"Bibi, a-apa ada orang lain disini?"
"Ah itu. Cucu Nyonya Park, Tuan Park Jimin datang berkunjung kemari, Nona Jennie."
Jennie terdiam di tempatnya saat sebuah nama dengan lancarnya melewati gendang telinganya saat ini.
"B-Bibi Song, aku akan ke kamarku."
"Ah, apa perlu saya antar?"
"Tidak perlu. Aku bisa sendiri."
Jennie beranjak bangun dari duduknya dan berusaha untuk berjalan menuju kamarnya. Jimin terus menatap gadis itu, bahkan ketika gadis itu melewatinya begitu saja, pandangannya belum sama sekali beralih.
"Tuan Muda, apa anda ingin saya buatkan sesuatu?"
Jimin terkesiap dan mengembalikan pandangannya pada Bibi Song.
"Ah, itu. Tidak perlu repot-repot. Tapi, bisakah aku mengetahui sesuatu?"
"Sesuatu? Apa itu? Mungkin aku bisa menjawabnya."
"B-Bisakah kau ceritakan tentang dia?"
.
.
"Nona Jennie mengalami kecelakan saat dia dan orangtuanya saat itu baru saja mengantarkannya ke pesta ulang tahun teman Nona Jennie. Dan sayangnya, hanya Nona Jennie saja yang selamat dalam kecelakaan itu."
"Dan dia mengalami kebutaan karena kecelakaan itu?"
"Ne. Saya benar-benar kasihan terhadap Nona Jennie. Saat itu, usianya masih 12 tahun dan itu benar-benar berat baginya. Kehilangan orangtuanya dan juga penglihatannya."
"Apa dia tidak mau melakukan operasi?"
"Saya sudah menyarankan Nona untuk melakukan operasi. Tapi dia tetap bersikeras tidak ingin melakukannya."
Jimin terdiam dengan semua cerita yang diceritakan Bibi Song, seorang asisten rumah tangga yang bekerja untuk keluarga Jennie, gadis yang selama ini membuatnya penasaran sedari kemarin.
"Lalu, apa kecelakaannya di Jepang?"
"Tidak. Kecelakaan itu saat kami semua masih tinggal di Korea. Saya dan Nona Jennie pindah kemari sekitar 5 tahun yang lalu."
"Pindah? Apa alasannya karena dia tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihannya karena kehilangan orangtuanya?"
"Itu termasuk. Tapi ada hal lainnya, Tuan."
"Apa itu?"
"Untuk hal itu, saya tidak bisa mengatakannya, Tuan. Itu adalah alasan terkuat Nona Jennie untuk pindah kemari dan saya tidak bisa sembarangan untuk memberitahukannya."
"Ayolah, aku paling pintar dalam menjaga rahasia. Jadi, apa alasan itu?"
Bibi Song menggeleng dengan senyumannya, pertanda dia tetap pada pendiriannya.
"Maafkan saya, Tuan."
Jimin hanya bisa menghela nafasnya mendengar penolakan Bibi Song. Ia juga tidak bisa memaksakannya karena ia berpikir mungkin itu adalah privasi Jennie dan dia tidak boleh sembarangan untuk mengetahuinya. Lagipula, keduanya bahkan belum saling bicara. Tentu akan sangat tidak sopan baginya jika dia mengetahui privasi gadis itu.
"Baiklah kalau begitu. Dan terima kasih karena sudah mau menceritakan sedikit tentangnya."
"Tidak masalah, Tuan."
"Kalau begitu, aku permisi terlebih dahulu."
Jimin bangkit dari duduknya dan membungkuk pada Bibi Song dan dibalas hal yang sama oleh wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
fate ❌ jenmin
Fanfiction[18+] ✔ Park Jimin, Pria dengan seluruh pesonanya. Hidupnya hanya dihabiskan dengan bersenang-senang dan membuat sang ayah geram terhadap putranya tersebut. Ia pun dikirim oleh sang ayah ke Jepang dan tinggal bersama sang Nenek. Takdir mempertemukan...