Chapter 12

7K 469 10
                                    


🌷🌷🌷

Keesokan harinya, Anissa kembali kesekolah dan Anissa kembali mendiami Vano. Keputusannya dulu untuk tetap mempertahankan Vano sekarang goyah dan tak mungkin lagi Anissa untuk mempertahankan orang yang mencintainya dengan tulus itu.

Anissa memang sangat mencintai Vano bahkan sangat tapi rasa cinta dan sayangnya lebih besar untuk Bunda dan Kakaknya Hana. Anissa tidak mau dibenci untuk yang kesekian kalinya lagi oleh Bundanya, dan karena ini disaat-saat terakhir hidupnya. Anissa sudah tidak sanggup melihat kebencian yang ada dimata Bundanya dan kini harus ditambah dengan Kakaknya.

Kakak yang dulu sangat menyayanginya kini berubah menjadi sangat membencinya hanya karena seorang laki-laki.

Anissa rela, Anissa ikhlas untuk memberikan apapun yang ia punya pada Kakaknya asalkan satu, jangan benci dirinya.

Tes tes.

Kembali darah itu keluar dari hidung pucat Anissa. Menyadari itu, Anissa dengan sigap langsung mencari tisyu yang selalu ia bawa kemana-mana. Tapi ia tak menemukannya dimana-mana. Anissa semakin panik karena kini darahnys semakin banyak keluar dari hidungnya.

"Kamu cari ini...?"

Dan saat itulah matanya mengkap sebuah tangan yang tengah memegangi satu pack tisyu punya Anissa. Anissa mendongkakkan kepalanya menatap siapa yang telah mengambil tisyunya.

Dan saat itulah matanya bersirobek dengan mata hazel orang yang sangat mencintai dan menyayanginya.

"Vano...?"

Yah dia adalah Vano yang kini tengah berdiri didepan Anissa dengan wajah khawatirnya.

Tangan Vano terulur mengambil tisyu dari dalam packnya lalu dengan telatennya Vano mengelap dengan bersih darah yang keluar dari hidung pucat Anissa.

"Saya tahu ada yang kamu sembunyikan dari saya kan...?" Tanya Vano setelah berhasil menghapus darah dihidung Anissa.

Anissa diam saat mendengar pertanyaan Vano, ia duduk dikursi taman sekolah lalu pandangannya ia alihkan.

Vano memejamkan matanya lalu ia menghembuskan nafasnya perlahan dan setelah itu ia ikut duduk bersama Anissa.

"Anissa... jujur sama saya apa yang kamu sembunyikan dari saya...?" Tanya Vano lagi.

Anissa tetap diam dengan wajah datarnya, namun ada satu tetes air mata yang jatuh dari kelopak matanya.

"Anissa... bicara, jawab pertanyaan saya. Jika ia ada yang kamu sembunyikan tolong jawab tapi kalau tidak juga kamu harus jawab agar saya tidak bingung Anissa..." tanya Vano kekeuh.

Dan Anissa pun kekeuh dengan pendirianya untuk tetap diam dengan wajah datarnya.

Vano memegangi kedua tangan Anissa. "Anissa... jangan buat saya khawatir, tolong jawab kamu kenapa...?" Tanya Vano lagi lembut bakan sangat lembut.

Berhasil, Anissa merespon kata-kata Vano. Anissa melepaskan pegangam tangan Vano, lalu tangannya terulur untuk menghapus air matanya dan kemudian Anissa menatap Vano dalam, setelahnya ia menggeleng dan tersenyum. "Nggak ada..."

"Bener...?" Tanya Vano memastikan.

Anissa mengangguk. "Nanti pulang sekolah kamu futsal apa tidak...?" Tanya Anissa.

Vano menggeleng. "Tidak, memangnya kenapa...?" Tanya Vano balik.

Anissa tersenyum. "Kita main ke tama yang dulu yu..." pinta Anisss.

Vani tampak berfikir lalu mengangguk. "Boleh.."

Anissa tersenyum bahagai, melihat itu Vano pun ikut tersenyum bahagia. "Masuk kelas yu..." ajak Vano dan Anissa pun mengangguk mengiyakan.

Anissa Almaera [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang