(7) Save Immigrants!

173 36 462
                                    

🎵SE O - Permeate🎵

🍁
🍁
🍁

Jam istirahat kedua, Yaya menyempatkan diri berkeliling area sekolah barunya. Kali ini tak ditemani Nisa. Perangkonya itu sedang mengadakan rapat ekskul teater dengan anggota yang lain. Yaya sendiri masih belum memutuskan pilihan ekskul-nya.

Di sekolahnya, memang tak ada aturan wajib mengikuti ekskul. Pihak sekolah tak ingin memaksa. Para murid dibebaskan dalam hal ini. Mereka dibiarkan untuk berekspresi dan bereksplorasi sekreatif mereka. Pihak sekolah yakin, seiring berjalannya waktu, mereka akan menemukan bakat dan minat mereka masing-masing. Ekskul hanyalah sarana. Tapi tentu saja, itu akan cukup berpengaruh pada nilai rapor.

Yaya tengah berjalan di pelataran sekolahnya. Sekolahnya ini benar-benar megah tapi asri. Pohon-pohon hijau sengaja ditanam di berbagai sisi, dan itu membuat Yaya merasa senang. Ia itu menyenangi alam. Suka dengan segala sesuatu yang alami. Wajah cantiknya saja sangat-sangat alami tanpa polesan. Ia bahkan tak punya serangkaian kosmetik, meski kini dirinya sudah beranjak SMA. Selain pencuci muka, ia tak punya yang lain.

Melihat bunga-bunga yang di tanam berjejer di pinggir pelataran sekolah, itu mengingatkan Yaya pada ibunya. Ibunya suka sekali bunga-bunga. Di rumah, cukup banyak tanaman yang dikoleksi Ibu. Bisa dibilang, Ibu penggila bunga.

Bunga itu salah satu lambang keindahan, dan Allah menyukai keindahan. Begitu kata Ibu. Karena itulah, Yaya jadi suka bunga. Bunga memang sangat mudah menyentuh hati perempuan.

***

"Ken, kita mau ke kantin, 'kan?" Alex bicara sambil menyentuh pundak Keno.

"Males sih, sebenernya. Akhir-akhir ini, kantin jadi tambah rame. Lagian gue lagi gak mood makan," ucap Keno sambil memandang lurus ke depan.

Alex melirik Keno dengan heran. Tidak biasanya, Keno menolak diajak ke kantin. Biasanya, dia sendiri yang paling semangat makan. Mendengar orang membicarakan makanan? Telinga Keno dibuka lebar-lebar. Melihat di depannya ada makanan? Mulutnya yang dibuka lebar-lebar. Kadar nafsu makannya memang paling tinggi di antara mereka berempat.

"Emangnya, kapan kantin sepi? Tiap hari emang rame," samar-samar Zul mendengus.

"Kenapa, nih? Ada yang aneh," Alex menatap curiga.

Tentu saja curiga. Mungkin saja si Keno ini jadi anti-makanan?

Alex mengerutkan dahinya, lalu Keno pun menoleh dengan sorotan mata heran. Alex pun balas menatap heran. Keno makin heran. Alex apalagi. Akhirnya, Keno jadi bingung sendiri. Zul yang melihat tingkah mereka berdua, hanya bisa memutar bola mata dengan malasnya.

"Si Keno males ketemu Gita."

Ketiga pasang mata yang terkejut, menoleh bersamaan ke arah Alan.

"Hah?? Gi-ta??" alis Alex terangkat bingung saat Alan menyebut-nyebut Gita.

Oh, Alex baru ingat. Kemarin, mereka sempat berpapasan dengan Gita di kantin. Gadis cantik penghuni kelas 12 IPA 3, tetangga kelasnya Zul.

Seketika, tawa Alex meletup-letup bagai biji jagung yang mengembang jadi popcorn bioskop.

"Ternyata si Keno masih aja baper ya, kalo ketemu si Gita?! Hah!! Playboy macem lo gampang baper juga," Alex berhaha-hehe mengejek Keno, membuat kejengkelan Keno naik pangkat sampai ke ubun-ubun.

Humailove (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang