Pertanda Cinta

7.5K 595 3
                                    

“Sebenarnya apa yang kamu tunggu?!!” Jalina berteriak kesal pada Raja Steven di ruangannya ketika ia menyinggung mengenai Raja Steven yang tidak juga memberi perintah pada Siren untuk menghudupkan Ratu Larissa. Sementara Raja Steven sama sekali tidak menjawab pertanyaannya. Padahal, saat itu mereka baru saja makan siang bersama tanpa ada yang menyinggung hal itu. Siren sendiri hanya diam saja hingga dia meningalkan ruang makan terlebih dahulu.

“Bagaimana jika kukatakan aku tidak ingin ibuku hidup lagi?” Raja Steven membalikkan pertanyaan dengan wajah yang kini lebih tenang walau masih terkesan datar. Jalina memperlebar matanya.

“Apa?? Tentu saja kamu akan menghidupkan Ratu Larissa, bukan? Itu yang pernah kamu katakan,” Jalina sama sekali tidak menurunan nada suaranya. Tidak peduli lagi jika yang dihadapannya sekarang adalah seorang raja yang bisa berlaku kejam padanya kapan saja. Ada sesuatu yang ditangkapnya dari perubahan sikap Raja Steven akhir-akhir ini.

“Kamu ragu? Iya, kan?” tebak Jalina. Raja Steven tidak menjawab.

“Apa karena ucapan gadis itu? Kamu ragu karena gadis itu??” Jalina semakin mendesak Raja Steven yang masih diam dengan wajahnya yang datar. Tangannya tiba-tiba gemetar menatap raut wajah Raja Steven yang seolah mengiyakan pertanyaannya.

“Apa kamu....,” Jalina tidak melanjutkan ucapannya, suaranya menjadi serak menahan tangis. Ia takut melanjutkan pertanyaannya karena jawaban yang mungkin didengarnya tidak sesuai dengan harapannya.

“Aku akan keluar istana, beritahu Angga untuk tetap waspada di istana! Tentang ibuku...aku akan meminta Siren melakukannya besok,” kata Raja Steven dan meninggalkan Jalina yang berdiri mematung. Namun, perkataan itu tidak dapat membuat Jalina berhasil membendung air matanya. Hatinya terasa panas, menyadari perasaan cintanya pada Raja Steven mulai menjadi sesuatu yang akan menyakitinya.

Sore menjelang dengan sangat cepat. Suasana istana cukup tenang dengan pelayan-pelayan istana yang mulai menghentikan kesibukan mereka di luar gedung istana. Sudah mulai gelap, namun Raja Steven belum juga kembali. Angga yang sedang berjaga bersama Rina mulai merasa khawatir. Jika saja ada sesuatu yang terjadi terhadap rajanya, karena hari itu Raja Steven pergi seorang diri. Jalina menhampiri Angga karena ikut khawatir.

“Bisa kamu mencarinya? Aku khawatir ada sesuatu terjadi padanya,” kata Jalina penuh kekhawatiran.

“Yang Mulia, akan baik-baik saja. Beliau adalah penyihir terbaik di kerajaan ini. Kalian terlalu khawatir,” celetuk Rina tenang.

“Tapi jika itu penyihir Cloiry, maka dia bisa saja dikalahkan. Kemarin saja...,” Angga semakin khawatir mengingat pertarungan  kemarin dan bagaimana Cloiry tidak mudah di kalahkan.

“Aku akan mencarinya,” kata Angga kemudian pergi.

Di kamar, Siren sedang membaca sebuah buku dengan santai seorang diri. Konsentrasinya pada bukunya membuatnya tidak menyedari sekelebat cahaya memasuki kamarnya dengan cepat. Hembusan angin yang melewati jendela membuatnya mengalihkan perhatiannya pada cahaya yang tiba-tiba saja berubah menjadi Cloiry dalam sekejap. Penyihir itu memasang senyum sambil menundukkan kepala seolah memberi hormat, kemudian mengangkatnya lagi  dengan mata yang berkilat penuh kelicikan. Siren ingin berteriak, namun suaranya tidak keluar. Siren melangkah mundur menyadari dirinya telah berada di bawah pengaruh sihir dan berada dalam bahaya. Dengan gerakan kilat, Cloiry telah mendekapnya dan membawanya pergi tanpa sempat memberikan perlawanan.

Dalam sekejap Siren mendapati dirinya berada di dalam hutan yang gelap. Cloiry berada di hadapannya masih dengan senyum liciknya. Namun, Siren menyadari dirinya tidak lagi berada di bawah pengaruh sihir.

“Bagaimana bisa kau memasuki istana tanpa ada yang menyadarinya?” tanya Siren masih dapat mempertahankan wajah tenangnya.

“Tentu saja dengan sihir, aku punya kemampuan untuk menghilangkan hawa keberadaanku. Sihir pendeteksi sehebat Putri Jalina pun tidak akan bisa merasakannya. Hahahaha....,” Cloiry tertawa puas.

The Rain and The King of SanhariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang