Bertemu (2)

615 34 1
                                    

Bryan Pov

"Nanti.."

".........."

"iya"

"..........."

"Ok."

"Aku mengerti. Kau tak perlu memberitahu ku."

".........."

"Baiklah. Jam.....
Buukkk
"Aw...."
Terdengar pekikan seorang gadis.

"Eh... Maaf dek, yang mana yang sakit?"
Tanyaku pada gadis yang kurasa umurnya beda jauh dari ku. Tp tampilannya berbeda dari gadis seumurannya. Dia tampak lebih dewasa.

"Ga ada kok kak, semua aman terkendali." Ucapnya dan berdiri dengan tergesa gesa.

Ada apa dengan dia? Kenapa begitu terburu buru? Emang wajahku semenakutkan itu? Dasar.

"Oh... Yaudah, kakak duluan ya. Maaf yang tadi." kataku mengakhiri

"Iya kak. Gpp kok." balasnya sambil tersenyum.

Mengapa dia tersenyum... Tp senyumnya sungguh menggoda. Sadar Bryan... Dia masih di bawahmu. Batinku dalam hati.
Tentu saja dalam hati. Tak mungkin kuucapkan di depannya.
Bisa bisa yang ada, otak polosnya ternodai olehku.

Aku segera menjalankan kaki ku menjauh darinya. Aku sudah lupa dengan permasalahanku dengan Ryan tadi.
Hanya dengan senyumnya aku melupakan masalahku?? Yang benar saja.
Aku benar benar gila di buatnya.

Sudahlah Bryan. Lupakan...
Lanjukan perjalananmu.

******
"Bry.." panggil Ryan

"Biasa aja keles manggilnya..." kataku sambil menepuk jidat Ryan.

"Ye... Nyolot lagi.
Keknya dari tadi uda di panggilan lah. Situ aja yang ga denger..."
Cerocos Ryan padaku.

"Apa kamu bilang?!" teriakku
Tentu saja itu hanya candaan. Seorang Bryan marah?? Yang benar saja. Yang ada makin cepat tua.

"Apaan sih?? Engga banget deh. Ga usah lebay." balas Ryan dengan kesal.

"Nih, aku tadi mau bilang kalau besok ada undangan amal di gedung di depan taman. Di selenggarakan oleh orang terkaya di Indonesia. Dan asal kau tau, kita itu pemuda pilihan yang di undang dalam undangan itu. Untuk itu, jangan lupa bawa undangan ini dan sebutkan nama saat masuk ke pintu awal. Karna kalau tidak, kau tak akan bisa masuk. Kau mengerti?" jelas Ryan panjang lebar selebar cintaku padamu. Asseekk...

Ok. Back to topic.

"Ga minat." jawabku malas.
Ya malas lah. Aku masih pusing cari kerja dia malah ngasih undangan ga penting kek gini. Yang benar aja...

"Kok gitu sih Bry... Kita ini tamu pilihan. Masa ia nyianyiain undangan nya. Ntar kalau situ buat acara mewah, trus tamunya ga ada yang datang, situ mau??? Kan engga... Kita itu harus saling menghormati, menghargai, mencintai juga menyanyangi sesama kita. Ga boleh gitu."

"Ah... Bawel banget sih. Ngapain coba ngajar ngajarin aku.. Aku juga tau kali... Pake mencintai dan menyanyangi sesama lagi. Aku.engga.homo....."
Ucapku sambil menekan kata aku ga homo.

Ya iya lah. Dia kira aku homo.. Menyukai sesama . Yang benar saja... Wajah setampan Lee Min Ho di bilang Homo. Untung teman... Kalau ga, uda jadi perkedel tuh muka.

"yaelah... Nyolot banget sih jadi orang... Eh, dengar ya kutu kumpret, kalau besok wajahmu yang tampan ini ga ada terlihatku di acara amal, jangan harap ni wajah bakalan mulus besok pagi." balasnya mengancamku.

"Kutu kumpret pala lo peyang.. Eh, dengar ya Cabe Busuk, besok wajahku yg tampan ini ga akan ada di acara amal." balas ku kesal.

" Ah.. Bacot. Yang penting, besok wajahmu yang ganteng ini harus ku liat di acara amal. Ga ada a,i,u,e,o... Karna aku bukan guru TK...
Bye. Aku pergi dlu... Ingat besok harus datang."
Ku lihat Ryan pergi meninggalkan ruangan cafe ini dengan senyum devilnya.

Apaan coba pake ngancam segala. Buat pusing. Gumamku.

"Dari pada pusing mikirin si Cabe Busuk dengan undangan acara amal, mending ni makanan aku makan, abis itu pulang. Kan sayang makanannya mahal." ucapku pada diri sendiri.

*****
Author's Pov

Hari ini hari selasa... Dan hari ini bakalan hari yang membosankan buat Vi. Papa dan Mamanya mengadakan acara amal karena kelulusan Vi dengan pringkat yang amat sangat memuaskan. Vi sudah menolak. Karena menurutnya terlalu lebay pake acara amal segala. Tapi tidak bagi keluarga Vi. Undangan mereka saja hanya untuk orang orang tertentu.

"Vi, kenapa? Bosan ya?"
Tanya Nia yang sedari tadi melihat wajah murung Vi.

"Iya nih. Kalau ngundang teman teman aku sih gpp. Nih mah lain. Ngundangnya orang dewasa semua. Kan ga ada teman" ucap Vi dengan wajah memelas.

"Kok ga ada teman sih? Kan aku ada..."Kata Nia menenangkan Vi.

"Makasih ya sayangku. Muuacchh" kata Vi sambil membuat gaya ingin mencium Nia.

" ye... Kambuh deh gilanya."
Balas Nia berusaha kabur.

Kring... Kring.. Kring...

Belum lama Vi ingin mengejar Nia, pintu ruangan berbunyi menandakan ada orang yang akan masuk ke ruangan.
Vi dan Nia melihat siapa yang akan menghadiri acara amal ini.
Dan..... Dia berhsil membuat Vi ternganga sangkin terkejutnya.

"Nia, coba cubit lengan aku sekarang!" bisik Vi
"Aww.. Sakit Nia." Balas Vi.

"Kok jadi marah ke aku? Kan kamu yang suruh." ucap Nia.

"Iya sih.. Cuman jangan kuat kuat. Sakit.. " ucap Vi sambil mengelus lengannya yang di cubit Nia.

"Salah lagi.. Salah lagi..." Gerutu Nia.

"........"

"Hei... Selamat datang. Dari sekolah mana dek?" tanya mama pada dua lelaki gagah yang datang tadi.

"Sekolah Patra Bu..." jawab lelaki yang tampaknya teman si gunung es.

Ya.. Dia si gunung es... The First Love Vi. Datang diacara amal yang di selenggarakan oleh orangtua Vi.

"Ini bakalan hari yang paling bahagia untukku." gumam Nia pada diri sendiri.

******

Hai guys... Selamat membaca...
Seperti biasa.. Jangan lupa Vote, koment and follow ya..
Author sayang kalian...

Bertahan atau Pergi?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang