Masa Lalu

7.6K 635 1
                                    

"Jelaskan apa yang terjadi tadi!" bentak Jalina hilang kesabaran setelah berulang kali bertanya pada Siren namun tidak juga memperoleh jawaban yang diinginkan. Mereka sedang makan malam bersama Raja Steven yang kini juga menatapnya penasaran, tentu saja dengan raut wajah dinginnya.

"Bukankah sudah saya katakan,  semuanya seperti yang kalian lihat. Saya bernyanyi dan kemudian turunlah hujan," jawab Siren tersenyum.

"Apa itu masuk akal?!"

"Tapi, itulah yang terjadi. Sebelumnya saya pernah bilang, bukan?  Saya juga bisa sihir dan mendatangkan hujan adalah salah satunya," Siren sama sekali tidak terganggu dengan tatapan Jalina yang tajam ke arahnya.

"Tanpa mantera apa pun, Putri?" tanya Rina yang berdiri di belakang Siren karena penasaran juga.

"Nyanyian itulah manteranya."

"Jadi, maksudnya setiap kali Putri bernyanyi maka akan turun hujan,  seperti itu?"

"Bukan. Aku harus punya harapan akan turunnya hujan. Sayangnya dengan harapan saja tidak cukup kecuali jika saya bernyanyi. Jadi,  ketika saya bernyanyi dengan harapan turun hujan maka,  hujan akan benar-benar turun seperti apa pun situasi dan cuacanya saat itu."

"Tapi,  Raja Hilton tidak pernah mengatakan itu pada kami," Jalina masih menuntut penjelasan.

Sesaat Siren terdiam sebelum akhirnya menjawab, "Tidak ada siapapun yang mengetahui hal itu. Saya juga tidak pernah menceritakannya pada siapapun. Di Kerajaan Loyre, jarang sekali terjadi musim kemarau. Jika kemarau sekalipun,  tidak akan ada yang menyadarinya karena saya akan bernyanyi sebelum kemarau itu menyebabkan kekeringan."

"Tetap saja itu hal yang aneh jika hal sepenting itu tidak diketahui oleh keluarga Anda, Putri. Mengapa Anda tidak memberitahu mereka?" tanya Angga.

"Saya hanya.... tidak ingin melakukannya saja. Jika di keluarga saya,  hal demikian sama sekali tidak aneh," Siren mengambil segelas air menghindari tatapan Raja Steven yang tajam ke arahnya.

"Kau tidak menyembunyikan sesuatu, kan?" tanya Raja Steven dingin membuat semua mata dalam ruangan itu tertuju padanya. Cukup mengejutkan dalam pembicaraan itu untuk pertama kalinya Raja Steven berbicara dengan Siren.

"Jika kehidupan pribadi di masa lalu saya adalah sesuatu yang harus Anda ketahui Yang Mulia,  berarti begitu banyak hal yang saya sembunyikan dari Anda," jawab Siren menyungging senyum tipis.

"Sebenarnya tidak. Jika itu kehidupan pribadimu, kau punya hak untuk mengatakannya atau tidak.  Tapi sekarang kau adalah bagian dari keluarga istana ini, jadi sebaiknya kau tidak menyembunyikan apapun." tegas Raja Steven kemudian berdiri dari duduknya.

"Keluarga, yah? Benar juga,  ya? Bahkan jika hanya setahun sepertinya saya harus tetap mensyukurinya," gumam Siren pelan. Raja Steven menatapnya lagi dengan pandangannya yang sulit dimengerti. Hanya sebentar hingga dia meninggalkan ruang makan.

"Mulai besok kamu harus ikut bersama Raja dalam melakukan pekerjaannya di luar istana. Aku masih belum percaya bahwa kamu bisa mendatangkan hujan, setiap kali ku coba kamu sama sekali tidak berbau apapun. Namun,  sepertinya Raja Steven percaya pada kemampuanmu, jadi mulai besok ikutlah bersamanya," kata Jalina. Siren hanya mengiyakan dengan senyumnya seperti biasa.

"Selain itu, kamu juga bisa belajar banyak dari Steven. Dia memang terkenal kejam, tapi dia sebenarnya orang yang baik. Yang perlu kamu lakukan hanyalah tidak menjadi masalah selama bersamanya. Tapi,  tenang saja aku akan ikut juga untuk menjaga sikapmu," tambah Jalina lagi sebelum meninggalkan ruangan juga.

"Ah,  satu lagi. Malam ini ada banyak dokumen yang harus ku selesaikan. Biasanya aku selalu membawakan teh herbal untuk Steven sebelum dia tidur. Tapi karena nanti aku tidak bisa,  kamu yang harus membawakan teh untuknya. Dia tidak suka sembarang orang memasuki kamarnya jadi aku menugaskanmu. Pergilah ke dapur. Semua pelayan di sana tahu apa saja racikan tehnya. Kamu mengerti?"

The Rain and The King of SanhariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang