Empat - Si Bodoh Ivan

80.6K 4.6K 68
                                    

"Kalau gitu kamu temenin Kei melihat-lihat rumah kita gih,Van. Kasian Kei daritadi duduk disini ga kemana-mana."

Aku terdiam. Aku juga tidak mendengar si bodoh Ivan berkata apa-apa. Dasar om-om bodoh! Tunggu apa lagi? Cepat kau bilang tidak dan aku dengan senang hati tetap duduk di sofa ini.

"Nah Kei ikut Ivan saja. Nanti dia yang tunjukin kamu rumah ini," tante Dian tersenyum kepadaku.

Aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Kulihat mama memandangku dengan tidak sabar. Apa-apaan ini? Apa ini saatnya aku berhadapan dengan si om? Apa ini salah satu rencana mama?

Sadar telah terdiam terlalu lama, aku memaksakan sebuah senyum ke arah tante Dian, "Gak apa-apa, tan. Kei disini saja,lagipula kasian Ivan. Dia kan baru pulang,pasti capek."

Aku mencoba menolak dengan halus. Yang membuatku kesal setengah mati adalah si bodoh Ivan tidak membantuku sama sekali! Tidak ada suara yang dikeluarkannya bahkan aku ragu apa dia masih berdiri di belakang sana atau sudah pergi. Apa sih yang diingkannya?

"Gak apa-apa kok Kei," tante Dian lalu melihat kebelakangku. "Ivan,diajakin dong Kei nya!"

"Ayo," suara berat itu terdengar lagi.

cih, baru sekarang dia bicara. Dia ini laki-laki macam apa sih? Jujur saja aku memang ingin melihat rumah ini lebih jauh,tapi ditemani si om? Tidak,terimakasih. Aku melihat mama sekali lagi—dibalas dengan tatapan tidak sabar seperti sebelumnya.

Aku menghela nafas pelan sebelum akhirnya berdiri dan menoleh ke arah si bodoh Ivan. Oh aku sangat suka panggilan barunya ini.

Persiapkan dirimu melihat si bodoh Ivan,Kei! Kalau si om macam-macam,tendang saja!

Sekarang Kiara Savira sudah siap dengan apapun yang terjadi setelah ini.

»»»»»»»»»»

Satu hal yang perlu kalian tahu, Ivan ternyata bukan om-om! Begitu kagetnya aku saat pertama kali melihat dia. Sosoknya tinggi dan tegap,untunglah tinggiku 168 cm yang membuat perbedaan tinggi kita tidak terlalu jauh—aku setinggi dagunya—karena aku benci terlihat pendek. Wajahnya tampan dan ketika aku bilang tampan itu berarti dia benar-benar tampan.

Garis wajah yang terlihat jelas,matanya yang tajam,rambutnya yang mulai panjang dan sekarang berantakan,kulitnya yang kecoklatan,aku pastikan bisa membuat banyak wanita menjerit mengaguminya. Dan satu lagi oh astaga tangannya! tangannya tidak terlalu kurus tapi tidak terlalu besar,ototnya terlihat jelas dan jika kupandangi lebih lama bisa membuatku gila. Jangan kaget,aku termasuk tipe wanita yang mengagumi laki-laki lewat tangan mereka. Aneh? Hei setiap orang memiliki selera yang berbeda kan? Tapi jangan panggil aku Kiara Savira jika tidak bisa mengendalikan diriku sendiri.

Aku memang mengakui Ivan memiliki wajah tampan dan sosoknya yang bisa membuat kaum hawa histeris,tapi aku bukan wanita seperti itu.Aku sudah melihat banyak orang yang lebih tampan dan tangan yang lebih indah—dan aku bisa mengatasinya—jadi tidak ada alasan untukku terlihat bodoh dan menjerit dengan suara mengerikan. Aku lebih keren daripada itu.

Aku mengetahui bahwa si bodoh Ivan bukanlah om-om ketika aku melihat ia memakai seragam sekolah. Aku sangat tahu seragam itu,milik salah satu rival sekolah kami. Pantas saja aku merasa wajahnya terlihat familiar, mungkin kami pernah bertemu di salah satu pertandingan atau memang wajahnya yang terlalu pasaran.

"Yang ini kamar gue," Ivan menunjuk kamar yang ada di hadapan kami. Kamarnya terletak di pojok ruangan lantai dua. Sebelumnya kami telah mengelilingi seluruh ruangan di lantai satu dan jangan tanya aku bagaimana mewahnya ruang keluarga mereka, aku bisa mati karena iri.

"gue masuk dulu,lo tunggu disini," Ivan membuka pintu lalu menghilang dibaliknya dengan cepat,aku tidak bisa melihat isi kamarnya. Hah, lagipula aku juga tidak tertarik.

