Chapter 13

7K 488 11
                                    

Seperti biasa habis baca harus Vote sama Comment yups 😉

🍂🍂🍂

Disisi lain Vano berjalan menjauh dari Anissa dengan perasaan hancur sehancur-hancurnya. Ia tidak menyangkan Anissa mempunyai niat yang buruk padanya, ia ingin terlihat menang dari perempuan-perempuan disekolahnya yang memang banyak yang menyukai Vano.

"Arggghhh...." umpat Vano sambil membanting helmnya asal.

"Saya tidak menyangka wajah kamu yang terlihat polos ternyata ada kebusukan didalam otakmu Anissa..." ucap Vano sembari luruh diatas tanah yang ia pijak.

Vano menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Lalu fikirannya melayang pada kata-kata Anissa, suara Anissa yang mengatakan kalau ia tidak mencintainya seperti terus terngiang dipendengarannya bak kaset rusak.

"Konyol..." ucap Vano lagi.

Vano tersenyum. "Aku tahu kamu melakukan ini karena ada alasannya kan..." ucap Vano lagi sambil berdiri.

Vano tersenyum. "Alasanmu konyol Anissa untuk meyakinkan saya kalau kamu tidak mencintai saya... saya yakin kamu menyembunyikan sesuatu yang sangat besar dari saya..."

"Saya harus tahu apa alasanmu itu Anissa..." ucap Vano lagi

Vano kembali berjalan ketempat dimana tadi ia meninggalkan Anissa. Dan tepat saat itulah hujan turun sangat derasnya tapi tak mrnghalangi sedikitpun tekad Vano untuk menemui Anissa.

Dan saat sesudah sampai Vano dikejutkan dengan banyaknya kerumunan orang ditempat tadi Anissa ia tinggalkan. Vano diam sambil terus memperhatikan kerumunan tersebut.

Dan saat salah satu orang dari kerumunan tersebut mengangkat seorang gadis kedalam pangkuannya, mata Vano membulat sempurna ketika yang ia lihat adalah Anissa.

Vano dengan cepat berlari kearah pria yang mengangkat Anissa dan langsung mengambil Anissa dari pangkuan pria asing tersebut ke pangkuannya.

"Nak... ayo bawa gadis ini kedalam mobil saya, itu mobil saya disana..." ucap bapak-bapak yang baik mau membantu Vano meski hujan sangat deras mengguyur.

Tanpa Vano menjawab ucapan Bapak-Bapak tadi, Vano langsung membawa Anissa masuk kedalam mobil Bapak-Bapak yang baik hati tersebut.

"Pak saya mohon cepat..." ucap Vano tak sabar.

"Iya Nak..." jawab Bapak-Bapak tersebut.

Vano terus menepuk pundak dan pipi Anissa berharap ia akan sadar dengan ini tapi nihil Anissa tak membuka matanya bahkan sama sekali tidak bergerak.

"Anissa...? Nissa bangun kamu kenapa...?" Ucap Vano terus memanggil-manggil nama Anissa.

Tanpa disadari Vano mengeluarkan air matanya, Vano mencium dan mendekap dengan erat Anissa. Hatinya berkata ada yang tidak benar dengan keadaan Anissa, sehingga kini ia takut bahkan bahkan sangat takut kalau ia akan kehilangan Anissa.

"Nissa... bangun..." ucap Vano lagi lirih dengan terus berurai air mata.

Tak sampai 30 menit akhirnya mereka pun sampai di Rumah Sakit.

"Nak kita sudah sampai di Rumah Sakit..." ucap Bapak-Bapak yang menolong Anissa.

Vano yang mendengar itu pun langsung melepas pelukan eratnya lalu dengan sigap Vano langsung membopong tubuh lemas Anissa keluar dari dalam mobil dan langsung memanggil suster.

Suster langsung datang dengan membawa brankar dan Vano langsung menidurkan Anissa dibrankar tersebut.

"Terimakasih Pak atas bantuannya..." ucap Vano pada Bapak-Bapak yang menolong Anissa tadi.

"Iya sama-sama Nak... kalau begitu saya permisi dulu..."

"Oh iya pak..."

Dan setelah Bapak-Bapak itu pergi Vano dengan sigap langsung berlari mengejar Anissa yang dibawa kedalam UGD untuk mendapatkan pertolongan pertaman.

Vano dengan khawatir terus mondar mandir didepan ruang UGD. Dan dapat dilihatnya ada seorang dokter perempuan yang dengan khawatir berjalan setengah berlari masuk kedalam ruang UGD tempat Anissa diperiksa dan itu cukup membuat Vano semakin khawatir.

"Ya Allah semoga Anissa tidak apa-apa..." ucap Vano berdoa.

Dan sudah hampir 1 jam lamanya Vano menunggu kabar Anissa akhirnya kini ada seorang suster keluar dari dalam ruang UGD tersebut dan dengan sigap Vano langsung mendekat.

"Suster bagaimana keadaan teman saya...?" Tanya Vano pada suster tersebut.

"Maaf bukan kewenangan saya untuk memberi tahukan keadaan pasien... sebaiknya ade tunggu aja dokter keluar..." jawab suster tersebut pada Vano.

"Kalu begitu sampai kapan Anissa akan diperiksa...?" Tanya Vano lagi.

"Saya tidak tahu... maaf saya lagi buru-buru..." jawab suster tersebut.

Mendengar ucapan suster tersebut, Vano membiarkan suster tersebut untuk pergi dan Vano kembali menunggu Anissa.

Vano luruh dilantai dingin Rumah Sakit, matanya menatap lurus dinding putih yang ada didepannya dengan tatapan mata kosong. Entahlah rasa takut kehilangan langsung menyeruak masuk begitu saja kedalam relung hatinya.

Vano memejamkan matanya dan saat itulah air matanya kembali berjatuhan bak air hujan yang turun dengan deras. Vano memejamkan matanya meredam rasa takut dan khawatirnya. Dan tepat saat itulah pendengarannya menangkap sebuah suara seperti ada orang yang membuka pintu ruang UGD.

Cklek.

Vano langsung membuka matanya kembali dan berdiri dari duduknya. Kini dihadapan Vano telah ada seorang Dokter yang tadi sempat ia lihat masuk kedalam ruang UGD dengan terburu-buru dan wajah khawatirnya.

"Dokter bagaimana dengan keadaan Anissa...?" Tanya Vano tak sabaran.

Clara yang melihat raut wajah khawatir Vano langsung merenyitkan keningnya bingung. "Kamu siapanya Anissa...?" Tanya Clara pada Vano.

"Saya pacarnya Anissa...?" Jawab jujur Vano.

Clara tersenyum. "Pacar...?" Tanya balik Clara.

Dan Vano mengangguk mengiyakan. "Anissa sakit apa Dok...?" Tanya Vano lagi.

Clara menghembuskan nafasnya perlahan. "Kamu ikut saya keruangan saya saja yu..." ajak Clara.

Vano mengangguk dan setelah itu mereka pun pergi keruangan Clara.








"Kesedihan terdalamku adalah ketika aku harus kehilanganmu."

--Anissa Almaera.

Hallo hai aku Up nih 😂😂

Sedikit bingits yups huhu emang cerita ini bentar lagi juga End gak akan banyak-banyak Chapter ini 😊

Dadah salam sayang dari aku ASD😍

Assalamalaikum 😉

Anissa Almaera [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang