Part 25

1.9K 228 6
                                    

"Apa ini?"

"Hak asuh Lisa"

Dokumen tipis itu dilempar. "Dia anakku"

Dara mendengus, "Anak? membiarkan gadis kecil itu kesakitan sendiri di tengah malam? dan kamu menyebut dia anak?"

"Dia masih anakku" Jawab wanita itu masih bersikukuh.

"Tidak mengenalkannya pada keluarga besar, meninggalkannya di rumah sakit kecil dengan perawatan minim itu. Kau tau Lisa tidak baik baik saja! Dia butuh pengobatan."

"Bukankah dia sudah dirawat dirumah sakit?"

"Urus saja Jisa, tanda tangani dokumen ini dan Lisa akan bahagia." Jawab dara dengan kasar. Tidak perduli dia sedang berbicara dengan kakaknya.

"Aku tidak tau apa yang membuat saudaraku ini tertarik dengan gadis penyakitan itu." Ucap wanita itu heran.

"Aku tidak perduli, yang jelas Lisa akan tinggal bersama ku dan mendapat perawatan yang bagus." Dara keluar dari ruangan kerja itu dengan menutup pintu sangat keras.

Emosinya memuncak, dia tidak bisa tinggal diam lagi melihat Lisa seperti ini

***

Jinan yang baru saja terlelap itu terpaksa bangun. Dia mengutuk orang yang menelponnya di tengah malam seperti ini. Dengan malas dia mengangkatnya dan sedetik kemudian cowok itu langsung bangkit dan menelpon bobby.

"Bob, tempat balapan sekarang! gak pake lama"

Tidak sampai 10 menit, Bobby dan Jinan sudah ada di tempat tujuan. Mereka berdua hanya bisa menghela nafas, dan mengelus dada berusaha sabar.

"Dia udah balapan kayak gitu untuk ke 8 kalinya. Hanbin yang gue kenal nggak akan mau balapan lebih dari 3 kali."

Jinan menunduk lesu. "Berentiin gih bob! ada masalah apa lagi tu anak!"

Bobby yang mengerti hanya mengangguk. Dia berdiri di pinggir arena, menunggu Hanbin mencapai finis dan menarik -menyeret- Hanbin pulang.

Setelah melihat mobil Hanbin berhenti bobby langsung berdiri di depan mobil hanbin. Berlagak seperti menghadang mobil itu lewat meskipun dia tau itu sangat bahaya apalagi Hanbin sedang tidak baik baik saja.

"Keluar, masalah di selesaiin bukan lo nyari pelampiasan amarah." ucap bobby dingin yang berhasil membuat Hanbin keluar.

"Ngapain disini bocah?" Tanya Hanbin yang membuat bobby terkekeh.

"Lo juga bocah bego!" Bobby langsung melompat menjepit kepala Hanbin di tangannya sambil menyeret cowok itu ke tempat Jinan.

"Cerita lah, apa rumah gue nggak kayak istana lagi sampe sampe lo nggk betah lagi?" Jinan jadi mengingat Hanbin yang pernah berkata bahwa dia suka ke rumah Jinan karena rumahn cowok itu seperti istana tidak seperti rumah Hanbin yang seperti penjara-menurut hanbin-

"Istana lo kekunci, gue ngerasa nggak pantes aja."

"Lisa lo masih kejebak di atas menara. Cepet rubah diri lo untuk nyelametin dia."

Bobby terkekeh, "Sabar nan berubah itu perlu waktu. Dia bukan superhero yang bisa berubah dalam beberapa detik."

"Orang tua gue baru balik tadi sore, dia ngajak rekan bisnisnya dan mereka, ah nggak lebih tepatnya mama ngerendahin gue. Perusahaan almarhum ayah udah diambil alih sama mama, tapi mama bilang gue nggak becus dan bakal ngasi ke June aja."

"Jadi cuma karna perusahaan?" Tanya Jinan berusaha mempersingkat segalanya.

Hanbin berjongkok dan menyender pada tembok di belakangnya. "Bukan masalah itu Nan, lo tau gue nggak suka begituan!"

"Terus apa?"

"Kalo itu perusahaan punya papanya June mah gue kagak perduli, tapi inu punya ayah gue. Gue protes, gak terima lah ya. Dan mama nyuruh gue sekolah di luar biar pantes buat mimpiin perusahaan ayah."

"Tapi ide mama lo nggak buruk. Lo bisa ngejaga peninggalan ayah lo dengan cara itu."

Bobby menghela nafas, dia mengangguk lemah pendapatnya dan Jinan tentu saja beda. "Gue tebak lo nggak akan nerima tawaran itu. BINGO kan?"

"Kenapa nggak mau? lo nggak akan nyesel?"

"Gue jadi kangen Lisa kan..." Lirih Hanbin tanpa menghiraukan pertanyaan Jinan.

"Kayaknya tiap hari lu kangen Lisa" Ucap bobby diakhiri dengan kekehan dan tendangan kecil pada kaki Hanbin membuat cowok itu hampir terjaruh karena tidak seimbang saat jongkok.

"Saking anying! kan gak ketemu ya kangen lah!"

Jinan berdehem, dengan kalemnya dia menatap Hanbin dan bobby. "Adek sepupu gue mau tinggal di rumah gue, gue gatau gimana tapi mama bilang hak asuhnya bakalan ada di mama. Adek gue cewek loh,"

"Sory nggak minat!" Tolak Bobby

"Lisa is everything." Tolak Hanbin.

"Gue gatau namanya siapa, gimana mukanya tapi kata mama gue harus jagain dia. Yah di mata mama dia cewek spesial"

Hanbin menggeleng, "Mau secantik malaikat kek mau gimana juga gue tetep suka Lisa."

"Ya siapa tau aja kalian minat gitu, kan kita bisa jadi saudara ipar." Jawab Jinana sambil terkekeh.

[TBC]

[3] An Angel || Hanlis || End.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang