Lembar Baru

176 15 1
                                    

"Bila nanti saatnya telah tiba ku ingin kau selalu menemaniku hingga akhir tuaku"

~~~Vi~~~

"Hallo"

".........."

"Bisa kita bertemu ?"

".........."

"kalau bisa secepatnya."

"..........."

"Ok. Aku tunggu besok. Tempatnya akan aku SMS saja."

"............"

"Ok"

Telepon pun tertutup. Dia ingin menjumpai seseorang sekarang. Lebih tepatnya besok. Karena perjalanan lawan bicaranya tadi menempuh tempatnya sekarang memerlukan waktu yang lama.

Dia sungguh tak sabaran ingin berjumpa dengannya.

******

Saat ini, Novan sedang berfikir keras. Selain tugasnya yang menumpuk, dia juga memiliki banyak tugas lainnya.

Sejenak fikirannya kembali membayangkan seseorang yang membuatnya merasakan cinta.

Vi... Wanita yang di jumpainya beberapa tahun silam telah membalikkan getaran dihatinya yang pernah hilang.

Senyum Novan pun kembali . Menghiasi wajahnya yang sejak lama murung.

"Om....." teriak gadis kecilnya yang masuk ke ruangannya

"Hai...Kamu ya... Kecil kecil cabe rawit... Ini kantor sayang.. Bukan di rumah. Jadi jangan menjerit jerit kasihan karyawan yang lain." ucap Novan sambil mengelus lembut rambut gadinya nya yang sudah beranjak dewasa.

"Ih.. Om... Aku bukan anak kecil lagi... Jadi aku tau..." Balas Claudia

"Iya iya... Om tau kamu uda gede.. Tapi sifat kamu belum..." balas Novan.

"Iya iya deh.. Om bawel banget..." Balas Claudia sambil melangkah ke sofa.

"Eh om.. Tadi om kok senyam senyum sih? Tumben." balas Claudia sambil memainkan ponselnya.

"Kepo banget urusan om nya."

"Yaelah sih om mah jahat amat...Aku tebak, pasti om lagi mikirin tante Vi. Ya kan??? Tebakan aku benar kan?" tanya Claudia

"Kalau tau kenapa nanya." Balas Novan acuh tak acuh.

"Kan memastikan om.... Tapi kalau di fikir fikir, kenapa ga om lamar aja tante Vi... Lagiankan dia uda mau lulus tuh. Mungkin tunangan sambil kuliah ga masalah kali."

Mendengar ucapan Claudia, Novan pun menghentikan kegiatannya. Sekarang ia menatap lurus ke arah Claudia.

"Mungkin belum sekarang." balas Novan lemah

"Kenapa Om?? Tante Vi punya pacar ya?" desak Claudia. Sekarang mereka saling bertatapan.

"Bukan pacar sih." balas Novan lirih

"Ou.. Aku tau, pasti ada seseorang yang masih menetap di hati Tante Vi."

Yap.. Tebakan Claudia tepat sasaran.

"Kalau om diam berarti benar." lanjut Claudia lagi.

"Ok Om... Kalau begitu, aku punya ide."

"kamu jangan sok ngerti deh. Kamu aja masih kecil.. Masih ingusan." balas Novan kembali memfokuskan kembali dirinya ke pekerjaannya.

"Om bawel deh. Dengerin aku ya Om... Kalau Om Sayang sama Tante Vi, Om cukup kasih perhatian yang tante Vi butuhin. Walau di hati dia masih ada seseorang, Om cukup buat Tante Vi lupain someonenya itu pelan pelan. Pasti dia bakalan buka hatinya buat Om. Om percaya aja deh sama aku."

"Kerena wanita itu bakalan mudah Jatuh Cinta pada seseorang yang bisa membuatnya merasa diperlukan." Ucap Claudia serius.

Novan hanya mendengarkan dengan seksama. Menghayati setiap kata demi kata yang keluar dari bibir keponakannya.

"Kamu sok tau deh. Lagian ngapain coba kamu ceramahin Om. Mending kamu sekolah yang bagus. Biar lancar dan pinter." balas Novan balik menasehati Claudia. Bermaksud untuk mengalihkan pembicaraan.

"Pokoknya aku uda kasih saran sama Om... Ga tau deh kalau misalnya Om nurutin aku apa engga." balas Claudia.

"Om aku makan ke bawah dulu ya. Om mau di beliin apa gitu?" tanya Claudia sambil berdiri.

"Engga usah deh. Kamu aja yang makan. Om nanti panggil pelayan aja. Kamu mau di temenin Nicholas ? Biar Om suruh."

Tanpa fikir panjang, Claudia langsung menganggukkan kepalanya.

"Kalau sama dia mah ga usah di tanya lagi Om." kata Claudia dengan senyum sumringah

"Yaudah deh.. Bentar Om telpon dulu."

Tak lama kemudian , Nicholas pun datang ke ruangan Novan. Mereka pun pergi meninggalkan Novan di ruangannya.

"Cara ampuh mengusirnya." Ucapnya sambil tersenyum miring.

Sebenarnya itu hanya alasan agar Claudia tidak balik lagi ke ruangannya. Ia sangat malas jika harus membicarakan tentang Vi. Di lain sisi, Novan juga tak ingin jika fikirannya semakin mumet mendengar ocehan Claudia.

Mungkin sekarang aku harus menetralkan emosiku sebelum bertemu dengannya. Batin Novan.

******

Selamat membaca

Salam Line

Bertahan atau Pergi?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang