Raja Steven mengerjap dan perlahan membuka matanya. Dilihatnya wajah Jalina yang tengah memandanginya, Wajah gadis itu yang semula penuh kekhawatiran kini tersenyum senang dengan mata berkaca-kaca.
"Syukurlah kamu sudah sadar, Steven," ucap Jalina membantu Raja Steven yang hendak bangun.
"Di mana aku?" tanya Raja Steven masih belum sepenuhnya sadar. Keningnya dikerutkan, berusaha mengingat kejadian yang telah di alaminya.
"Kamu ada di kamar sekarang sudah tidak sadarkan diri selama dua hari," jawab Jalina.
"Bagaimana Cloiry?"
"Sudah tidak ada. Kamu berhasil mengalahkannya."
Raja Steven yang sedang berpikir kini teringat kejadian saat perang terjadi. Namun, ia tidak dapat mengingat kejadian setelah melindungi Siren dan melemparkan sihir terakhirrnya pada Cloiry.
"Bagaimana dengan Siren? Apa dia baik-baik saja?" tanya Raja Steven ketika teringat wanitanya. Jalina yang mendengarnya langsung terdiam, menundukkan kepalanya. Raja Steven menangkap ketidakberesan yang terpancar di wajah Jalina.
"Apa terjadi sesuatu padanya?"
Jalina masih diam, tak berani menatap wajah Raja Steven. Raja itu tanpak kembali berusaha mengingat kejadian yang telah di alaminya.
"Tunggu dulu. Bukankah seharusnya aku...," Raja Steven meraba dadanya yang seharusnya terdapat luka akibat sihir Cloiry. Ia tanpak terkejut ketika tidak mendapati adanya luka di sana juga seluruh tubuhnya.
"Apa yang sudah dilakukannya padaku?" tanya Raja Steven mengekspresikan firasat buruknya. Jalina mendesah berat, nampak enggan bercerita.
"Jawab!!" desak Raja Steven tidak sabar.
"Hari itu, kamu sudah mati Steven," kata Jalina masih menunduk. Raja Steven terperangah bersamaan dengan ingatannya yang kembali saat ia merasakan tubuhnya semakin melemah ketika ia berhasil mengalahkan Cloiry.
"Siren, dia....," Jalina tidak melanjutkan ucapannya. Namun, raja di hadapannya itu telah terdiam dengan tangan gemetar. Nampak mengerti tentang apa yang telah dilakukan Siren sehingga ia masih hidup sekarang.
"Di mana dia?" tanya Raja Steven dengan suara gemetar.
"Siren terbaring di kamarnya, Steven. Dia masih bernafas walaupun semakin melemah," jawab Jalina. Raja Steven segera turun dari tempat tidurnya dan berlari menuju kamar Siren. Ia hampir menangis ketika di dapatinya Siren yang terbaring lemah ditemani Rina dan Angga serta beberapa dayang istana. Melihat kedatangan Raja Steven, semuanya menunduk memberi hormat dengan wajah-wajah duka yang terpancar jelas.
Raja Steven berjalan mendekat kemudian duduk di samping tubuh gadisnya yang terbaring itu. Diraihnya tangan yang kini mulai terasa dingin kemudian di tangkupnya di wajahnya.
"Dasar gadis bodoh," gumam Raja Steven dengan suara serak. Namun, ada sedikit kelegaan di hatinya mengetahui gadis itu masih bernafas. Digenggamnya tangan Siren erat, seolah ingin memberikan kehangatan pada gadis itu. Beberapa saat kemudian Raja Steven kembali berdiri. Jalina masuk ke dalam ruangan dan berdiri di samping Angga.
"Akan ku kembalikan dia apa pun caranya," kata Raja Steven memandangi Siren dengan mata sendu.
"Apa yang akan Anda lakukan, Yang Mulia? Dua hari ini kami sudah memanggilkan tabib- tabib terbaik kerajaan, namun semuanya menyerah. Berbagai macam obat telah kami gunakan, tapi juga tidak membuahkan hasil," ujar Rina terlihat putus asa. Raja Steven tidak menjawab dan malah meninggalkan ruangan. Semua hanya memandangi kepergiannya dengan wajah penuh kekhawatiran pada raja itu. Baru saja sang raja menjadi orang yang hangat karena kehadiran Siren, namun ia akan kembali kehilangan orang yang dicintainya. Walaupun menyadari pentingnya Siren bagi Raja Steven, tak ada yang dapat mereka lakukan untuk membuat Siren sadar kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rain and The King of Sanhari
FantasiPutri Siren yang dikatakan sama sekali tidak bisa menggunakan sihir dinikahkan oleh Raja Hilton, ayahnya dengan Raja Steven yang terkenal kejam dari kerajaan Sanhari. Namun, Siren melihat kenyataan yang berbeda di Kerajaan Sanhari di mana kerajaan...