"Bagaimana?" tanya wanita bernama Karen itu saat menyambut suaminya ke dalam rumah. Wajah suaminya tampak begitu lelah tapi tidak menyiratkan kegagalan akan apa yang baru saja ia lakukan.
"Dia tetap berdiri pada apa yang sudah ia tetapkan."
Wanita paruh baya itu mengerti sambil mengusap bahu pria yang ia cintai itu dengan lembut, berusaha menghilangkan sedikitnya kelelahan pada wajah sang suami. Walau mereka sudah menikah melebih tiga puluh tahun, kemesraaan dan rasa cinta mereka tidak pernah berkurang sedikit pun.
"Tak apa, aku rasa Ashton sudah dewasa untuk menentukan apa yang terbaik untuk dirinya," bela Karen yang membuat pria di hadapannya sedikit tidak mengerti melihat sikap istrinya yang mulai membela gadis yang selalu ia tentang dulu. "Aku bertemu dengannya hari ini. mencobanya memberinya setumpuk uang untuk kembali mengujinya. Dan apa kau tahu? Walaupun dia menolaknya seperti dulu tapi aku rasa ada yang berubah dengannya."
"Berubah?" tanya Stuart tidak mengerti.
Karen hanya bisa mengedikkan bahunya tak pasti.
"Entahlah. Cara gadis itu berbicara, perilakunya, dan tatapan matanya berbeda. Dia seperti gadis yang jauh lebih hidup dan berwarna dari yang pertama kulihat. Tatapannya tajam tapi begitu hangat membuat kita ingin memeluknya, semacam itu. Hanya saja aku rasa dia bukan Hannah."
"Aku masih tidak mengerti."
Karen menghela nafasnya. "Sudahlah, pokoknya aku sudah menyerah. Aku rasa putra kita sudah bisa menentukan hidupnya sendiri. Biarlah dia memilih apa ia yang suka dan baik untuknya."
Stuart tersenyum. Ia sangat bangga mempunyai istri seperti Karen, apapun yang istrinya katakan selalu membuatnya damai. Stuart pun mencium kening istrinya sebentar sebelum beranjak untuk mengistirahatkan tenaganya duluan.
"Baiklah, aku juga berpikir seperti itu. Pergilah mandi, kau juga pasti lelah."
"Oh iya!" Stuart berhenti dan berbalik setelah mendengar sahutan istrinya lagi. "Pegawai yang memantau Ashton mengatakan bahwa mereka pergi kencan sore ini dan sekali lagi ia melihat bahwa Hannah duluan yang memeluk Ashton hingga bocah itu membeku. Dan aku rasa tidak baik jika kita selalu menjaga dan mengintainya seakan ia masih kecil."
Stuart hanya bisa menyeringai geli mendengarnya. "Aku juga berpikir begitu. Pegawai itu juga tampaknya lelah setiap hari memantau dari jauh. Berikan dia cuti beberapa minggu."
Karen hanya bisa tersenyum mendengar ucapan suaminya. Bagaimana pun Hannah yang bangun dari kematian membuat mereka sedikit tersadar. Tidak semua orang itu buruk.
Sekarang mereka hanya perlu belajar membuka hati mereka seutuhnya untuk menerima Hannah.
Tapi mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang sebenarnya mereka lihat.
***
Dengan secangkir teh dengan uap panas yang mengepul dari dalam gelasnya, Ashton menatap langit malam melalui balkom kamarnya. Sesekali menyesap perlahan teh hangat itu di tengah-tengah dinginnya angin malam yang berhembus menerpa kulitnya.
Pria itu melamun. Gambaran apa yang terjadi hari ini sesekali terus terputar dan terulang di dalam kepalanya.
Ashton mengerutkan dahinya tak mengerti. Kenapa yang ia lihat hari ini sepertinya bukanlah raga Hannah. Walau secara harfiah raga yang ia lihat beberapa hari ini adalah raga kekasihnya, tetapi untuk hari ini, ia sepenuhnya melihat roh dan raga gadis aneh bernama Shania Mitchell itu.
Kepalanya pun menggeleng cepat. Ia tak mau jika pikiran sampai menjalar ke berbagai pemikiran. Tiba-tiba saja Ashton menjadi penasaran. Apa yang sedang dilakukan perempuan itu sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Embrace The Wind
Romansa[COMPLETE & DITERBITKAN SEBAGAI FF OH SEHUN] Sinopis: Shania Mitchell, gadis cantik yang seperti hantu yang tak terlihat, tetapi memiliki jiwa yang hidup. Gadis itu seperti manusia, tetapi tidak ada yang menyadari kehadirannya. Demi mencari tahu ap...