Mata Hanbin memicing, menatap tumpukan kardus di depannya dengan penuh tanya.
Dia baru saja pulang dari danau dan mendapati ada tumpukan kardus di ruang tamu.
Hanbin ingin sekali membuka kardus itu namun dia mengurungkan niatnya saat melihat kardusnya sudah tersegel.
Dia berjalan kearah kamarnya. Ketika membuka pintu kamarnya Hanbin menghela nafas panjang. Baru masuk saja dia sudah melihat barang barangnya hilang dan dia yakin kardus di bawah itu adalah barang barangnya.
Dengan langkah gusar Hanbin berjalan kearah kamar Junhoe yang cukup jauh dari kamarnya. Tanpa ketukan atau salam Hanbin membuka kamar cowok itu dengan sedikit keras membuat June yang ada di dalam sedikit tersentak.
"tumben masuk kamar gue, mana tanpa ngetok lagi kalo gue lagi nggak pake apa apa gimana? cabul juga lo ya"
Hanbin berdecak, protesan June hanya angin lalu baginya. "Barang barang gue kenapa di masukin kardus semua?"
June yang sedang berkutat dengan laptopnya lebih memilih menutup benda pipih itu dan berbicara dengan Hanbin.
Ini peristiwa langka Hanbin ingin berbicara dengannya.
"Kepulangan lo sama gue di percepat, mama sama papa ada urusan kerja ke luar negri jadi kita harus balik"
"Kenapa gue nggak di kasi tau?" tanya hanbin dengan nada tajamnya.
"Lo, Hanbin yang hobinya clubbing nggak mungkin nolak buat ninggalin desa ini dan balik lagi ke rutinitas clubbing lo. Mau lo tau atau nggk gak masalah, bukannya lo seneng bisa balik lagi ke habitat lo yang lama?"
Hanbin hanya menatap June, dia mengerjap beberapa kali. Memang benar dia tau atau tidak itu bukan masalah karna setiap titah mamanya harus diikuti.
Tapi hatinya merasa gelisah. Perasaan sesak dan sakit menghiasi hatinya.
Hanbin memilih pergi dari kamar June dan kembali ke kamarnya. Hari ini dia malas berdebat dengan kakak tirinya itu lebih baik dia memikirkan bagaimana cara dia menjelaskan semuanya ini pada Lisa.
Lisa, gadis berparas cantik yang bisa mencuri hatinya. Gadis yang entah sejak kapan akan mampir di mimpinya dan gadis yang paling ingin dia temui.
Intinya Hanbin tidak ingin berpisah dengan Lisa.
***
Celana jeans hitam, baju kaos putih diisi kemeja ditambah headphone yang bertengger di lehernya membuat Hanbin terlihat 100x lebih tampan. Bahkan sekarangpun Lisa tak berkedip menatap cowok itu.
"Tumben rapi," ucap Lisa mencoba memulai percakapan.
"Can I hug you?"
Lisa sedikit tersentak ketika mendengar perkataan Hanbin. Dia menoleh dan terbengong begitu saja melihat Hanbin yang menatapnya penuh arti.
"Aku nggak ngerti, apaan?"
"Can I hug you for the first time before i go back? I will miss you Lisa"
Lisa mengerjap perlahan seketika otaknya menjadi lola dan tidak mengerti apa yang Hanbin katakan.
Tak bisa menunggu jawaban dari Lisa, hanbin dengan cepat menarik tangan Lisa membuat tubuh gadis yang sedang berdiri itu sedikit terhuyung dan berakhir di dalam pelukannya.
Lisa membelakan mata kaget, dia benar benar tidak bisa bergerak. Tangan Hanbin yang memeluknya erat membuat dirinya tidak bisa berkutik. ditambah lagi karena jantungnya yang berdetak sangat sangat cepat.
"Gue udah nggak akn tinggal disini lagi Lisa,"
Jawaban itu membuat Lisa yang awalnya diam seperti patung sekarang tidak kuasa menahan berat badannya karena kakinya yang gemetar.
"Gue nggak bisa ninggalin lo, tapi gue harus pergi"
Lidah Lisa seakan kelu dan tak bertenaga. Bibirnya tidak bisa mengucapkan kalimat bahkan kata atau hanya sekedar mengucapkan huruf.
"bukannya minggu depan?" Hanya tiga kata itu yang terucap, salahkan pada hatinya yang tiba tiba merasa sesak.
"Mama, semuanya mama yang atur"
lisa hanya diam tidak tau harus menjawab apa, sekarang tubuhnya lebih rilex dan masih ada dalam dekapan Hanbin. Entah berapa lama mereka seperti itu tapi Lisa menikmati betapa hangatnya tubuh cowok itu.
Tangannya yang terjatuh begitu saja di sebelah tubuhnya kini terangkat, berniat ingin memeluk Hanbin balik.
Butuh keberanian untuk itu. Lisa menepuk nepuk punggung Hanbin berapa kali lalu melepaskan pelukannya. Lisa menatap Hanbin tepat pada bola mata Hanbin.
"It's okay, go!" ucap Lisa sambil tersenyum manis, bagaimanapun dia tau Hanbin sangat tidak suka tinggal di sini.
"Lo gimana?"
Lisa tersenyum, dia mengambil kedua tangan hanbin dan mendekapnya erat. "weekend kamu bisa kesini kok, aku selalu ada disini. Balik gih kesana, berubah jadi Hanbin yang jauh lebih baik."
Hanbin menghela nafas berat, dia mengambil buku yang ada dia bawa tadi kepada Lisa, "Bawa, kalo lo sedih atau seneng tulis disini kalo kita ketemu lagi gue bakalan baca dan gue yakin ini bisa ngobatin kangen lo ke gue"
Lisa terkekeh, "aku nggak kangen kamu"
"Tapi gue selalu kangen lo, setiap detik. Gue sayang sama lo"
Lisa tersenyum simpul, dia harus bagaia bukan saat Hanbin bahagia. "aku tunggu Hanbin yang lebih baik"
[TBC]
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] An Angel || Hanlis || End.
Short StoryGadis misterius berparas cantik seperti bidadari menarik perhatian Hanbin ditambah mereka pertama kali bertemu di tempat yang indah. Perlahan tapi pasti gadis itu adalah sumber kebahagiaan Hanbin. [142 in short story]