Sepasang mata itu tampak sayu, matanya menelusuri setiap bagian dari rumah ini. Rumah bernuansa elegan dengan warna dominan putih atau emas pada barang barangnya.
Hanbin, cowok itu masih berdiri di depan pintu masuk rumahnya. Dia menyentuh bagian dadanya dan merasakan sesuatu yang sesak di dalam sana.
"Hanbin!"
Hanbin tak menjawab, dia melangkah masuk dan menghampiri June. "gue ngantuk, ngomongnya besok aja"
Hanbin seakan tuli saat June meneriaki naanya dan mengucapkan beberapa sumpah serapahnya. Hanbin tidak menganggap itu berarti, lagi pula orang tuanya tidak sedang ada di rumah, mereka ada kegiatan yang mendesak.
Hanbin mambuka pintu kamarnya dan menutupnya dengan cara sedikit dihentakan. Dia tidak peduli apabila June atau salah satu pelayannya di rumah ini mengadu pada kedua orang tuanya, Siapa yang peduli.
Sedangkan dibawah June hanya bisa mengelus dada dan ikut menyusul Hanbin, masuk ke kamar cowok itu.
"gue mau ngomong penting sama lo," Ucap June tegas walaupun dia melihat Hanbin mulai memejamkan matanya.
"Nggak bisa liat gue mau tidur? atau lo nggak punya mata?"
June menghela nafas, dia sering membaca di internet bagaimana sifat anak bungsu meskipun mereka bukan saudara kandung. Menurut yang dia baca, salah satu sifat anak bungsu itu adalah suka ngambek, ya 11 12 sama hanbin sekarang.
"Lo kenapa? sensian banget? biasanya nggak pernah diem dirumah dan sekarang gue ngeliat lo tidur disini. what's wrong with you Hanbin?"
Hanbin membuka matanya dan menatap June tajam, "lo tuli, atau gimana? gue bilang keluar" Ucap Hanbin datar, kali ini dia sedang tidak mood untuk bercanda.
"nggak sebelum lo ngasi tau gue lo kenapa,"
Hanbin menggeleng acuh, dia menunjuk kearah belakang June, "pintu keluar disana dan satu lagi, stop ngurusin gue junhoe"
June melipat kedua tangannya di depan dadanya, menatap Hanbin datar. "lo adek gue, salah gue ngejaga adik gue sendiri?"
Hanbin tertawa renyah, dia berubah posisi menjadi terduduk diatas tempat tidurnya. "oh ya? adek? mama papa nggak ada dirumah bang, stop pura pura seakan lo care sama gue cukup lo akting kayak gitu di depan mama papa, gue nggak butuh perhatian palsu lo"
June menghela nafas, "Gue gatau apa yang ngebuat lo kayak gini tapi, nggak semua perhatian yang orang orang kasi ke lo itu palsu. Coba lo liat baik baik yang mana palsu sama asli, gue tau lo nggak sebodoh itu Hanbin. Jangan karena lo pernah ngerasa kecewa sama mama atau masa lalu lo yang gue gak tau, lo ngera semua cinta dan perhatian itu palsu."
Hanbin tertawa renyah, "Cewek gue pura pura perhatian tapi ternyata itu cuma buat dia nggk malu di depan mantannya yang udah jadian. Mama selama ini perhatian sama gue karna hanya sekedar gue itu anak kandungnya. Gue gatau motif lo apa tapi gue harap kita bisa lanjutin hidup kita masing masing tanpa perlu saling peduli"
Hanbin bangkit dan meraih kunci motornya yang ada di meja nakas lalu menatap June tepat pada kedua manik manik matanya. "Jalanin hidup lo sendiri, anggep aja gue udah gak ada atau mungkin anggep gue nggak pernah ada "Setelah itu hanbin pergi dari hadapan June.
June terduduk di atas tempat tidur Hanbin setelah dia pergi. June menatap kamar adik tirinya itu dengan seksama. Hanbin tidaklah jahat, dia tau hanbin tidak bermaksud menghinanya. Bagaimanapun dia juga pernah merasakan bagaimana kehilangan mamanya.
Meskipun begitu June yakin apa yang dia rasakan tidak sebanding dengan apa yang hanbin sarasakan selama ini. Dia bersyukur setidaknya ayahnya masih memberikan perhatian yang cukup baginya walaupun dia telah kehilangan sosok ibu.
Hanbin, cowok itu hanya mendapat didikan dari para pekerja rumah tangga di rumahnya tanpa ada kasih sayang dari seorang ayah atau kehangatan dari seorang ibu.
June yakin, suatu saat Hanbin pasti akan berubah menjadi baik. Dan percayalah dia akan menjadi orang pertama yang mendukung cowok itu apapun alasannya.
Karna sekarang dia benar benar menyayangi adik tirinya itu.
[TBC]
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] An Angel || Hanlis || End.
Short StoryGadis misterius berparas cantik seperti bidadari menarik perhatian Hanbin ditambah mereka pertama kali bertemu di tempat yang indah. Perlahan tapi pasti gadis itu adalah sumber kebahagiaan Hanbin. [142 in short story]