Chapter 16

8.6K 525 15
                                    

Seperti biasa kalau habis baca wajib/kudu Vote sama Comment yups😉

🍃🍃🍃




"Ya Allah.. neng Anisss..." lirih Jum yang diam-diam mengikuti Anissa.

Betapa terkejutnya Jum saat masuk kedalam kamar Anissa mendapati siempunya kamar tergeletak dilantai dengan banyak darah yang keluar dari hidungnya.

Jum menghampiri tubuh Anissa, ia ambil kepala Anissa dan menyimpannya dipangkuan Jum.

"Neng.. neng Anissa sadar neng..." panggil Jum dengan berurai air mata dan menepuk-nepuk pipi Anissa berharap dengan ini ia akan sadar.

Merasa tak ada rspon "NYONYAAAA... neng ANISSA...." Jum memanggil Nadia dengan berteriak.

Nadia yang masih termenung menatap telapak tangannya yang terdapat noda darah Anissa. Langsung berdiri dari duduknya dan berlari ke arah tangga menuju lantai atas dimana kamar anaknya berada.

"Ya... Anissa..." ucap Nadia yang terkejut dengan keadaan Anissa.

Nadia mengambil alih Anissa dari dalam pangkuan Jum kedalam pangkuannya. Nadia menepuk-nepuk kedua pipi Anissa dan memanggil-manggil nama Anissa dengan isakan berharap Anissa akan sadar dan usahanya berhasil Anissa mengerjapkan matanya dan membuka matanya, langsung bersirobek dengan mata Nadia, Anissa tersenyum.

"Bundaa... Anissa sayang Bunda..." ucap Anissa dan langsung mendapatkan pelukan dari Nadia.

"Iya.. sayang iya.. Bunda.. tau.. maaf hiks maaf... kamu kenapa Anissa...?" ucap Nadia lirih karena menyesal dan masih dalam keadaan memeluk Anissa.

Saat pelukannya Nadia lepas mata Anissa tertutup kembali namun senyum masih tercetak jelas dibibirnya.

"Niss.. Anissa... bangun nak.." panggil Nadia pada Anissa, namun tak ada respon sama sekali dari Anissa membuat Nadia khawatir luar biasa.

"Nissa bangun kamu kenapa...?" Tanya Nadia lirih.

"Niss-" ucapan Nadia terhenti ketika ia melihat sebuah obat yang berada didalam tas Anissa. Nadia merangkak dengan Anissa yang masih ada dalam pangkuannya ia mengambil tas Anissa lalu mengambil obat tersebut.

Nadia melihat dan tahu betul obat apa yang kini tengah dipegangnya. Nafasnya memburu, air matanya tak bisa lagi ia bendung.

"Apa yang Bik Jum tahu soal ini..." tanya Nadia pada Jum.

Jum diam dan hanya menangis. "Apa Bik jawab..." desak Nadia tapi Jum sama sekali tak mau menjawab.

"Bibik sudah janji pada neng Anissa agar tidak memberitahukan ini semua pada nyonya..." jawab Jum.

Mendengar itu tangis Nadia semakin menjadi ia melihat lalu mencium wajah pucat dan penuh noda darah milik Anissa.

"Anissa... kenapa kamu... hiks" ucapnya menyesal dan bahkan sangat-sangat menyesal.

Hatinya tersayat mendapati keadaan anaknya kini yang sangat memprihatinkan.

"Cepat panggil ujang Bik..." ucap Nadia.

Jum langsung memanggil Ujang dan setelah ujang datang Nadia langsung menyuruh Ujang untuk menggendong Anissa.

"Ujang... gendong Anissa.. saya siapkan mobil dulu... cepat ujang..." perintah Nadia pada ujang dengan berurai air mata.

Anissa Almaera [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang