Part 11

2.9K 295 4
                                    

Hanbin berguling guling, perkataan Lisa sore tadi sukses membuat jantungnya tidak berhenti berdetak dengan cepat, rasanya seperti dia sedang terbang. Dia yakin lama lama dekat dengan Lisa dia akan menjadi tidak waras.

"Lisa, kayaknya gue mulai jatuh cinta sama lo."

Hanbin bangkit, diotaknya kembali terputar kejadian tadi membuat dia mentup wajahnya dengan bantal karena saking malunya. Hatinya kembali menghangat dan berdetak lebih cepat.

Benar benar seperti perempuan.....

Hanbin tersentak saat dia ingat kalau lagi lagi dia lupa bertanya dimana rumah Lisa. Hanbin menoyor kepalanya sendiri. Dia merebahkan diri, seketika rasa sakit dikakinya digantikan kebahagiaan yang berlipat lipat.

****

Hanbin tersenyum memandang Lisa, sedangkan gadis itu sibuk membaca deretan judul judul lagu yang Hanbin sukai. Tatapan Lisa fokus pada ponsel Hanbin di tangannya dan sesekali bertanya.

"aku nggak suka musik"

Hanbin sedikit tersentak saat lisa tiba tiba melihat kearahnya, "kenapa? kalo gue lagi marah gue suka denger lagu itung itung ngebuang emosi"

Lisa menyodorkan kembali ponsel Hanbin yang ada ditangannya. Gadis itu menatap lurus kearah matahari yang akan terbenam. "puisi lebih bagus. Aku suka itu. Kata katanya mutiara dan memiliki arti yang dalam"

Hanbin memiringkan kepalanya dan menatap Lisa datar, sedetik kemudia dia melepas earphone sebelah kanannya dan memasang ke telinga kiri Lisa. "coba denger lagu ini, bagus"

Lisa menoleh dan sedikit tersentak ketika sadar jarak wajah mereka sangat dekat. Mereka bertatap tatapan selama beberapa detik dan Lisa lebih dulu memalingkan wajahnya.

Dengan gugup Lisa bertanya, "Kamu udah belajar?" baiklah sepertinya dia sangat malu dengan jarak yang begitu dekat dengan Hanbin.

Hanbin menghela nafas panjang dan menark nafas panjang, "buat apa?"

Lisa berdecak dan melepas earphonenya dia bangkit dan ingin pergi namun tangannya ditahan Hanbin. Lebih tepatnya jari cowok itu menggenggam jemarinya.

Lisa sedikit berbalik, "apa? aku harus pulang"

"gue belum tau rumah lo"

Lisa menyunggingkan senyuman dan menggeleng. "kamu gak perlu tau"

Hanbin menghela nafas, dia menarik tangannya agar gadis itu bisa pergi namun Lisa malah balik menggenggam tangan Hanbin sambil menatapnya lembut.

"Berubah dulu jadi Hanbin yang baik baru deh aku kasi tau rumah aku dimana"

Hanbin mengulum bibirnya sedikit menimang nimang karna dia tidak yakin bisa berubah. namun perlahan dia mengangguk, "iya, janji deh"

Lisa tersenyum lembut dan berbalik pergi meninggalkan Hanbin yang teridam, sedetik kemudian dari earphone yang terpasang di telinga kirinya terdengar lagu Let's not fall in love - big bang.

Hanbin mendesah berat lalu melankahkan kaki meninggalkan danau yang kian menggelap.

****

Hanbin menopang pipinya, kakinya disilangkan diatas kursi dan matanya fokus kearah dua cowok yang wajahnya sangat memenuhi layar laptopnya. "udah belum sih"

Cowok bergigi kelinci mengangkat kepalanya dan menyodorkan hapenya membuat Hanbin samar samar membaca tulisan yang terihat. "melatih otak dengan bermain rubik"

Hanbin mengibaskan tangannya, "susah"

"Melukis dan membuat cerita atau puisi"

Hanbin berdecak, "itu lebih susah bego!'

"Baca buku"

"Gue sukanya yang bergambar," ucap Hanbin asal dan memakan pisang goreng yang ada disebelahnya. Sekarang dia sedang terduduk di meja makan dengan santai karena papa, mama dan June tidak ada di rumah.

"Lo kira komik! ya kalo berjuang emang susah!!! semangat dong, dapetin cewek nggak semudah lo nonjok orang " Ucap Cowok dengan rahang tajam yang ada disebelah cowok bergigi kelinci itu dengan suara khasnya.

Hanbin mencibir pelan dan menutup laptopnya membuat video call itu terputus begitu saja karna dia. Hanbin bangkit dan berjalan sedikit tertatih menuju apur. "bi, Gue laper masak apaan"

"Tunggu aja di meja makan aden kasian kakinya masih sakit itu"

"Bi, gimana caranya biar jadi pinter?"

"ya belajarlah"

Jawab itu membuat Hanbin mendesah panjang, dia alergi terhadap buku, ya gimana mau belajar kan. "nggak ada yang lain bi, yanglebih gampang"

"kecuali aden dikasi otak yang emang bener bener encer, tanpa belajar udah pinter. kayak mas June toh pinter dari sononya"

Hanbin mencibir dan mengibaskan tangannya, dia bangkit dan berlalu pergi. Hanya mendengar nama June saja dia malas membuat mood nya turun.

[TBC]

[3] An Angel || Hanlis || End.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang