Semakin hari kekeringan mulai memasuki lingkungan istana sementara hujan tak juga turun. Sihir yang menjadi pelindung istana pun tidak dapt menahan kondisi alam yang semakin menjadi itu. Segala usaha telah di lakukan bahkan hingga melakukan pertukaran dengan kerajaan lain untuk persediaan air. Namun, air yang tersedia tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan penghuni istana apalagi rakyat. Raja Steven mulai putus asa.
"Baginda Raja, ada yang perlu saya sampaikan," kata Angga memasuki ruangan Raja Steven yang tengah duduk sambil berpikir keras.
"Ada apa?"
"Rakyat mengamuk dan berusaha masuk ke lingkungan istana. Mereka memaksa masuk untuk menemui Anda Yang Mulia," kata Angga setelah memberi hormat.
"Menemuiku? Mau menuntut hujan?"
"Eh? Ya. Rakyat semakin resah dengan kekeringan Yang Mulia."
Raja Steven hanya diam saja ketika Jalina juga masuk dengan panik.
"Steven, rakyat berhasil melewati gerbang depan istana dan mulai berteriak-teriak di halaman. Beberapa penjaga berusaha menahan mereka namun hasilnya nihil. Apa yang harus kita lakukan?"
"Apa kita harus mengerahkan sejumlah pengawal lain untuk menahan mereka Yang Mulia?"
"Ya. Lakukanlah. Aku akan menemui mereka." Raja Steven beranjak dari tempatnya dan berjalan keluar ruangannya. Jalina mengikutinya dengan khawatir, sementara Angga mengerahkan sejumlah pengawal untuk menahan rakyat agar tidak mendekati gedung istana.
Siren yang mendengar kegaduhan segera meninggalkan latihan memasaknya dan menuju keluar istana bersama Rina.
"Waaah.....sepertinya rakyat sudah tidak bisa bersabar lebih lama lagi menunggu hujan," ujar Rina ketika mereka berdiri di salah satu balkon gedung istana dekat ruang dapur dan ruang obat-obatan. Terlihat kegaduhan di bawah dengan rakyat yang tak henti-hentinya berteriak menuntut. Walaupun tidak ada yang berani memaki serta mengolok-olok raja mereka karena takut menjadi sasaran kekejamannya.
"Saya sedikit heran, mengapa rakyat datang menuntut hujan pada Raja Steven? Beliau kan bukan Tuhan, diminta seperti apapun juga hujan tidak akan turun jika memang bukan waktunya," kata Siren bingung. Matanya menatap ke arah beranda gedung di sebelahnya yang posisinya sedikit lebih tinggi dari tempatnya dan Rina berdiri.
"Dulu, pernah sekali Ratu Larissa melakukan ritual mendatangkan hujan dan berhasil. Sebenarnya bisa jadi itu hanya kebetulan, namun sepertinya rakyat jadi bergantung setelahnya. Biar bagaimanapun Raja Steven adalah putranya," jelas Rina. "Ah, selain itu Raja Steven selain terkenal kejam, juga dikenal sebagai pengguna sihir terhebat sejauh ini. Mungkin, rakyat berharap Raja Steven mendatangkan hujan dengan kemampuannya," tambah Rina lagi sementara Siren hanya menggut-manggut mengerti.
"Pantas saja dari tadi aku seperti mendengar rakyat menyinggung nama Ratu Larissa," gumam Siren dan menoleh sekali lagi ke arah Raja Steven. Matanya memicing menatap Raja Steven. Raut wajahnya masih sama. Dingin. Tapi, ada yang berbeda. Matanya terlihat sangat sedih. Jalina yang berada di sampingnya menyadari hal yang sama dan terlihat sangat khawatir.
"Ada apa, Tuan Putri?" tanya Rina menegurnya. Siren hanya menggeleng sambil tersenyum.
"Dia terlihat sangat sedih," gumamnya lagi lebih pelan. Entah didengar Rina atau tidak. Siren kembali mengalihkan pandangannya ke bawah. Sesaat dia hanya diam kemudian naik dan berdiri di atas pagar balkon membua Rina seketika langsung panik.
"Tuan Putri, apa yang Anda lakukan?! Anda bisa jatuh!" Rina berusaha menarik Siren turun, tapi gadis itu masih mempertahankan posisinya. Raja Steven, Jalina, serta semua pengawal di balkon sebelah menoleh ke arah mereka.
"Apa yang dia lakukan? Mau bunuh diri?" Jalina bertanya heran di balik kekhawatirannya.