Aku berjalan mendekati aula besar yang disepanjang dindingnya terpajang begitu banyak piagam penghargaan dan foto-foto keluarga. Aku melihat satu-persatu foto dan piagam itu. Piagam Penghargaan sebagai Koki Terbaik Sepanjang Tahun 2010 dalam Chef On The Road.

Terbaik sepanjang tahun?! Oh-May-Gosh!

Chef On The Road adalah ajang kompetisi memasak yang diadakan di sepanjang jalan. Acara ini sangat terkenal, bahkan banyak orang yang menyayangkan ketika COTR harus berhenti di tahun 2012 kemarin. Kutebak bahwa piagam ini milik tante Dian,memangnya siapa lagi di rumah ini yang pintar memasak? Mungkin rumah ini memiliki chef pribadi,tapi tidak mungkin kan piagam chef itu dipajang disini? Ngomong-ngomong, aku jadi ingin mencoba masakan tante Dian.

Mataku beralih ke piagam disebelahnya Juara Satu Top Model 2012. Model? Siapa yang memenangkan ini? Ivan? tante Dian? ah tidak mungkin kan?

Adeeva Mysha Pratista, nama yang tertera di piagam tersebut. Namanya terdengar tidak asing di telingaku. Keningku berkerut sambil mencoba mengingat dimana aku pernah mendengar nama ini.

Aku ingat sekarang!

Adeeva Mysha Pratista atau yang biasa dipanggil mysha adalah seorang model muda yang memiliki kecantikan alami serta parasnya yang benar-benar memukau. Ia merupakan perempuan yang cerdas karena diusianya yang menginjak 20 tahun dia sudah menyelesaikan kuliahnya. Pribadinya juga terkenal ramah dan tidak sombong meski beredar gosip Ia memiliki kekayaan yang berlimpah. Terimakasih kepada Anne, sahabatku yang tergila-gila dengan ajang Top Model tersebut sehingga selalu mengikuti perkembangannya dan menceritakan padaku keesokan hari setelah dia mengetahui berita baru, meskipun aku bilang aku tidak tertarik.

Tapi, tunggu dulu. Kenapa Piagam milik Mysha ada disini? Foto berukuran besar dengan frame emas berkilauan seakan menjawab pertanyaan di benakku. Di dalam foto itu terdapat Om-yang-aku-tidak-tahu-nama-nya tapi pasti ia adalah suami tante Dian, tante Dian, Ivan dan Mysha. Kebaya yang ia kenakan sangat cantik. Menambah kecantikan yang sudah ada padanya sejak lahir. Ini tidak adil, bagaimana bisa ada orang sesempurna itu?

Sebentar...

Jika dalam sebuah foto ada seorang ayah,ibu, dan anak-anak mereka, berarti ini adalah foto keluarga. Yang mengartikan Mysha dan Ivan bersaudara, atau lebih tepatnya Mysha kakak Ivan.

Seorang Adeeva Mysha Pratista kakak Ivan?!

Aku mengamati wajah Ivan dan Mysha dan mencoba menemukan kemiripan di antara keduanya. Jika diperhatikan baik-baik, cara mereka tersenyum sama. Anyway, Anne bisa heboh banget kalau tahu sekarang aku berada di rumah seorang Adeeva Mysha. Mungkin sebaiknya aku tidak memberitahunya.

Aku kembali fokus untuk mengamati foto dan piagam di hadapanku. Favorite Book 1999, Liga Kompetisi Basket SMP, Juara satu Modelling 2007, Juara satu Beauty Contest 2006, dan masih begitu banyak piagam lainnya.

Keluarga ini benar-benar penuh kejutan.

Mataku tertuju pada sebuah foto berukuran 4R yang tidak terlalu mencolok. Itu Ivan. Mungkin umurnya sekitar 12-13 tahun. Dalam foto ia tersenyum senang sambil memegang piala dan bola basket berada di dekat kakinya, Ia masih menggunakan seragam basketnya. Kutebak foto ini diambil setelah memenangkan pertandingan. Dan koreksi, Ivan tidak tersenyum melainkan tertawa karena yang kulihat mulutnya terbuka lebar, mengukir sebuah tawa yang sempurna. Haruskah aku menjelaskan betapa tampan wajahnya?

"Lo ngapain?"

***

Halo! Jadi gue hari ini updatenya lebih cepet dan nulisnya lebih panjang(?)

Tapi yang bikin sedih adalah ga ada respond di chapter kemarin :( Jadi mau di lanjut gak nih ceritanyaa? Vote dan comment yaa, itu buat penulis jadi makin bersemangat buat nulis ceritanya :)

Ngomong-ngomong, covernya baru loh, menurut kalian gimana?

Ditunggu kritik dan sarannya!

xx dai

Highschool MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang