Aku dan Kamu

7.6K 562 3
                                    

Angga menyusuri koridor istana mencari Jalina yang tiba-tiba menghilang dari keramaian pesta. Langkahnya berhenti di balkon istana dan melihat Jalina sedang  berdiri memandang ke langit.

“Matamu tidak merasa silau?” tanya Angga menyadarkan Jalina dari lamunannya. Kali ini suaranya tidak terdengar formal seperti biasanya.

“Tidak, awan-awan melindungi pandanganku dari cahaya matahari,” jawab Jalina sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dan tidak terlihat bermasalah dengan gaya bicara Angga yang seperti dulu. Angga berjalan mendekat kemudian berdiri di samping Jalina.

“Beberapa bulan yang lalu aku sama sekali tidak menjumpai awan di langit itu, aku sampai merasa putus asa karena khawatir kekeringan itu begitu parahnya. Aku sama sekali tidak menyangka bahwa Putri yang kusarankan padanya hanya untuk dimanfaatkan ternyata adalah seorang Putri Hujan. Hah, dia bahkan seorang Putri Staria yang awalnya kupikir hanya sebatas ramalan,” kata Jalina tersenyum pahit. Matanya masih memandangi awan-awan yang bergerak perlahan di atas sana. Angga tidak menanggapi, matanya ikut memandang ke atas kemudian kembali beralih pada Jalina ketika gadis itu kembali bicara.

“Kamu tahu? Bahkan di saat kekeringan seperti itu, aku hanya mengkhawatirkan diriku sendiri. Aku takut kekeringan akan semakin parah dan Steven akan kembali menyerang kerajaan lain untuk mendapatkan yang dia butuhkan. Kenyataannya aku menghindari Steven dan tidak bisa menerima dia yang berubah. Aku selalu takut akan sikapnya yang demikian, menghindarinya karena selalu merasa bahwa dia bukan Steven yang kukenal. Aku memalingkan wajah ketika dia harus membunuh dan menghancurkan kehidupan orang lain sekalipun memang orang lain itulah yang salah,” cerita Jalina kini meluruskan pandangannya ke depan dengan matanya yang sedang menerawang jauh.

“Bukan cuma kamu saja. Kita semua melakukan hal yang sama, tak terkecuali rakyat. Tidak ada dari kita yang menyadari kalau  sesungguhnya di saat Raja Steven menunjukkan kekejamannya itulah beliau paling membutuhkan orang lain. Tapi, yang kita lakukan malah melarikan diri dan menganggapnya seorang monster walaupun tahu penyebab perubahannya,” ucap Angga akhirnya ikut memandang pada kejauhan.

“Namun, perlahan-lahan Raja Steven menunjukkan perubahannya kembali sejak kedatangan Putri Siren. Beliau menunjukkan ekspresi-ekspresi yang sekian lama tidak pernah nampak di wajah datarnya. Dan.... Raja Steven tertawa dengan begitu lepas, untuk pertama kali aku melihat tawa itu setelah sekian lama. Seolah semua beban hidupnya telah hilang.”

“Aku hanya tidak bisa menerima kenyataan bahwa Sirenlah yang mengembalikan senyuman itu,” kata Jalina mendesah, berusaha mengeluarkan beban hatinya. “Aku egois, yah?”

“Ya. Kamu egois,” jawab Angga cepat dengan wajah datar. “Tapi, ku rasa semua orang melakukan hal yang sama untuk memperjuangkan cintanya. Pada dasarnya kamu tidak salah akan hal itu.”

Jalina menoleh, menatap Angga yang meletakkan dagunya di atas tangan yang bersandar di tembok tepi balkon. Entah mengapa, pria itu selalu berhasil membuat perasaannya lebih tenang walaupun dengan kata-kata yang sama sekali tidak menghibur.

“Kamu sendiri? Rina pernah berkata bahwa ada seseorang yang kamu sukai. Apa sudah memperjuangkan cintamu?” tanya Jalina tersenyum sedikit menggoda Angga. Namun, pemuda itu malah menatapnya tenang, sama sekali tidak terganggu.

“Apa aku boleh melakukannya? Jika kulakukan, apa kamu siap membuka hatimu untukku?” Angga balik bertanya.

“Eh...?” Jalina mengekspresikan keterkejutannya karena langsung menangkap maksud perkataan Angga.
Angga tersenyum sambil membelai rambut Jalina membuat gadis itu semakin memperlihatkan kebingungannya. Angga selalu melakukan hal seperti itu sejak mereka kecil namun, baru kali ini ia merasa aneh dengan perlakuannya.

The Rain and The King of SanhariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang