Seisi kelas itu terbengong, bahkan guru yang mengajarpun ikut terbengong.
"Hanbin?" Guru itu mendekat ke arah meja Hanbin yang ada di belakang.
Hanbin mengangkat dagunya dan menatap semua teman temannya tak mengerti. Dia melihat ke arah Jinan
-yang juga melihat ke arahnya- bertanya pada cowok itu kenapa dirinya di lihat seperti itu.Jinan hanya menujuk Hanbin balik, membuat cowok itu mengernyit bingung.
"Hanbin kamu belajar?"
Hanbin mengangguk mengerti, pasti semuanya heran dengannya. dia menyengir lebar, "hehe iya sir, saya mau tobat"
"Bagus. Saya tunggu hasilnya"
***
"Anjirlah lo tobat beneran gue kira cuma ngebacot doang"
Hanbin mengangguk ganteng, menanggapi omongan bobby. "Demi Lisa."
Jinan mendekat, "Lisa? namanya Lisa?"
Hanbin hanya mengangguk, maklum dia lagi nyalin pr buat entar. "Kenapa?"
"Namanya familiar di telinga gue,"
Bobby memukul lengan Jinan. "banyak njing yang namanya Lisa di dunia ini"
"Iya sii banyak"
"Kalian nggak mau tobat? gue udah aja tobat."
Jinan menggeleng, "gue itu pinter bin, tanpa belajar gue udah masuk 5 besar di kelas. Mending lo nanya aja sama gitong dia kan otaknya 11 12 sama udang"
Bobby meringis, kalo udah ngomongin isi otak pasti dia selalu paling belakang. "Gue tuh pinter cuma kurang belajar aja!" ucapnya berusaha mengelak
"Nggak capek bob di rendahin terus sama papa lo? entar bisa bisa lo nggk dijadiin penerus perusahaan dia." tanya Jinan.
Bobby melongos, "lo tau gue nggak suka begituan. Duduk di depan komputer terus tinggal nyuruh nyuruh orang. cuih"
"Makanya balajar bob, kalo bukan lo siapa lagi yang nerusin perusahaan keluarga lo?" Kini Hanbin semakin bijak, mungkin karna faktor sering bersama Lisa.
Bobby kembali meringis, menghela nafas pelan lalu mengangguk. "Caranya gimana? sory ya kalo selama ini gue yang selalu ngajakin kalian ke club"
Hanbin tersenyum, "ke club boleh lah, gue juga pasti susah kalo nggak pergi ke situ hehe"
"Yeu sama aja lo nggak tobat asu!!"
Jinan merogoh kantongnya dan mengeluarkan ponsel. "gue ada guru privat kalo mau kita belajarnya bareng."
"Nan, lo ngajakin gue atau Hanbin?" Tanya Bobby serius
"Ya kita berdua lah bego!" Jawab Hanbin ketus
"Yakin ngajakin gue? ntr yang ada kalian ke ganggu karna gue nggak niat belajar."
"Kita temen bukan si? ya kalo mau sukses mah bareng bareng"
Jinan mengangguk, "Kalo Hanbin tobat lo juga tobat gue kan seneng kalo punya temen mantan baik baik"
***
Hanbin melempar tasnya keatas sofa ruang tamu. Udara di luar sangat panas, ingin rasanya Hanbin langsung masuk ke kolam renang di rumahnya untuk mendinginkan badannya.
"Dari mana lo?"
Suara serak itu membuat moodnya semakin turun drastis. Hanbin mendengus kesal tidak menghiraukan tatapan tajam dari June.
"Kemaren nggak pulang, dua hari yang lalu nggak pulang. Lo kemana?" Tanya June berusaha sabar.
Hanbin berdecak kesal, namun dia tetap tak berniat menoleh ke arah June. "Gue dah bilang kan. Lo anggep aja gue nggak pernah ada dan gue juga gitu anggep lo nggak pernah ada. Beres"
"lo gak tau terima kasih ya udah di perhatiin! kalo kayak gini siapa yang mau perhatian sama lo? cih gak ada yang sudi"
Kali ini Hanbin menoleh, ekspresinya mengkeruh. Dia bangkit lalu dengan cepat menarik kerah baju June. Menatap cowok itu dengan tajam. "Apa maksud lo ha?!? Gue nggak butuh perhatian ya!"
Beberapa detik kemudian pelayan pelayan di rumah mereka berkumpul. Mereka hanya bisa melihat dan tidak berani melerai. Hal seperti ini sudah biasa terjadi dan hanya bisa berhenti sampai salah satu mengalah atau setelah mereka memberi masing masing bogeman keras..
"Gue ngomong sesuai fakta. Lo kayak gini, brandalann, jadi anak malem semuanya gara gara kurang perhatian kan? nggak usah sok sok an bersikap seolah lo emang nggak butuh perhatian."
Satu tangan Hanbin terkepal, sudah bersiap menghantam kakak tirinya itu. Namun sedetik kemudian Bobby dan Jinan datang melerai mereka.
"WOY WOY BRO SELO SELO JANGAN NGEGAS ENTAR REMNYA BLONG" Teriak bobby yang semakin memperkeruh suasana.
"Hanbin lo bukan anak kecil lagi yang suka berantem sama kakaknya." Ucap Jinan datar membuat Hanbin melepaskan kerah baju June. Dia menoleh ke sekeliling, menatap seisi rumahnya yang sedang menonton dirinya dan June.
Hanbin diam benerapa saat lalu berbalik, mengambil kembali tasnya dan melenggang naik ke kamarnya.
"Kayaknya tadi tu anak baru aja bilang mau tobat eh tadi malah mau nambah dosa! padahal mah dosanya yang lalu lalu lalu juga belom ilang." Cibir Bobby seraya mereka berdua mengikuti Hanbin naik ke kamarnya.
Alis June terangkat, dia tidak tuli untuk mendengar apa yang di ucapkan oleh bobby tadi. "Alah tobat apaan!"
[TBC]
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] An Angel || Hanlis || End.
Historia CortaGadis misterius berparas cantik seperti bidadari menarik perhatian Hanbin ditambah mereka pertama kali bertemu di tempat yang indah. Perlahan tapi pasti gadis itu adalah sumber kebahagiaan Hanbin. [142 in short story]