Hai, pertama-tama aku mau bilang maaf banget minggu lalu ngak up soalnya minggu lalu full banget sama jadwal kuliah sekaligus ospek yang mengharuskan pertemuan/latihan setiap hari. Jadi, bener-benar ngk ada waktu buat nulis. dan gara-gara kesibukan itu juga membuat mood untuk nulis benar-benar hilang karena bawaan cape mulu.
But, mulai minggu depan insyallah semua kembali teratur dan aku akan mencoba lebih rajin menulisnya mengikuti jadwal yang sudah aku atur. Hehehe cukup komen dan vote mungkin akan membuatku semangat hihi
Hanya itu yang akan kusampaikan. Selanjutnya jangan bosan tunggu dan support ceritaku yah.
Enjoy~
***
Pagi ini, pria bernama Ashton Rivers itu sudah melakukan beberapa pekerjaan kantornya dengan sangat baik. Menggantikan tempat ayahnya yang sudah berhenti karena ingin bersantai di usianya yang sudah terbilang tak muda lagi itu, walau terlihat susah dan berat, Ashton tetap bisa melakukannya tanpa banyak halangan.
Sekarang ia tampak beristirahat di meja besarnya itu. Dia sendiri tampak memikirkan sesuatu hingga ia hanya terus bergeming di tempatnya.
Ashton termenung dengan tangan yang saling bertautan di depan dagunya. Ia memikirkan Hannah, kekasih yang sangat ia rindukan. Namun, beberapa menit kemudian, pikirannya teralihkanya ke perempuan yang ada di dalam raga tunangannya.
Ashton masih dapat merasakan pelukan itu, pelukan yang Shania berikan saat di depan kafe menggunakan tubuh kekasihnya. Walau begitu, entah kenapa tetap saja, perasaan yang ia rasakan sangat berbeda dengan perasaan yang ia rasakan saat berada di dekat Hannah.
Ashton kemudian menggeram kesal, berusaha membayangkan Hannah yang memeluknya—walaupun secara harfiah memang Hannah yang memeluknya—tapi wajah Hannah seketika berubah menjadi wajah cantik namun menyebalkan milik Shania.
Hal itu membuatnya secara tak langsung membayangkan bahwa pelukan yang ia rasakan itu murni pelukan Shania. Roh dan raga Shania.
Sebal, Ashton hanya bisa mengacak rambutnya dengan gemas. Ia merasa frustrasi karena gagal membayangkan Hannah yang malah selalu berubah menjadi sosok Shania, setiap kali ia mengingat saat berpelukan itu. Perempuan itu benar-benar sudah merusak kepalanya.
Mengingat betapa berbedanya Shania dan Hannah, membuat Ashton tak habis pikir. Mulai dari cara bicara, sikap, kepribadian, hingga cara mereka menatap sangatlah berbeda. Mereka sangat berbeda dari segi apapun, mereka sangat bertolak belakang.
Mungkin karena itulah, Ashton tak bisa membayangkan Shania sebagai Hannah sedikit pun dan sekeras apa pun ia mencoba.
"Apa pekerjaan ini terlalu berat, Nak?"
Ashton menengadahkan kepalanya saat melihat Stuart—sang ayah—telah masuk ke ruangannya. Diikuti seorang pria yang sepertinya memiliki usia yang tak jauh berbeda dari ayahnya. Ashton pun mulai mengingat-ingatnya, pria itu mungkin salah satu rekan besar ayahnya.
Saking banyaknya teman-teman kerja hingga teman di luar kantor ayahnya, membuat Ashton sulit menghapalkan satu-satu wajah mereka.
"Tidak, aku hanya sedang memikirkan sesuatu," jawab Ashton kemudian berdiri dari kursinya mengikuti langkah ayahnya dan rekannya, duduk di sofa yang ada di tengah ruangan itu. "Ada apa Ayah kemari? Bukannya Ayah sedang beristirahat jam segini?"
"Ayah ingin memperkenalkan seseorang padamu, Nak."
Ashton mengernyit. Untuk apa ayahnya memperkenalkannya lagi? Seakan mengerti pertanyaan di benak Ashton, Stuart pun menjelaskannya,
"Bukan sebagai rekan bisnis, melainkan sahabat."
"Sahabat?" Ashton menaikkan sebelah alisnya.
Walaupun ayahnya terkenal pandai bersosialisasi dalam dunia bisnis hingga memiliki banyak teman mengobrol, Ashton tak pernah menyangka bahkan ayahnya akan memiliki sahabat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Embrace The Wind
Romance[COMPLETE & DITERBITKAN SEBAGAI FF OH SEHUN] Sinopis: Shania Mitchell, gadis cantik yang seperti hantu yang tak terlihat, tetapi memiliki jiwa yang hidup. Gadis itu seperti manusia, tetapi tidak ada yang menyadari kehadirannya. Demi mencari tahu ap...