Sakit

220 18 0
                                    

Kau tau, aku sungguh sakit menahan semuanya. Cintaku yang amat besar untukmu menyesakkan dadaku.

~~~Bry~~~

Bry Pov

Sudah 3 tahun berlalu tapi tetap saja bayangannya selalu hadir. Aku merindukanmu. Apakah kau juga begitu? Batin Bry.

Hari ini aku sangat malas untuk memulai hari hariku. Semalam, aku bermimpi bahwa dia berada di sini sekarang. Walau hanya mimpi tapi terasa nyata. Sungguh amat nyata.

Kutarik kembali selimut untuk menutupi seluruh badanku dan mencoba kembali terlelap.

Tidur satu jam lagi tidak akan membuatku terlambat.

Jangan tinggalkan aku... Ku mohon... Hiks.. Ku mohon... Tetaplah bersamaku... Hiks... Ku mohon...

Aku terbangun dari tidurku. Kembali mimpi itu menghampiriku. Seorang gadis yang menangis memohon agar tak di tinggalkan. Suaranya amat mirip dengannya. Ya.. Dengan Vi.

Apakah itu pertanda Vi menderita karenaku ?

Aku kembali gusar. Hampir setiap malam selama 3 tahun ini aku di hantui oleh mimpi gadis yang memohon padaku.

Apakah itu karena rasa bersalahku? Atau karena kerinduanku padanya.

"HAH!!! aku bisa gila jika begini terus." ucapku sambil mengusap rambutku dengan kasar.

Segera aku ke kamar mandi. Mungkin berendam sejenak akan membuat pikiranku kembali normal.

Tak lama aku pun membersihkan diri lalu mengenakan pakaian kantorku.
Aku ada meeting penting hari ini. Sebenarnya masih ada setengah jam lagi. Tapi, aku ingin menghabiskan 30 menit ku di cafe depan kantor. Menyesap kopi dengan aroma khasnya.

"Selamat datang Tuan. Silahkan duduk."
Ucap pramusaji dengan lembut kepadaku saat melihatku memasuki cafe.

"Seperti biasa Tuan?" tanya nya.

"Iya." jawab ku singkat lalu membuka HP ku.

Setelah mengecek beberapa Media sosialku dan beberapa email, kembali mataku terpaku dengan foto yang baru saja di kirim kepadaku.

Tampak seorang gadis yang sedang tertidur di atas kasur sambil meringkuk seperti bayi dalam kandungan. Wajahnya yang menyiratkan emosi yang bercampur aduk membuat perasaanku semakin tak karuan.

"Maafkan aku" Ucapku sambil mengusap layar Handphone ku yang menampilkan wajah yang sangat ku rindukan.

"Selamat pagi sayang... Sudah ku tebak kau pasti akan berada di sini." sapaan seorang wanita pun menyadarkanku dari pikiranku yang melayang layang.

Dia Tasya Adinda. Sekretarisku. Adalah wanita yang selalu menempel padaku. Beberapa bulan lalu juga dia mengatakan perasaannya padaku. Walau aku telah menolaknya, dia tetap menganggapku sebagai kekasihnya. Seperti sekarang buktinya. Dia tak malu memanggilku sayang di depan umum ataupun bergelayut manja padaku.

Aku tak begitu memperdulikannya jika ia menempel denganku. Karena jika aku menolaknya dia akan semakin agresif. Cukup bersikap santai dan dia akan kesal lalu pergi. Walau tak lama kemudian balik lagi.

"Sya... Kok di sini?" tanyaku

"Karena kita jodoh." Katanya sambil mengedipkan matanya padaku.

"Sya mending kamu balek ke kantor deh. Aku lagi pingin sendiri." kataku memohon.

"Maunya bareng kamu" balasnya dengan senyumnya

"Aku masih pingin di sini. Tapi sendiri."

"Yaudah.. Aku juga mau di sini. Tapi sama kamu."

Beginilah akhirnya. Bagaimana pun aku mencoba melarikan diri, dia tetap tak akan pergi.

Aku berharap kamu yang ada di sini Vi. Menemaniku setiap aku bekerja. Cemburu ketika aku di goda wanita lain, marah jika aku telat makan. Dan tertawa hanya karena ku. Batinku sambil menatap Tasya.

"Sayang... Liatin aku jangan gitu banget.. Ntar aku makin jatuh cinta sama kamu." katanya.

Jleb. Aku memikirkan Vi tapi aku mengibaratkan Tasya sebagai dia. Dan sekarang dia semakin ke GR an.. Oh God... Maafkan aku... Jerit ku dalam hati .

Aku segera mengalikan pandanganku dari dia. Lalu menyesap kopi pesananku seperti biasa.

"Mbak..." panggilku pada pramusaji cafe

"Ya Tuan." katanya sopan

"Ini. Kembaliannya ambil saja." katanya sambil memberikan uang merah selembar lalu pergi meninggalkan cafe dan Tasya yang masih di sana.

"Sayang... Tunggu aku." panggilnya sambil mengejarku yang sudah di luar cafe

"Tasya kamu apa apaan sih." kataku ketus

"Kita ke kantor bareng ya." ucapnya lagi sambil bergelayut manja di lenganku.

"Ya ampun... Kantor kita tinggal di seberang. Kamu kan bisa sendiri." balasku sambil mencoba melepaskan lengannya.

"Maunya sama kamu." katanya memelas sambil memanyunkan bibirnya.

OH MY GOD!!! Jika dia manja begini aku jadi teringat dengan Vi. Jika dengan Nia dia pasti manja manja ga nentu. Tapi kalau ada aku dia bisa jadi gadis dewasa yang mandiri.

Ok cukup... Mengapa bayangan Vi selalu hadir. Aku sangat sulit melupakannya.

"Yasudahlah." kataku akhirnya mengalah.

"Ye... Makasih sayang." Katanya dengan nada manja

Kami pun menyeberangi jalan lalu berjalan menuju kantor. Selama memasuki kantor banyak karyawan kantor yang melihat kami. Tasya yang menjadi perhatian karyawan semakin bergelayut manja menebarkan pesona bahwa dia adalah kekasihku .

Bisakah seseorang membelikanku topeng atau bisakah seseorang mengoperasi plastik wajahku... Aku sangat gelisah. Teriakku dalam hati.

Sesampainya di ruanganku. Tasya langsung duduk di sofa dan mulai mengetik beberapa Keperluan untuk meeting sebentar lagi.

"Sayang... Ntar file nya ada di Bryta ya." katanya sambil menunjuk nama berkas ketikannya.

Wait... Bryta?? Apa maksudnya ini? Oh No! Itu singkatan namaku dengan namanya. Bryan dan Tasya. Yang benar saja...
Aku semakin gila sekarang. Yang sabar Bry.. Semua pasti berlalu. Ucapku menguatkan diri.

"Aku keluar sebentar ya." katanya sambil mengambil tas lalu berjalan keluar.
Sebelum keluar ruangan dia berbalik dan menghadapku.

"Jangan nakal ya sayang. Muuachh" katanya sambil memberikan ciuman jarak jauh.

"Dasar wanita gila." kataku setelah dia keluar dari ruanganku.

" Belum juga meeting dia malah sudah membuatku gila." gumamku

*****

Kembali lagi. Maaf kemaleman. Banyak tugas soalnya.

Selamat membaca.

Salam Line

Bertahan atau Pergi?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang