(22) Super Angel

23 5 29
                                    

Let's Vote & Comment !
Jangan malu-malu. ^^
Korek typo, eh?

🍁
🍁
🍁

"Mereka berdua nyebelin banget deh, Lex. Apa-apaan coba?! Gak ngerasa berdosa banget ngetawain kita! Emangnya gak malu dilirik satu kantin? Emang sekali-kali perlu ditendang tuh!" Keno yang masih geram, terus-terusan mengomel.

"Ehem! Kita denger, yah ..." Zul mengingatkan.

Memangnya ia dan Alan yang sedari tadi berjalan di belakang Keno dan Alex, tak mendengar cicitan marah mereka?

Keno dan Alex menoleh ke belakang. Mereka melayangkan picingan mata tajam pada Zul dan Alan. Zul dan Alan tak mau ambil pusing. Terserah saja, mau mereka terus marah-marah sampai pulang sekolah pun, tidak masalah. Mereka yakin, keduanya tak akan bisa mempertahankan ambek-ambekan mereka, meski itu cuma satu hari.

Keno-Alex berhenti menoleh, dan terus berjalan menyusuri lorong kelas 10 itu.

"Eh, lo Nico, bukan?" tanya Keno pada salah satu murid berkacamata yang lewat.

Si murid itu terkejut mendapat pertanyaan tiba-tiba dari Keno.

"Eu ... aku Anto, Kak," jawab si murid polos.

Keno hanya mengangguk dan mengisyaratkan agar si murid itu segera pergi.

"Ken, gak usah malu-maluin," ucap Alan jengkel.

"Dari tadi lo tanya-tanya, lo Nico, bukan? Lo Nico, bukan? tahu-tahunya juga bukan. Udah, deh!" Si sabar Zul lama-lama bisa gondok berdekat-dekatan dengan Keno yang otaknya kini sedang dalam mode 'segaris'.

"Lo emangnya gak tahu mukanya dia?" tanya Alan setengah malas.

"Mana merhatiin gue, mukanya si Kaca Toko. Males banget!" balas Keno sengit. 😒

"Kalo gitu, ibaratnya lo mau dagang tapi gak punya modal." Zul menganalogikan dengan raut wajah datar (😑).

"Siapa yang mau dagang?!" Keno bukannya mengiyakan tapi malah sewot. 😬

"Tahu nih, lo! Udahlah, dagang-dagang urusan anak IPS! Anak IPA sono! Bedah-bedah katak!" sentak Alex pada Zul.

"Yeey, itu diskriminasi namanya." Zul tak terima kalau sudah disangkutpautkan dengan jurusan. Ia jadi selalu merasa jauh dengan mereka.

"Kalian ngapain, sih? Kayak cewek lagi datang bulan aja." Alan benar-benar tak tahan lagi dengan ocehan syahdu ketiga temannya itu.

"Sembarangan ngatain kita lagi datang bulan. Emangnya lo tau apa soal cewek? Hah?! Naklukkin Humaira aja nggak bisa. Keduluan orang baru tahu rasa! Maka dari itu, kita harus segera ambil tindakan!" Keno begitu gemas dengan temannya yang satu ini. Lelaki cuek yang terkadang menyebalkan! Tidak. Bukan terkadang, tapi sering. Sering!

Alex mengangguk-angguk setuju. Sedangkan Alan hanya bisa menghela napas pasrahnya. Dan Zul, ia juga bingung harus menanggapi dengan apa ucapan Keno ini.

Setengah ucapan Keno memang benar. Mereka tidak akan tahu pasti bagaimana ke depannya. Dan kemungkinan bahwa Humaira bisa saja jatuh ke tangan orang lain, itu bukanlah hal yang mustahil. Kecuali kalau ada pihak yang mencegahnya. Dan kalau bukan mereka, lalu siapa? Kalau ternyata yang berhasil mencegahnya adalah orang lain, maka itu akan jadi berita buruk juga bagi mereka. Karena Humaira bisa saja malah jatuh ke tangan orang yang beruntung itu.

Ibaratnya, Humaira ini benar-benar sudah seperti harta karun Flor de la Mar yang saling diperebutkan. (Author : sadarlah wahai para lelaki! -_-)

Humailove (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang