Chapter 17

8.8K 490 12
                                    

Seperti biasa kalau habis baca wajib/kudu Vote sama Comment yups 😉


🍀🍀🍀




Seminggu sudah Anissa terbaring koma dan selama seminggu itu juga Nadia sama sekali tak beranjak dari sisi Anissa. Nadia selalu mengajak Anissa berbicara, meminta maaf dan menanyakan kenapa ia tak pernah memberi tahukan soal penyakitnya pada dirinya, tapi Anissa tidak mungkin menjawab pertanyaan Nadia tersebut.

Dulu saat Ayah Anissa dan Hana masih ada bersama mereka Anissa adalah anak yang paling disayangi sang Ayah berbeda dengan Hana meskipun Hana mempuyai penyakit sejak kecil tapi rasa sayang Ayahnya lebih besar pada Anissa. Tapi bukan itu yang menyebabkan Nadia membenci Ayah Anissa yang setelah sang Ayahnya pergi Nadia limpahkan kebencian itu pada Anissa.

Dulu Nadia sangat mencintai Dion (Nama Ayah Anissa dan Hana/suami Nadia) sangat, bahkan apapun yang ia punya akan ia kasih pada Dion tapi balasan Dion ia malah berselingkuh dengan perempuan lain dan itu sangat membuat hati Nadia terguncang dan teramat merasakan sakit yang luar biasa, bahkan Nadia sampai mengalami yang namanya trauma.

Semenjak saat itulah Nadia sangat membenci Dion dan karena Dion kini telah pergi bersama perempuan selingkuhannya Nadia kalap dan dia tidak bisa menyalurkan rasa benci itu pada Dion. Nadia ingin balas dendam tapi Nadia salah karena ia balas dendam pada darah dagingnya sendiri. Anak kandungnya sendiri, anak yang tidak tahu apa-apa tentang masalah orang tuanya.

Yah Anissa, disini Anissa hanyalah korban dari orang tuanya yang berpisah.

Tatapan mata kosong Nadia terus saja tertuju pada wajah pucat Anissa, tangannya tak pernah lepas dari menggenggam tangan lemas Anissa.

"Bunda salah Nissa... hiks maafin Bunda sayang maaf..." ucap Nadia lirih.

"Kamu hanya korban dari orang tua yang berpisah..."

"Kamu tidak seharusnya seperti ini sayang... ayo bangun hiks Nissa bangun sayang maafin Bunda..." ucap Nadia lirih dengan tangan terus menggenggam tangan Anissa yang terbebas dari selang infus.

Sebenarnya perlakuan Nadia pada Anissa yang tidak adil sangat membuat hatinya merasakan sakit luar biasa tapi entah kenapa egonya yang tinggi mampu menutupi rasa itu. Sayang dan cinta Nadia untuk Anissa tertutupi oleh rasa egonya, dan sekarang setelah semuanya terlambat Nadia baru menyadari itu. Ia menyesal bahkan sangat menyesal, karena tak seharusnya ia limpahkan kebenciannya pada sang suami ia alihkan pada anak yang dulu sangat disayangi suaminya itu.

Nadia terus menangis dan tangannya tak lepas dari menggenggam tangan Anissa. Tapi tiba-tiba salah satu jari Anissa yang tengah ia genggam bergerak.

Nadia yang menyadari itu langsung melihat jari Anissa yang bergerak lalu beralih menatap mata Anissa yang juga bergerak.

Nadia menghapus air matanya kasar lalu ia memencet bel yang ada diatas brankar Anissa.

"Nissa... " panggil Nadia pada Anissa.

Perlahan Anissa membuka matanya dan setelah terbuka sempurna matanya langsung bersirobek dengan mata Nadia.

"Sayang... Allhamdulilah kamu sudah sadar..." ucap Nadia sembari mengusap kepala Anissa dengan sayang.

Tapi tak ada respon apapun dari Anissa, Anissa hanya diam dengan tatapan mata seperti meneliti Nadia. Setelah sadar sepenuhnya Anissa duduk dari tidurnya dengan lemah lalu.

Anissa Almaera [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang