Chapter 05

7.6K 488 8
                                    


🌺🌺🌺

Hampir sebulan setelah kejadian itu kini Hana dibatasi untuk tidak mendekat pada Anissa. Anissa yang merasa dijauhi oleh bunda dan juga kakaknya hanya bisa merasakan kesedihan yang amat pedih. Nadia juga mengatakan pada Anissa agar tidak mendekati Hana lagi. Sempat Anissa berfikir 'apa aku ini virus berbahaya yang tidak boleh didekati?' Batin Anissa Tapi, fikiran jelek itu ia hilangkan, 'mungkin saja ini yang tebaik untuk kakak juga bunda' batin Anissa lagi.

Anissa iri saat melihat kedekatan kakak dan juga bundanya. Setiap pagi Hana selalu disuapi saat makan, nonton bareng berdua, jalan-jalan, cium pipi saat akan sekolah juga peluk dan kasih sayang yang diberikan bundanya pada Hana, yang tak pernah ia dapatkan. Anissa pun tidak tahu alasan mengapa bundanya sangat membencinya.

Dari hari ke hari wajah ceria Anissa perlahan memudar berganti dengan wajah pucat pasi. Hidungnya pun semakin gencar dan sering mengeluarkan darah. Namun, Anissa tak pernah menghiraukannya. Jum, Ujang dan sahabat-sahabtnya juga Vano teman dekat Anissa selama sebulan ini pun, sudah sering menyuruh Anissa untuk periksa ke rumah sakit 'siap tau ada penyakit yang membahayakan' amanat mereka yang hampir sama. Namun, selalu gelengan kepala jawaban yang diberikan Anissa.

Tes tes.

Kembali darah itu mengucur dari hidungnya. Membuat Anissa mengeluarkan tisu yang selama sebulan ini selalu ia bawa disaku seragam sekolahnya. Anissa saat ini tengah duduk sendiri termenung ditaman sekolah.

"Nissa..."panggil seseorang.

"Ya ampun Nis.. kamu mimisan lagi..?" Tanyanya khawatir saat melihat Anissa tengah mengelap darah yang keluar dari hidungnya.

"Ahh.. Vano.. sedikit ko hehe" jawab Anissa dengan senyum khasnya.

"Pulang sekolah kita kerumah sakit ya..." ajak Vano.

"Ahh tidak usah.. nanti pulang sekolah kan ada kelas tambahan..." elak Anissa, sebenaranya ia takut jikalau yang dikatakan semua orang benar kalau dirinya mengidap penyakit yang berbahaya.

"Tapi Niss.. wajah kamu juga pucet.. terus hidung kamu juga sering banget mimisan" ucap Vano Khawatir, namun Anissa diam saja tak menjawab. "Nissa... Anissa...?" Panggil Vano.

Anissa mengerjapkan matanya mendengar panggilan Vano. "Ah iyah kenapa...?" Tanya Anissa.

"Ya Allah Nissa... tadi itu saya bilang... ah sudah lah... pokonya nanti pulang sekolah kita kerumah sakit..." ucap Vano kekeuh.

"Ahh Vano.. perhatian amat si kaya sama pacar aja... haha.." goda Anissa. "hihi Becanda..." lanjutnya sembari mengacungkan dua jari yang yang membentuk huruf V.

"Ya kalau kamu mau... saya mau ko jadi pacar kamu..." ucap Vano dengan senyumnya.

"Apahh... bercanda lo garing Van.." ucap Anissa.

"Siapa bilang saya lagi bercanda.. saya serius ko..." ucap Vano. "Kamu tahu..."

"Enggak..." jawab Anissa sebelum Vano menyelesaikan ucapannya.

"Saya belum bilang Nissa..." geram Vano.

"Oh.. belum ya.. maaf.. yasudah silahkan katakan..." ucap Anissa sambil cengengesan.

"Saya menyukai kamu Nissa..."

Mendengar ucapan Vano Anissa diam lalu sedetik kemudian, Anissa melirik kearah Vano dan menatap mata Vano mencari kebohongan dimata hazel yang dimiliki Vano, namun nihil tada ada kebohongan dimatanya malahan Anissa melihat ketulusan dimata hazel Vano.

"Dan saya ingin..." ucap Vano lagi, lalu menggenggam tangan Anissa. "Kamu jadi kekasih saya..." lanjutnya.

Anissa masih diam membisu dan matanya tak lepas dari menatap mata Vano, lalu. "Buahahahahaha... bercanda lo bagus juga van..." jawab Anissa akhirnya. Sebenaranya Anissa tertawa hanya untuk mengalihkan pembicaraan saja, karena dia terlalu gugup.

Anissa Almaera [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang