Seperti biasa kalau abis baca wajib/kudu Vote sama Comment ya 😉
💟💟💟
Disinilah sekarang Anissa terbaring lemas dengan selang infus yang tertancap manis ditangannya juga selang oksigen. Sudah dua hari Anissa tak sadarkan diri, membuat Clara sangat cemas.
Clara berniat untuk memberitahukan keadaan Anissa pada Bundanya, tapi ia urungkan karena takut nanti kalau Anissa sadar dan tau kalau Bundanya ia kasih tahu Anissa akan marah.
Penyakit Anissa semakin parah kanker yang menggrogoti otaknya semakin menyebar keseluruh tubuhnya. Tindakan kemotrapi pun akan sulit dilakukan jika Anissa belum juga sadarkan diri.
Saat ini hanyalah Clara dan Vano yang menemani Anissa di Rumah Sakit.
Saat ini Vano tengah duduk dikursi tunggu luar ruang ICU tempat dimana Anissa dirawat. Vano kini sudah tahu bagaimana Anissa dan Bundanya. Vano fikir selama ini Anissa sangat disayangi Bundanya yang selama ini selalu Anissa bangga-banggakan, ternyata ia salah besar karena ternyata Anissa tak pernah merasakan kasih sayang dari Bundanya itu sedikitpun. Dari mana Vano bisa tahu soal ini? Tentunya dari Ibu angkat Anissa yaitu Dokter Clara.
Dan kini Vano pun tahu dengan keadaan kesehatan Anissa yang sebenarnya. Anissa selama ini menyembunyikan penyakitnya darinya. Penyakit yang tak seharusnya Anissa sembuyikan dari orang lain.
Vani tidak menyangkan dibalik wajah Anissa yang ceria ternyata menyimpan begitu banyak beban dan derita dan Anissa selama ini tak pernah mengeluh sedikitpun pada orang lain ataupun padanya.
Vano sungguh sangat takut akan kehilangan Anissa, karena selama ini perasaan Vano seperti gundah dan gelisah akan sesuatu, ia merasa akan kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya, dan perasaan itu apakah mungkin suatu saat ia akan kehilangan Anissa untuk selama-lamanya.
"Arggghhh...." umpat Vano dengan berurai air mata.
"Janga Anissa... jangan tinggalkan aku, aku mohon..."
Saat Vano melamun dan ketakutan akan kehilangan Anissa tiba-tiba saja ada seorang suster yang keluar dari dalam ICU tempat Anissa dirawat dengan tergesa dan berlari kearah ruang Dokter Clara. Vano berjalan berniat untuk masuk kedalam ruang ICU tapi belum sempat ia masuk tiba-tiba Dokter Clara masuk terlebih dahulu, melihat itu Vano pun ikut masuk kedalam.
"Sayang.. kamu sudah sadar...? Sebentar ibu periksa...?" Ucap Clara sesaat setelah mereka masuk.
"Bundaaa... bundaa.. gelap..." ucap Anissa sambil menggapai-gapai sesuatu.
"Nissa...?" Tanya Clara sambil tangannya ia lambaikan didepan mata Anissa.
"Anissa... ini aku Vano...?" Timpal Vano.
"Gelap... Bundaa.. Anissa takut... hiks gelap Anissa gak bisa liat apa-apa" ucap Anissa tak merespon Clara ataupun Vano, ia malah berteriak dan menangis memanggil Bundanya.
"Ini Ibu sayang.. Ibu Clara..." ucap Clara memperkenalkam dirinya.
"Ibu...? Ibu, Ibu dimana? Anissa nggak bisa melihat Ibu... mati lampu ya Bu..?" Tanya Anissa beharap ini hanyalah mati lampu.
"Anissa kamu nggak bisa liat apa-apa...? Ini aku Vano Nissa..." timpal Vano.
Mendengar suara Vano Anissa menengokkan kepalanya kearah sumber suara. "Vano...? Mati lampu ya...?" Tanya Anissa sembari tersenyum getir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anissa Almaera [COMPLETED]
Ficção GeralKalau menurutmu aku ini orang yang tersesat. Kenapa tak kau peluk dan sayangi aku, kemudian kau tunjukkan kebenaran itu. Kenapa kau malah membenciku, mengutuk, menghardik dan bahkan seakan memutuskan persaudaran denganku. Meskipun begitu rasa cinta...