So sorry guys. Ngk bisa update tdi malam soalnya malamnya baru balik dari acara kampus nginap luar kota. Eh pulangnya sakit kepala plus mual, aku dah paksain edit setengah tapi beneran ngk kuat jdi nyerah hehehe so I hope you guys understand.
Btw kemarin banyak yang kira Shania dah bangun yah. Hehehe sebenarnya belum benar-benar bangun sih. Why? Baca aja part selanjutnya ini hehehe.
FYI, ini part fav aku karena kek excited aja tulis bagian ini. And I hope you guys enjoy this either. Oh iya dan part ini cukup panjaaang hehe. I hope you guys like it.
Jangan lupa vote dan comment :*
***
Ashton terdiam syok menatap tubuh yang kejang-kejang itu. Ia begitu syok hingga hanya bisa berdiri dalam diam. Matanya hanya menunjukkan beberapa bulir air mata yang semakin banyak. Bahkan saat tubuhnya diseret Derrick keluar dari kamar itu—setelah para dokter masuk—pria itu masih terdiam memandang syok.
Hingga kemudian Ashton berada di luar ruangan dan pintu di depannya tertutup, Ashton akhirnya mengedipkan matanya. Ia sadar, ia harus berada di samping perempuan itu.
Mulai sadar dengan keadaan di depannya, Ashton hendak kembali masuk. Namun, seorang perawat wanita yang menjaga di depan pintu menahannya dan berkata, "Maaf Tuan Rivers, Anda belum bisa masuk. Mohon tunggulah sebentar," intruksi perawat tersebut.
Ashton hanya diam. Tak menerima atau pun menolak. Tapi langkah mundurnya dari pintu kamar inap menunjukkan bahwa ia mengalah. Ekspresi frustasinya sendiri benar-benar terlihat walau pria itu tak mengatakan sepatah kata pun.
Dia duduk di kursi yang tepat berada di hadapan pintu itu sambil terdiam menatap lekat pintu itu. Terlihat jelas dokter yang lalu lalang dengan sibuknya di dalam sana melalui kaca di tengah pintu itu. Jauh lebih sibuk dari indisen Shania yang pingsan untuk kedua kalinya.
"Tenanglah, Presdir. Kita serahkan semuanya pada dokter," ucap Derrick yang masih setia berdiri di samping Ashton.
Ashton mendengar ucapan Derrick dalam diam. Namun, air matanya terus berjatuhan. Sebelum Ashton kemudian mengusap wajahnya dengan cemas dan frustasi lalu menendukkan kepalanya dan mulai menangis.
Ia sudah tak bisa menahannya lagi.
***
"Bagaimana keadaannya?" tanya perawat pada dokter yang ia panggil tadi.
"Dia koma."
Perawat itu mengerutkan dahinya. "Tapi sungguh tadi ia benar-benar membuka matanya. Walau hanya menatap kosong, aku yakin dia benar-benar sudah sadar." Perawat itu kemudian bergumam pada dirinya. "Apa aku salah lihat?"
Setelah melihat perempuan yang merupakan seorang pasien koma selama beberapa bulan, perawat itu pun segera memanggil dokter untuk mengeceknya. Namun, anehnya saat ia kembali dengan seorang dokter, mata perempuan itu sudah kembali tertutup. Seolah sebelumnya mata itu tak pernah terbuka.
"Tidak. Aku yakin dia memang membuka matanya," balas dokter itu menarik perhatian perawat itu sekali lagi setelah memeriksanya beberapa menit. "Dia memang sadar tapi kembali koma."
"Apa itu mungkin?"
"Aku juga baru pertama kali melihat pasien seperti dia. Tapi ya, itu bisa saja. Tapi dari pendapatku saat ini, dia sudah melewati masa terkritisnya. Walau kembali koma, tapi dia benar-benar sudah stabil. Aku masih perlu melakukan pemeriksaan lanjut. Bisa kau hubungi keluarganya? Kita harus melaporkan keadaan pasien pada keluarganya."
Perawat itu mengangguk. "Baik, dok."
***
Hampir sepuluh menit berlalu sebelum kemudian Dokter Clark itu keluar bersama dua dokter yang lebih muda. Tampak bulir-bulir keringat kerja keras terukir jelas di pelipisnya, membukti bahwa ia sudah melakukan sebagai mungkin. Walau wajahnya menunjukkan ekspresi yang tak disukai Ashton.

KAMU SEDANG MEMBACA
Embrace The Wind
Romance[COMPLETE & DITERBITKAN SEBAGAI FF OH SEHUN] Sinopis: Shania Mitchell, gadis cantik yang seperti hantu yang tak terlihat, tetapi memiliki jiwa yang hidup. Gadis itu seperti manusia, tetapi tidak ada yang menyadari kehadirannya. Demi mencari tahu ap...