temen lo emang kayak gitu, ya?" lelaki itu mempertanyakan sebab-musabab sifat Nisa yang sinis itu.
Yaya hanya tersenyum dengan gaya canggung seperti biasanya.
"Dia baik, kok."
Lelaki itu mengernyit.
"Dia ramah."
Lelaki itu melirik Nisa.
"Dia pengertian."
Lelaki itu meringis sambil menatap Nisa.
"Pokoknya dia baik."
Lelaki itu balik menatap Yaya dengan mimik muka tak percaya.
Serentetan kalimat Yaya yang lebih terdengar seperti pujian itu, membuat wajah Nisa tersipu. Karenanya, ia bisa tersenyum saat ini. Sebuah senyum jenis senyum kucing alias senyum malu-malu. Dan si pelempar ngasal bisa melihat senyum itu juga. Ia pun hanya berekspresi dengan muka setengah malas.
"Masa, sih?" batin lelaki itu setengah bertanya-tanya.
"Aah ... Kamu suka kelebihan deh, Ya. Gak sebaik itu, kok. Aku sadar juga. Hihi."
Nisa merasa sedikit malu memang. Yaya selalu berlebihan mengatakan ini itu tentang dirinya. Penilaiannya kelebihan plus. Nisa sadar, dirinya tak sebaik itu. Sampai saat ini pun, ia masih terus belajar kebaikan dari Yaya. Bagaimana proses Yaya 'bermetamorfosis', Nisa sungguh mengambil banyak pelajaran berharga dari itu. Tapi, Yaya memang selalu tahu caranya memuji orang.
"Nggak, kok. Aku jujur bicara soal itu."
Yaya tersenyum lagi. Senyumnya sangat tulus terlebih itu untuk Nisa. Dan si pelempar ngasal telah berhasil menangkap basah senyuman selembut cokelat Belgia itu. Ia terpesona.
"Jadi penasaran. Sebaik apa sih, temen lo yang katanya baik, ramah, pengertian itu?" ucap lelaki itu seperti hendak mencibir lebih lanjut.
Si pelempar ngasal pun memicingkan matanya ke arah Nisa. Tentu saja, Nisa bisa menangkap jelas picingan mata simbol peperangan itu. Ia hanya mendecih pelan. Entah kenapa, orang yang ada di hadapannya kini sungguh sangat terasa menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Humailove (On Hold)
Teen Fiction🍏Humailove🍏 ('Cause Humaira is My Love) - Kebahagiaan itu sederhana bagi Humaira Elya. Menurut anak Abah itu, bahagia adalah saat semua orang mengenalnya sebagai gadis yang baik dan ramah. Bahagia adalah saat semua orang menyadari bahwa makin hari...