"Menjauhlah sedikit Rina, saya janji tidak akan jatuh," perintah Siren membuat Rina melepaskan pegangannya dan melangkah mundur dengan kebingungan. Siren memejamkan matanya, membentangkan tangannya, dan merasakan angin yang berhembus membelai rambut panjang serta membuat gaunnya melambai.
Kulihat alam membentang luas dihadapanku
Mereka seolah berteriak meronta-ronta
Dengan nada penuh goresan lukaNada itu mengalun dengan lembut dan menggema. Siren bernyanyi. Rakyat yang gaduh langsung terdiam dan menatap ke atas, mencari sumber suara.
Bibirnya berkata menyuarakan sebuah makna
Namun hati terus bergejolak
Berteriak menyuarakan maksud lainRaja Steven dan yang lainnya terpaku menatap Siren yang bernyanyi. Rakyat terpana, tak ada satupun yang bersuara. Yang terdengar hanya nyayian Siren yang seolah membius siapapun yang mendengarnya.
Kulihat juga dia yang terlihat begitu tegar
Menyembunyikan sejuta luka dalam diri
Bagaikan awan menutupi matahariSeluruh rakyat mengalihkan pandangannya ke langit yang tiba-tiba saja dipenuhi dengan awan lebat dan menjadi gelap. Sesekali guntur menggelegar pertanda hujan akan turun. Siren terus bernyanyi. Hingga rintik-rintik hujan mulai jatuh, dingin, bagai jarum-jarum menusuk kulit.
Kupinta hujan untuk menghapus semua luka
Menyegarkan alam yang layu dan kering
Melunturkan wajah-wajah sendu dan sayu
Berharap bahagia datang bersamanyaHujan itu perlahan semakin deras. Membasahi semua yang menantikan kedatangannya. Membuat sebuah perasaan penantian yang terlalu lama menggumpal menjadi satu dan keluar melalui suatu ekspresi tak terduga.
"Hoooreeee.....!!!" seluruh rakyat yang semula hanya diam terpana langsung bersorak gembira. Tidak ada yang peduli dinginnya air hujan yang membasahi mereka. Tidak ada yang bertanya bagaimana hujan itu turun. Semuanya hanya bergembira sambil terus melompat-lompat kegirangan merasakan hujan yang sudah lama tidak turun.
Siren masih bernyanyi, mengulang lagu yang sama hingga dua kali. Raja Steven mengangkat tangannya, termenung sambil merasakan hujan di telapak tangannya. Kemudian, menatap sejumlah rakyat yang kini berlarian keluar istana dengan masih bersorak-sorak girang.
Sesaat setelah istana itu kembali tenang dengan kepulangan rakyat, Siren berhenti bernyanyi dan turun dari tempatnya berdiri. Hujan deras pun perlahan mereda menyisakan gerimis dengan awan yang mulai menipis. Siren memeluk dirinya sendiri karena kedinginan sambil menoleh ke atas, menatap Raja Steven yang juga tengah memandang ke arahnya. Siren menunduk hormat dan tersenyum kemudian berbalik dan berlari masuk ke dalam kamarnya diikuti Rina yang sepertinya masih belum sadar akan apa yang akan terjadi.
"Wow, apa yang terjadi barusan? Apa Putri Siren baru saja mendatangkan hujan?" celetuk seorang pengawal di belakang Jalina.
"Ya, sepertinya begitu. Dia bernyanyi dan tiba-tiba saja hujan. Sekarang, lihatlah! Hujan ini berhenti saat dia berhenti bernyanyi," timpal seorang pengawal lainnya. Namun, semuanya langsung diam ketika Raja Steven berbalik dan masuk ke dalam ruangan bersama Jalina di belakangnya. Angga yang tadinya datang paling terakhir setelah mengerahkan pengawal untuk menahan rakyat, menyuruh yang lain kembali bersama Raja Steven.
Sesaat sebelum ia ikut masuk ke dalam istana, Angga sempat berbalik dan melihat lingkungan istana yang basah karena hujan. Ia gembira dan terpikir sesuatu yang mengganjal di hatinya. Wajah gembiranya memudar sejenak berganti dengan raut wajah kekhawatiran.
"Aneh. Firasatku buruk tentang ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rain and The King of Sanhari
FantasiPutri Siren yang dikatakan sama sekali tidak bisa menggunakan sihir dinikahkan oleh Raja Hilton, ayahnya dengan Raja Steven yang terkenal kejam dari kerajaan Sanhari. Namun, Siren melihat kenyataan yang berbeda di Kerajaan Sanhari di mana kerajaan...