Bau alkohol sangat tercium saat June memasuki kamar Hanbin. Dia bahkan sampai menutup hidungnya saking membenci bau itu.
Dia menghela nafas ketika melihat botol minuman tergeletak begitu saja di lantai sedangkan Hanbin tertidur diatas sofaz
"Bin, mama tau bisa habis lo"
Hanbin tidak menjawab, cowok itu masih asik berjalan jalan di dunia mimpi.
"Telalu kacau untuk gue umpetin dari mama." June menghela nafas dan mulai memunguti satu satu botol yang ada di lantai entah berapa banyak yang diminum Hanbin.
"Kenapa sih lo gini? kayak sengaja banget nyari masalah sama mama. Harusnya lo berbuat yang baik kalo mau nyari perhatian mama, biar mama bangga sama Lo"
"Mama emang nggak pernah nganggep gue. kalau dia nggak suka gue kayak gini harusnya dulu dia nggak biarin gue dirawat sama pembantu. Harusnya dia yang nyempatin waktunya buat gue."
June menoleh, dia melihat Hanbin yang masih sedikit sempoyongan berpindah keatas tempat tidur.
"Nggak ada orang tua yang mau punya anak brandalan kek elo" jawab June sinis.
Hanbin berdecih, "Semua ada alasannya. Lo pinter karna lo belajar. Orang tua kita nikah karna mereka sama sama naruh hati satu sama lain. Dan apa menurut lo gue kayak gini tanpa alasan?"
June hanya diam, saking menghayati perkatan Hanbin membuat June melupakan bau khas alkohol yang sangat menyeruak penciumannya.
"Menurut lo apa ada anak yang nggak pengen kasih sayang orang tua? Menurut lo apa ada anak yang suka di benci sama orang tuanya sediri?"
"Mereka bukan benci lo. Mama bahkan sayang banget sama lo"
"Kalo dia sayang gue setidaknya 1 jam dari 24 jamnya itu untuk gue. Jangankan cuma 1 jam gue bahkan hampir nggk pernah liat mama di rumah"
Hanbin bangkit dan menarik kerah baju June membuat botol yang ada di genggaman cowok itu terlepas dan pecah karena terkena lantai.
Hanbin melayangkan bogeman ke arah pipi kanan June membuat cowok itu sedikit terhuyung dan kalau saja Hanbin tidak menggenggam kerah bajunya mungkin June akan jatuh diatas pecahan botol.
"Lo. gatau. apa. apa. mending. lo. diem. aja" katanya dengan menekankan setiap katanya.
Baru saja June ingin melawan tapi teriakan cempreng membuat Hanbin lebih dulu menjauh dan berdecak kesal.
"JUNE!!"
Yap itu adalah mamanya, dia menghampiri June dan melihat sudut bibir June yang sedikit membiru.
Hanbin hanya memberi pukulan kecil karena tenaganya masih sedikit.
Hanbin berjalan mundur dan tidak sengaja kakinya menginjak pecahan beling. Sangat sakit namun tidak sebanding dengan rasa sakit yang dialaminya selama ini.
"HANBIN!!! MAMA UDAH SABAR YA NGADEPIN KAMU!! DIMANA LAGI HA KAMU MAU NYARI MASALAH?MAMA CAPEK PUNYA ANAK KAYAK KAMU KERJAANYA BUAT MASALAH TERUS"
Hanbin hanya diam, dia berusaha tidak memperdulikan omongan mamanya namun hatinya berkata lain. Setiap kalimat, setiap kata bahkan setiap huruf menancap dihatinya membuat sebuah bekas yang dalam yang sukar dihilanhkan.
Melihat Hanbin memalingkan wajahnya mamanya memilih menarik June keluar berniat mengobati anaknya itu.
Hanbin diam beberapa detik dia tidak berani melihat ketika mamanya pergi. Beberapa detik setelah mamanya benar benar menghilang Hanbin baru berani menatap tempat di mana mamanya berdiri tadi.
Hanbin terduduk, dia memeriksa seberapa dalam pecahan beling menusuk kakinya.
Lantai yang semula putih mulai ternodai darah.
"Gue berharap gue itu tuli."
[TBC]
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] An Angel || Hanlis || End.
Short StoryGadis misterius berparas cantik seperti bidadari menarik perhatian Hanbin ditambah mereka pertama kali bertemu di tempat yang indah. Perlahan tapi pasti gadis itu adalah sumber kebahagiaan Hanbin. [142 in short story]