"Maaf, aku tidak bisa mengantarmu ke orang itu hari ini. Perusahaan sedang sibuk dan sangat membutuhkan aku," ucap Ashton yang menelpon cukup pagi dan membuat Shania sedikit kaget hingga terbangun dengan terpaksa.
Shania hanya bisa cemberut di tempatnya. Sebelum kemudian ia menyadari bahwa jabatan Ashton memang sangat mengharuskan pria itu selalu siap kapan saja saat pria itu dibutuhkan oleh perusahaannya. Shania pun hanya bisa menghela napas pasrahnya.
"Baiklah, kita bisa pergi saat kau sudah tidak terlalu sibuk," ucap Shania sebelum mematikan sambungan telepon itu dan kembali menjatuhkan kepalanya ke atas bantal di tempat tidur itu.
Shania menatap menerawang ke langit-langit putih yang sudah tampak sedikit kusam itu sambil masih memegang ponsel Hannah di atas dadanya. Dia sebenarnya sedikit kecewa. Karena bagaimanapun Shania sangat ingin segera kembali ke tubuhnya. Ingatan sudah benar-benar hampir seluruhnya kembali. Dan kenangan itu seolah semakin memaksanya segera kembali ke tubuhnya. Ia mencintai tubuhnya dan ia mencintai kehidupannya. Ia hanya ingin semuanya kembali seperti dulu. Menjadi dirinya yang seperti dulu.
Tiba-tiba Shania mengkhayalkan bahwa ia kembali ke tubuhnya. Ia berjanji jika ia kembali ke tubuhnya. Orang yang pertama ia temui adalah Ashton begitu ia sadar. Ia akan berterima kasih dengan sangat pada pria itu. Tanpa Ashton, ia tak bisa sampai sejauh ini. Selain itu, Shania juga ingin bertemu dengan Ashton secara nyata. Lebih tepatnya menggunakan raganya sendiri.
Tanpa sadar, senyuman membentuk di kedua sudut bibir Shania. Beberapa minggu menghabiskan waktu bersama Ashton, Shania sadar bahwa pria itu tak sepayah yang ia kira. Ashton memang menyebalkan. Namun, Shania juga sadar bahwa Ashton adalah pria yang lembut, penyayang, dan sangat baik. Di balik wajah dinginnya serta tatapan mata yang tajam, pria itu sangat hangat.
Andai ia bertemu Ashton sejak lama, mungkin ia akan jatuh cinta. Perlahan, senyuman Shania menghilang. Sebenarnya pria itu sangat mudah dicintai jika orang-orang dapat melihat sisi yang dilihat oleh Shania. Shania kemudian tersenyum dan sedikit terkekeh.
"Ah,aku benar-benar cemburu padamu, Hannah," gumam Shania sembari tersenyum dan menggelengkan kepalanya untuk mengenyahkan pikiran tadi bahwa ia mungkin akan jatuh cinta pada kehangatan tersembunyi milik Ashton.
Shania sadar, semakin lama ia berada di samping Ashton semakin ia mungkin tidak bisa menahan perasaannya. Bagaimanapun Ashton adalah pria yang tidak boleh ia cintai. Ia tak boleh merasa nyaman dengan pria itu. Mungkin mereka bisa berteman atau bahkan bersahabat, tapi tidak dengan menyukai pria itu.
Perlahan, Shania bangkit. Ia membuka laci teratas nakas yang ada di samping tempat tidur. Ia mengeluarkan secarik kertas yang diberisikan sebuah alamat yang telah dicari tahu oleh Ashton sebelumnya.
Lama Shania menatapnya dalam diam, sebelum Shania kemudian mengambil keputusan. Ia akan pergi ke alamat itu sendiri. Ia ingin segera kembali ke tubuhnya. Secepat yang ia bisa.
***
Di tengah-tengah tumpukan pekerjaan yang memenuhi mejanya, Ashton kembali melamun di kantor raksasanya itu. Sejak bersama Shania, dia sekarang lebih banyak melamun. Entah apa yang ada di pikirannya, air mukanya tak terbaca. Hanya terkadang sesekali tersenyum, sesekali mengerutkan dahinya, dan bahkan sesekali menggeleng-geleng enggan.
Derrick sendiri yang ada di sana hanya menatap penuh ingin tahu. Apa yang ada di otak anak emas pemilik perusahaan itu? Ini pertama kalinya dia tampak seperti orang kebingungan dan sedikit tak terarah ekspresinya, padahal pria itu selalu tampak tegas dan yakin.
Derrick hanya bisa ikut menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Ashton juga terus menggeleng-gelengkan kepalanya. Hingga kemudian Ashton tak sengaja bertemu pandang dengannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Embrace The Wind
Romance[COMPLETE & DITERBITKAN SEBAGAI FF OH SEHUN] Sinopis: Shania Mitchell, gadis cantik yang seperti hantu yang tak terlihat, tetapi memiliki jiwa yang hidup. Gadis itu seperti manusia, tetapi tidak ada yang menyadari kehadirannya. Demi mencari tahu ap...