My Love

243 24 0
                                    

Aku jatuh cinta padamu sejak awal kita bertemu. Mungkin ini akan menjadi ujian berat bagiku karena cintamu pasti bukan untukku.

~~~Vi~~~

*******

Sudah 6 jam Vi tertidur lelap. Akhirnya dia kembali sadarkan diri. Bry telah memberitahu Ibu Vi tentang kondisi Vi. Awalnya ibu Vi bersikeras akan pulang. Tapi Bry berhasil meyakinkan Ibu Vi dengan menjamin Vi akan baik baik saja.

"Maaf ya kak, aku jadi ngerepotin kakak kaya gini." ucap Vi dengan suara yang amat pelan tapi masih bisa di dengar Bry.

"Gpp kok. Ini kan uda tugas kakak... Yang penting kamu harus sembuh.. Dan jangan ulangi kesalahan yang lalu.. Kalau kamu mau di temenin, kamu bisa bilang sama kakak. Ok?" jelas Bry pada Vi yang masih terbaring lemah.

Bagaimana bisa aku mengajak kakak jalan kalau di dekat kakak satu detik aja jantungku bekerja lebih cepat. Aku tak ingin mati muda karena serangan jantung.
Jerit Vi dalam hati.

"Ok kak." ucap Vi lemah. Ya.. Memang hanya itu ucapan yang keluar, tak mungkin aku bisa mengatakan hal sebenarnya.

"Kamu makan dulu ya. Sini kakak suapin.."
Ucap Bry sambil mengambil makanan Vi yang ada di meja nya.

Dengan telaten Bry menyuapin Vi.
Tanpa sadar sudut bibir Bry naik melihat Vi yang lucu saat makan.

"Kamu lucu deh makannya.. Kayak anak kecil." ucap Bry sambil terkekeh.

Kemudian tangan Bry terulur menyentuh sudut bibir Vi yang belepotan bubur . Sontak pipi Vi langsung memerah. Bagaimana tidak... Ini pertama kalinya seorang lelaki dewasa yang menyentuhnya selain ayah nya tentunya.

"Maaf kalau kakak lancang." ucap Bry sambil menarik tangannya yang berada di bibir Vi.

"ng - Gpp kok kak." ucap Vi gugup.

"Pipi kamu kenapa merah?" tanya Bry dengan terus terang.
Vi pun langsung memegang wajahnya dan membuang muka. Dia sungguh malu karena tertangkap basah oleh Bry.

"Dasar gunung es." ucap Vi keceplosan.

Bry pun langsung memandang Vi yang menutup mulutnya.

"Kenapa Vi?? Gunung es? Maksudnya?"
Tanya Bry pada Vi.

"Eh.. Engga kak.. Lagi pingin ke gunung es aja."
Ucap Vi ngasal.

"Ou... Ok deh.. Ntar kita ke gunung es kalau kamu sembuh. Ok." kata Bry sambil menoel hidung Vi.

Aksinya itu membuat Vi kembali memerah.

"Kamu lucu deh kalau uda merah gitu... Ngemesin." ucap Vi sambil mencubit pelan kedua pipi Vi.

Jleb.... Vi hanyut kedalam hayalannya.

You are my love. And you know what?! You can always make me smile. Batin Vi.

*******

Sudah 2 hari tak masuk sekolah, akhirnya hari ini dia di perbolehkan pulang. Tapi dengan catatan tidak banyak bergerak atau lukanya tak akan sembuh.

Sebenarnya tak masuk akal tentang sakit Vi. Dokter bilang Vi pingsan karena sarafnya yang terluka itu menghambat pergerakan saraf lainnya sehingga Vi kehilangan kesadaran.

Tapi apalah daya Bryan yang bukan dokter. Dia hanya bisa berdoa agar Vi tetap sehat.

"Kakak harus keras sama kamu Vi. Kakak ga mau kamu terluka lagi kaya kemaren kameren." Ucap Bry serius yang mendatangi Vi di sofa dekat kamar mereka

"Iya kak... Maaf ya kalau buat kakak repot...
Kalau kakak bosan, mending kaka bilang ke mama aja untuk berhenti... Vi uda besar kok.. Bisa jaga diri sendiri... Vi juga ga mau kalau masa muda kakak jadi ngurusin Vi doang." ucap Vi memelas

"Vi tau kok, Vi bandel banget... Susah di bilangin... Tapi Vi masih sanggup jaga diri sendiri... Vi juga uda nolak ke mama dengan tawaran kakak yang bakalan jaga Vi... Tapi mama bersikeras harus ada yang jagain Vi dan itu kakak... Vi juga lupa say thanks sama kakak karna uda nolongin Vi pasca kejadian seminggu lalu. Vi gatau harus balas gmana. Dan sekarang, kakak juga uda bantu Vi yang kedua kali. Sebenarnya Vi perlu papa sama mama. Tapi Vi juga harus mikirin mereka kerja buat Vi. Bukan untuk kesenangan mereka.
Walau sakit sih sebenarnya harus di tinggal tinggal mulu. Vi juga cemburu sama teman teman Vi yang diantar jemput sama mama papa mereka. Vi juga pingin kak..." ucap Vi yang mulai menangis.
Bry yang melihat Vi menangis deras, membawa Vi kedalam pelukannya. Membiarkan Vi menangis di dada bidangnya. Menepuk pelan punggung Vi juga mengelus rambut Vi.

Pelan pelan isakan Vi mulai mereda.
Kemudian terdengar dengkuran halus dari Vi. Dia sudah terlelap...

Bry merasa bahwa Vi menikmati hidup menjadi anak orang kaya... Segala sesuatunya di penuhi. Tapi ternyata tidak. Di balik keceriaan Vi, dia menyimpan sejuta kepedihan yang mendalam.

Kasih sayang sungguh tak bisa di beli bahkan dengan uang ber milyaran sekalipun. Batin Bry.

Bry mencoba menggerakkan sedikit badannya agar bisa mengangkat tubuh Vi dan membawanya ke kamar. Tapi pelukan Vi bukan melonggar, melainkan semakin mengerat.

"Biarkan seperti ini... Sebentar saja... Aku lelah dengan semuanya." ucap Vi yang masih tetap setia menutup matanya.

Bry pun membiarkan Vi tetap berada dalam pelukannya. Jam menunjukkan 00.03 . Bry belum tertidur, dia masih menikmati setiap lekuk wajah Vi yang tidur di dada bidangnya.

Nafas Vi berhembus secara teratur. Menandakan dia benar benar berada dalam hayalan mimpi.

"Tidurlah yang nyenyak My Love." bisik Bry sambil mengecup lama kening Vi sambil menikmati aroma Stowberry dari rambut Vi.

Pelan pelan Bry melepas kecupannya dari kening Vi dan mencoba terlelap.

"Semoga menjadi hari yang indah untuk kita berdua" ucap Bry pelan.

Lambat laun Bry pun tertidur. Pergi ke alam mimpi dan membuat khayalannya sendiri dengan kisahnya sendiri.

*******

Hai hai... Sebenarnya mau buat upload 5 bab dalam satu hari... Tapi siapnya di jam 00.10 . Jadi ini ceritanya Line upload cerita Vi dan Bry di tanggal 31 Des pada jam 00.10

Hehe... Selamat menikmati akhir tahun..

Salam Line

Bertahan atau Pergi?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang