Ambillah

215 22 0
                                    

Terkadang kita harus melepas hal berharga kita hanya untuk membahagiakan orang lain
~~~Vi~~~

Author Pov

Hari ini Vi dan Bry tinggal berdua di rumah. Nia dan Bunda balik ke kampung mereka menyekolahkan Nia di sana. Awalnya Vi bersikeras agar Nia tetap bersama dengannya. Tapi Bunda menolak dengan alasan dia tak mau terlalu banyak membebani keluarga Vi.

Vi pun mengalah dengan Bunda dan Nia.
Awalnya sangat menyakitkan karena orang yang telah lama mengisi kekosongan rumah harus pergi jauh darinya.

Seminggu telah berlalu. Setiap harinya hanya akan ada tinggal Vi dan Bry di rumah. Bunda belum pulang dari kampung, katanya mungkin saat Nia telah selesai mendaftar.

"Vi, mau jalan jalan?"
Tanya Bry tiba tiba saat melihat Vi yang memandang taman belakang rumah.

"Hmm... Mau kemana ya kak?" tanya Vi sedikit ragu. Mulai dari perpisahan kemaren Vi semakin malu dan takut jika berbicara pada Bry.

"Keliling aja gitu. Ntar kalau ada yang menarik baru kita kesana. Soalnya mama papa bilang pulangnya 2 hari lagi. Ada sedikit masalah di sana."

Mama dan papa dua hari lagi pulang? Ceritanya mereka ninggalin aku dan kak Bry berdua gitu? Bahagia sih bahagia... Tapi kan jangan sekarang. Ntar kalau aku makin terpesona gimana. Kan makin malu.
Teriak Vi dalam hati.

"Hei Vi. Mau ga?" tanya Bry lagi menyadarkan Vi dari lamunannya.

"Mau deh kak. Tunggu bentar ya. Vi siap siap dulu."

Vi pun berlari ke kamarnya. Awalnya dia bingung mau pakai apa. Karena tujuan mereka tidak tau kemana.
Akhirnya Vi memutuskan memakai hot pants biru , baju lengan panjang dengan warna senada dan tak lupa tas Cinderella kesayangannya.

Sudah dua jam mereka menghabiskan waktu dengan berkeliling.
Awalnya Vi canggung. Tapi, Bry sangat mahir mencairkan suasana. Di sinilah mereka. Tertawa bahagia layaknya pasangan serasi.
Pasti tak banyak yang berfikir Vi baru lulus SMP. Karena tubuhnya yang tinggi dan putih bak seorang model menutupi statusnya. Oleh sebab itu dia tak perlu minder jalan dengan Bry yang tinggi.

"Vi... Mau es cream?" tanya Bry

"Mau. Tapi yang biru ya." kata Vi dengan cengirannya.

"Hahah... Kalau ada ya ." kata Bry sambil berlalu

Tak perlu waktu lama, Bry sudah membawa dua es cream berwarna biru yang tingkatannya seperti gunung es.

Vi hanya tertawa melihat Bry yang ke susahan membawa es cream nya.

"Kau tau tidak, aku sudah bersusah payah mendapatkannya sampai harus berebutan dengan pemuda di sana." katanya sambil menunjuk ke arah toko es cream itu.

Bry pun memberikan es cream berwarna biru itu untuk Vi.

"Suka tidak?" Tanya Bry

Vi hanya mengangguk dan menjilati es cream yang ada di tangannya.

"Itu rasa Blueberry. Kata penjualnya, itu salah satu es cream terlaris di sana." jelas Bry

Vi hanya mendengarkan saja tanpa perlu menjawab karena dia sedang asik menikmati es creamnya. Kalau tidak akan mencair.

Cerita tentang es... Mungkin saat ini aku telah berhasil mencairkan si gunung es. Pikir Vi sambil menatap Bry yang memakan es cream nya.

Tak terasa, sudur bibir Vi pun terangkat dan membuat sebuah lukisan indah. Yah.. Dia tersenyum.

"Makan dulu es cream nya baru liatin kakak kayak gitu. Ntar cair lagi." kata Bry tetap fokus dengan es creamnya.

Vi yang tertangkap basah pun langsung membuang muka dan akhirnya hidungnya mengenai es creamnya sendiri...

Bry yang melihat itu pun langsung tertawa.

"Kamu lucu deh, kayak badut." kata Bry yang tertawa keras.

