Dua Belas - Pertengkaran Rumah Tangga Pertama

92.9K 4.1K 141
                                    

Aku terlambat.

Oh tidak, tidak. Ini semua karena film hantu sialan yang membuat aku tetap terjaga semalaman. Secepat mungkin aku berlari menuju gerbang dua sekolahku. Biar kuperjelas, sekolah kami mempunyai dua pintu gerbang. Gerbang satu merupakan gerbang terluar,  jika kalian lolos dari gerbang ini sebelum bel masuk setidaknya kalian tidak perlu duduk menunggu satu jam pelajaran di bawah panas matahari sebelum pintu gerbang dibuka lagi dan diberi tambahan ceramah serta hukuman. Selanjutnya, ada gerbang kecil untuk memasuki lapangan sekolah yang biasa disebut gerbang dua. Saat bel masuk berbunyi, dua guru akan berdiri di gerbang dua untuk mencegat kalian agar tidak memasuki kelas. Kalian akan dikumpulkan lalu berbaris menulis nama, kelas, alasan terlambat, dan jumlah total keterlambatan selama satu tahun ajaran sambil diberi petuah yang (tidak) singkat.

Tiba-tiba tubuhku terhuyung kesamping, ketika sepertinya tubuhku menabrak sesuatu. Sebuah tangan menangkap tanganku sedetik sebelum aku jatuh ke lantai. Hampir saja.

“Maaf ya, maaf banget, gue gak liat,” kata seseorang dihadapanku. Aku yang masih terlalu pusing setelah hampir terjatuh hanya bisa diam dan mengangguk pelan menandakan aku tidak apa-apa. Aku bahkan tidak sempat melihat orang yang menabrakku, yang ada dipikiranku hanyalah bagaimana caranya agar aku tidak terlambat. Aku berjongkok untuk mengambil mapku yang jatuh lalu kembali bergegas ke gerbang dua.

Sisi buruknya? Dua guru sudah berjaga di samping pintu, dan aku tahu aku tidak bisa melakukan apa-apa lagi.

»»»»»»»»»»

Aku hanya mendelik kesal ketika Anne terkikik pelan setelah aku menceritakan keterlambatanku pagi ini.

“Akhirnya, lo terlambat juga,” kata Anne masih tersenyum megejekku.

“Oh, diamlah. Gue pastikan ini yang pertama dan terakhir.”

Anne hanya mengangguk mengiyakan seolah tak mempercaya kata-kataku. Aku memang tidak banyak melanggar peraturan sekolah, bisa dibilang aku seorang anak baik-baik di hadapan guru sekolah. Aku selalu menceramahi Anne ketika dia terlambat, bahwa dia seharusnya lebih mendengarkan jam alarmnya dan bagaimana dia tidak boleh terlalu lama menghabiskan waktu di kamar mandi. Maka dari itu, ketika ia tahu sekarang akulah yang terlambat, Anne langsung tertawa mengejekku. Aku yakin dia masih akan membahas hal ini hingga waktu yang lama.

“Bentar ya Ne, gue beli minum dulu,” aku berdiri dari tempat dudukku dan pergi ke tempat bu Igun. Untunglah, sekarang tidak terlalu ramai jadi aku tidak perlu mengantri. “Bu, Milonya satu yang dingin dong.”

“Walah, sudah habis teh Kei! Ini yang terakhir sudah diambil sama kangmasnya,” jawab bu Igun sembari menunjuk laki laki yang membelakangiku. Oh kakak kelas, batinku saat melihat badge kelas di lengannya.

“Yasudah, Kei ambil aqua dingin aja ya bu. Ini uangnya,” Aku mengambil satu aqua dari lemari pendingin lalu menaruh selembar uang lima ribu di kaleng.

“Iyo sip sip, angsulnya berapa teh?” tanya bu Igun yang sudah selesai membuat milo dan memberikannya ke kakak kelas di hadapanku.

“Seribu bu, nanti Kei ambilnya pas istirahat lagi aja,” kataku lalu berbalik setelah mengucapkan terimakasih.

“Hei,” aku menoleh saat mendengar seseorang memanggilku.Setelah kulihat, ternyata dia adalah kakak kelas yang tadi.

“Nng.. Hai,” jawabku ragu-ragu. Aku merasa tidak pernah mengenal orang ini, jadi kenapa tiba-tiba menyapaku? Oh atau jangan-jangan dia menyapa orang lain? Aku menoleh kebelakang memastikan bahwa dia memang berbicara padaku.

Tawa pelan meluncur dari mulutnya dan membuat aku menatapnya dengan pandangan aneh. Ada apa dengan semua orang yang menertawaiku hari ini?

Highschool MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang