Perempuan itu menatap pantulan wajahnya di cermin kamar inap rumah sakit yang mana dirinya sekarang berada. Dia menatapnya dalam diam dengan mata yang memicing tajam pada wajah yang ada di cermin.
Sesekali ia menggerakkan alis, mengedipkan kedua mata, menggembungkan pipi, hingga mengerucutkan bibir beberapa kali, seolah mengetes pergerakan wajahnya sendiri.Sebelum kemudian seringai terukir lebar di kedua sudut bibirnya.
Perempuan itu tersenyum penuh kemenangan. Tak menyangka jika ia berhasil memulai rencananya dengan mulus, bahkan bisa dibilang sangat mudah.
Perempuan itu Hannah. Namun, tak ada yang menyadari bahwa perempuan itu bukanlah Hannah yang sebenarnya. Itulah Shania, si roh yang berhasil mengambil alih tubuh Hannah yang koma. Sehingga sekarang, Shania berwujudkan Hannah.
Sudah tiga hari dia berada di tubuh wanita lemah ini semenjak ia bangun sebagai Hannah. Ia menyamar demi memanfaatkan Ashton untuk mencari tahu alasan ia menjadi roh dan bagaimana cara agar ia kembali menjadi manusia.
Bagaimanapun, Shania juga orang yang tidak mudah menyerah begitu saja. Jika dia menginginkan sesuatu, maka ia akan berusaha sangat keras untuk bisa mendapatkan apa yang ia inginkan.
Beberapa hari yang lalu...
Shania meringis kesal sambil sesekali melirik ke arah jam dinding rumah sakit dengan tidak sabaran. Ia bahkan sedikit mengumpat sebal pada pria yang baru saja ia temui hari ini.
Jam itu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tetapi sepertinya tidak ada tanda-tanda bahwa pria sombong nan jenius itu akan segera keluar dari kamar inap itu.
Bukannya jam besuk di rumah sakit juga ada batasnya? Kenapa pria itu malah tak segera pulang?
Shania hanya bisa berjongkok dengan menyedihkannya selama berjam-jam sambil bersembunyi tak jauh dari kamar inap tunangan pria itu. Itu untuk jika tiba-tiba pria itu keluar. Jangan sampai pria itu menyeretnya pergi jika pria itu melihatnya mengikuti pria itu sampai ke sebuah rumah sakit.
Selain itu, dia sedikit bersyukur karena ia berwujud arwah sekarang. Jika tidak, mungkin seluruh sendi dan ototnya sudah berteriak kesakitan dan nyeri sedari tadi karena posisi Shania. Dan nyamuk malam mungkin sudah mengigiti seluruh tubuhnya.
Shania mulai dongkol dan sebal. "Jangan-jangan pria itu menginap di dalam sana!"
Shania menggeleng pada dirinya sendiri. Dia harus optimis. Bagaimanapun dia sudah bertekad akan melakukan rencanannya malam ini. Bagaimanapun dia yakin bahwa pria itu pasti memiliki pekerjaan. Apalagi melihat jas yang tadi siang digunakan oleh pria itu, membuat Shania sadar bahwa pekerjaan pria itu sepertinya cukup penting dan cukup sibuk.
"Sial, apa dia akan terus di sana dengan suasana dan wajah melankolisnya itu?!" bisik Shania seolah menahan teriakan kesalnya.
Shania mulai kesal sendiri hingga ia terperanjat saat pintu kamar inap itu mulai berbunyi dan terbuka. Menampakkan seorang pria yang tengah memegang jas dan kunci mobil keluar dari kamar itu.
Akhirnya! batin Shania bersorak gembira.
Dengan setengah melompat kegirangan, Shania segera memasuki kamar inap itu dengan bebas tanpa perlu membuka pintu.
Menjadi arwah membuatnya tidak terlalu banyak menggerakkan anggota tubuhnya. Dia tinggal memasuki ruangan apapun yang ia mau bahkan tanpa melalui pintu sekali pun. Sosoknya yang mudah tembus di mana saja terutama di dinding, membuat rencana semakin mudah..
"Menjadi roh ada untungnya juga." Perempuan itu terkekeh menatap pintu yang baru saja ia tembus dengan mudahnya.
Shania seketika terpana melihat tubuh seorang perempuan di tempat tidur itu. Perempuan bertubuh mungil itu tampak sedang sangat tersiksa di dalam raganya yang tak sadarkan diri. Alat bantu pernafasannya malah lebih terlihat seperti tali yang sedang mencekiknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Embrace The Wind
Romantik[COMPLETE & DITERBITKAN SEBAGAI FF OH SEHUN] Sinopis: Shania Mitchell, gadis cantik yang seperti hantu yang tak terlihat, tetapi memiliki jiwa yang hidup. Gadis itu seperti manusia, tetapi tidak ada yang menyadari kehadirannya. Demi mencari tahu ap...