Kamu juga lucu kalau tertawa kayak gitu. Kayak pangeran hatiku. Ucap Vi dalam hati.

Pipinya tak sanggup menahan rasa bahagia bercampur malunya hingga akhirnya memerah seperti tomat.

Bry yang masih tersenyum pun mendekatkan wajahnya ke wajah Vi. Vi yang mendapat reaksi yang tak terduga langsung menutup matanya dan mematung.

Bry pun semakin mendekatkan wajahnya dan....

Menghapus es cream di wajah Vi dan menghembuskan nafasnya ke wajah Vi.
Vi pun akhirnya membuka matanya dan mendapat pemandangan yang sangat jarang bisa di temukannya.

Ya... Wajahnya begitu dekat dengan wajah Bry. Lama mereka saling memandang satu sama lain, akhirnya seorang gadis kecil pun menghancurkan moment romantis mereka.

"atu mau ini." katanya sambil menarik tas kecil bergambar Cinderella Vi

"Adek mau ini?" tanya Vi lagi sambil menunjuk ke arah tasnya.

Gadis kecil itu mengangguk.

Vi pun memberikan es creamnya kepada Bry agar lebih leluasa dengan gadis kecil di depannya. Perlahan dia jongkok di depan gadis kecil itu dan akhirnya melepaskan tas kecilnya.

"Nama adek siapa?" tanya Vi

"Claudia ante." jawabnya sambil memainkan jemarinya.

"Umur berapa?"

Gadis kecil bernama Claudia itu pun mengangkat jarinya menunjukkan angka 3.

" Claudia umur 3 tahun ya? Gadis manis." kata Vi sambil mengelus kepala Claudia.

"Nih, tante kasih buat Claudia. Ini barang kesayangan tante. Tante minta tolong sama Claudia untuk menjaganya ya." kata Vi sambil memberikan tas nya.

"Iya. Makacih ante." katanya sambil memeluk tas kecil tadi.

Tak lama, seorang lelaki muda menghampiri dan jongkok di samping Claudia.

"Audia megang apa?" tanya nya lembut.

"Tas cindellela dari ante cantik."
Katanya sambil menunjuk Vi.

"Audia ga boleh gitu. Itu tas kesayangan tantenya loh. Balikin ya.." katanya lagi.

Saat itu, wajah gadis kecil itu pun melemas dan siap untuk menangis.

"Hei.. Cup cup cup... Jangan nangis dong.. Ntar Cinderellanya ikut sedih." kata Vi menenangkan.

Claudia pun tak jadi menangis dan kembali memainkan tasnya

"Tapi kan..."

"Engga papa kok kak, biar untuk dia aja. Kalau aku kan bisa cari lagi ntar." kata Vi memotong ucapan pemuda itu.

Vi pun berdiri dan berdiri di samping Bry yang sedari tadi melihatnya. Pemuda itu pun berdiri sambil menggendong Claudia yang masih sibuk dengan tas barunya.

"Di jaga baik baik ya sayang." kata Vi sambil sedikit mengacak rambut Claudia pelan.

Dia pun hanya tersenyum dan mengangguk. Mereka pun pergi meninggalkan Vi dan bry.

"Ternyata kamu cuek cuek perhatian ya. Selama tiga tahun lebih kita sama, tapi aku baru tau sisi lain kamu. Kamu sungguh misterius bagiku." kata Bry masih fokus menatap kepergian Pemuda dan gadis kecil tadi.

"Apaan sih??" tanya Vi dengan senyuman sambil memukul pelan dada Bry.

"Itu bukan segalanya bagiku. Mungkin saat aku melepaskannya Tuhan akan berikan yang lebih indah bagiku." kata Vi lagi melanjutkan.

"Tapi ceritanya es cream aku mana?" tanya Vi mengganti topik pembicaraan.

"Uda di sini." kata Bry sambil menunjuk perutnya. Kemudian berlari menjauhi Vi yang ingin melemparkan pukulan padanya... Mereka pun tertawa bahagia.

Dan tanpa mereka sadari sepasang mata melihat mereka dari kejauhan...

*****

Hari ini Line bongkar lagi sifat Vi.

Tapi sepasanga mata itu milik siapa ya?

Makin penasaran kan... Yuk.. Kasih bintang yang banyak. Biar Line makin senang nulisnya.

Salam Line

Bertahan atau Pergi?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang